Mohon tunggu...
Julfaturrahman
Julfaturrahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya Julfaturrahman

Salam dan Bahagia Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Produksi Getas pada Masa Pandemi Covid-19

15 Oktober 2021   18:38 Diperbarui: 22 Oktober 2021   10:25 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi covid-19 yang melanda seluruh dunia sejak Desember 2019 hingga saat ini masi berlangsung. Tidak hanya memberikan dampak pada sektor kesehatan dan pelayanan publik, akan tetapi juga melumpuhkan berbagai sektor kehidupan lainnya, seperti usaha mikro kecil menengah (UMKM). Dalam situasi krisis ekonomi seperti ini, sektor UMKM sangat perlu perhatian khusus dari pemertintah karena merupakan penyumbang terbesar terhadap PDB dan dapat menjadi andalan dalam penyerapan tenaga kerja, mensubtitusi produksi barang konsumsi atau setengah jadi. Apabila ditengah sentimen positif bahwa kondisi perekonomian tahun ini akan membaik membuat sektor UMKM harus bisa memanfaatkan momentum pertumbuhan ekomomi saat ini untuk dapat bisa pulih. Salah satu UMKM yang mengalami dampak covid-19 adalah UMKM getas bu wani.

Getas maupun ampiang merupakan panganan renyah yang tidak hanya memanjakan lidah tapi juga mengandung protein tinggi. Getas yang berbentuk bulat panjang bahan bakunya berasalah dari ikan. sementara ampiang berbentuk oval ada berbahan ikan ada juga berbahan cumi. Bu wani mendirikan usahanya sejak tahun 18 dan sudah memiliki 18 orang karyawan, dengan nama merek bara-bara. Adanya covid-19 berpengaruh terhadap UMKM tersebut dalam berbagai sisi, diantaranya penurunan dari permintaan konsumen dan pemasaran yang terbatas akibat pembatasan sosial yang diberlakukan. 

"pengaruh covid-19 itu sendiri pasti ada seperti permintaan konsumen menurun apalagi pada saat lebaran kemaren pemertintah sangat membatasi aktivitas-aktivitas masyarakat dan itu membuat konsumen membeli produk tersebut menurun. biasanya bisa membuat prouk tersebut 5 ton bisa berkurang 3 ton. Bukan hanya pada saat lebaran tetapi pada saat hari besar lainnya pesanan menurun",ujar bu wani.

Adapun nama-nama produk yang dijual oleh bu wani yaitu getas & ampiang ikan, getas & ampiang cumi, getas & ampiang kerang, getas & ampiang udang, getas & ampiang telur ketam, getas & ampiang tinta cumi, kericu ikan , kericu cumi, kericu telur ketam. Harga- haraga produk yang ditawarkan oleh bu wani itu untuk perkilo 100.000, bu wani juga menjual produk tersebut perkemasan dengan berat 500gr harganya 50.000, 250gr dengan harga 25.000 dan 100 gr dengan harga 100.000.

Cara pembuatan getas buwani, pertama kami akan menyediakan atau membeli ikan kerok (ikan dan tulangnya dipisah) dipasar seperti ikan kepetek atau ikan ciu, tetapi bu wani lebih sering menggunkan ikan kepetek karen lebih bagus, setelah itu ikan kerok tersebut di isi difreezer untuk stoknya. Kalo untuk proses pembuatnya pertama ikan kerok yang telah digiling tersebut akan dicampur dengan garam, telor, penyedap rasa, kemudian diaduk semua bahan tersebut, setelah itu digiling lagi dan kemudian ditambahkan sagu dan kemudian adonan tersebut diaduk menggunakan tangan. Setelah itu adonan akan dicetek menggunakan alat cetak produk itu sendiri, hasil dari cetekan itu adonan berbentuk panjang- panjang, disini baru di bentuk sesuai keinginan, kalau mau bentuk yang panjang maka di potong panjang-panjang, kalau mau bentuk bulat di potong pendek-pendek, dan untuk ampiang sendiri dipotong pendek lalu di giling berbentuk oval. setelah adonan semuanya telah terbentuk digroeng dalam api kurang lebih 30 menit. Produk yang sudah jadi, selanjutnya dikemas sesuai permintaan konsumen dan tak lupa lebel dipasang didalamnya.

"Kalau ditanya pernah gagal atau sering gagal jawabnnya pasti ada", ujar bu wani. "Biasanya gagal itu karena pengaruh ikan, atau juga pada saat penggorengan karena terlalu matang.Biasnya produk yang gagal tersebut disortir dan dijual lebih murah atau dibagikan kepada tetangga", jelas bu wani

untuk pemasarannya pelanggan akan langsung datang ketoko bu wani atau diantarkan, dan juga bu wani sudah menggunakan media sosial untuk mempermudah konsumen membelinya.

PENULIS: SRI WIDIYA ASTUTI (2020008251)

INSTANSI: UNIVERSITAS SARJANWIYATA TAMANSISWA

DOSEN PENGAMPU: PUTRI DWI CAHYANI, S.E.,M.E.I

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun