Berkunjung ke Yogyakarta menjadi destinasi menarik bagi wisatawan. Tidak hanya berbelanja tetapi juga melihat kekayaan alam dan budaya serta pesona sejarah. Â Khusus di jantung kota, untuk mengetahui tempat-tempat wisata dan sejarah bagi anda yang datang, jangan lewatkan sebuah layanan gratis mengelilingi Yogyakarta menggunakan Bus Jogya Heritage Track (JHT).
Bus JHT adalah fasilitas yang disediakan oleh Dinas Kebudayaan Yogyakarta untuk wisatawan menyusuri tempat bersejarah di kota tugu.
Bus JHT sudah diluncurkan oleh pemerintah setempat sejak maret tahun 2022 oleh Dinas Kebudayaan Yogyakarta atau Kundha Kabudayaan DIY melalui Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofis (BPKSF).
Saya berkunjung ke Yogyakarta pada minggu kedua Desember 2024 karena ada urusan pekerjaan.Â
Sebelum tiba di Yogyakarta, saya dan beberapa teman melakukan reservasi. Meskipun proses reservasi terganggu sedikit karena padatnya yang mendaftar jadi harus terus mencoba. Saya memilih jam keberangkatan pada hari selasa malam pukul 18.30. Dari reservasi yang dilakukan, kami mendapatkan konfirmasi melalui via whatapps dengan beberapa ketentuan untuk menaiki bus ini.
Beberapa hal yang harus diperhatikan jika menggunakan Bus JHT adalah pertama, kita diminta untuk bersiap dan hadir 15 menit sebelum keberangkatan sesuai jadwal yang dipilih di Kantor JTTC Kantor JTTC, Jln Arimbi, Kragilan, Sinduadi, Sleman. JTTC (Jogja Tourism Training Center) adalah Lembaga pelatihan kerja dan pengembangan SDM umum dan bidang pariwisata.
Kedua yang harus diperhatikan adalah wajib menggunakan atasan batik, bercelana panjang/rok, dan bersepatu, tidak diperkenankan menggunakan kaos dan sandal/sepatu sandal. Jika kamu belum punya batik, ayo berburu aja di kawasan Malioboro ya untuk berbelanja batik. hehe
Selama perjalanan peserta diperbolehkan untuk membawa air minum/snack pribadi. Selanjutnya Usia peserta minimal 15 tahun, apabila membawa peserta yang berusia dibawah ketentuan (termasuk bayi/balita), maka belum bisa diberangkatkan/reservasi dibatalkan. Ketika reservasi ada tanggal lahir yang didaftarkan.
Kemudian kita diminta untuk untuk memberikan konfirmasi kehadiran dengan membalas pesan whatapps : HADIR_nama peserta_waktu keberangkatan. Jika berhalangan hadir kita diminta untuk melakukan cancel pesanan melalui website jogjaheritage.com (lihat riwayat reservasi-masukkan nomor wa-ketik kode otp-batalkan reservasi)
Pada hari yang ditentukan sebelum pukul 18.30 kami sudah berkumpul di titik point JTTC. Kami menuju JTTC dengan menggunakan kendaraan online. Pukul 18.00 kami sudah berada di JTTC dan disambut dengan ramah kemudian disajikan minuman. Kami yang merupakan tamu dari Kementerian mendapat bingkisan dari petugas.
Begitu akan berangkat kami berkumpul dan mendapatkan breafing dari petugas terkait perjalanan yang dilakukan. Kemudian kami diberikan kartu peserta pengguna Bus JHT.
Kami bersiap memasuki bus meskipun hujan terus mengurung kota Jogja. Ada dua bus terparkir di depan JTTC yaitu bus Malioboro yang bewarna merah dan bus keraton bewarna kuning. Karena hujan saya hanya mengambil foto bus merah sedangkan bus kuning tertutup sebelahnya.
Kami terdiri dari 11 orang terbagi menjadi dua bus. Saya dan empat teman saya menaiki bus merah sisanya bus kuning. Sebenarnya satu bus terdiri dari delapan penumpang. Namun, sebagian peserta kegiatan ada yang membatalkan perjalanan sehingga tidak penuh.
Ketika sudah berada dalam bus, kami diminta untuk mengenakan sabuk pengaman. Ada satu driver dan satu edukator yang akan mendampingi dan menjelaskan setiap titik yang dilalui.
Ada beberapa rute yang tersedia. Kami melalui rute Colonial Heritage: meeting point-Tugu Pal-StasiunTugu-Malioboro-Titik Nol Km-Bintaran-Kotabaru-Meeting Point. Meskipun hujan baik penumpang maupun educator tampak semangat. Sepanjang perjalanan, edukator menjelaskan semua titik Lokasi lengkap dengan sejarahnya.
Kami melewati tempat-tempat sejarah yang sekarang sudah berubah menjadi berbagai gedung baik gedung pemerintahan maupun pusat perbelanjaan. Ketika melewati pasar kranggan edukator membuat kami menelan ludah karena menjelaskan wisata kuliner di tempat ini, salah satunya sate Klatak, berasal dari bantul. Apalagi suasana hujan yang identik dengan lapar. Hehe.
Sangat banyak penjelasan yang diberikan oleh edukator. Seperti Tugu Jogja yang menjadi landmark kota Yogyakarta. Bangunan setinggi sepuluh meter ini dibangun masa Belanda tahun 1889 setelah dilakukan renovasi.
Edukator juga menjelaskan bangunan Hotel Tugu, hotel pertama di Yogyakarta. Masa Kolonial Belanda Yogyakarta termasuk enam kota besar di Pulau Jawa. Sehingga, terdapat bangunan hotel dan edukasi tabel manner. Sedangkan hotel kedua yaitu Grand Inna Malioboro. Banyak sekali informasi yang disampaikan oleh edukator dan menjadi pegetahuan bagi wisatawan.
Luar biasa pelayanan bus JHT yang kami rasakan. Fasilitas bus ini gratis dan memberikan kepuasan bagi pengunjung. Walalupun gratis fasilitas pemandu wisata yang disebut edukator yang sangat ramah, membuat kami nyaman selama perjalanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H