Mereka juga menghitung-hitung penghasilan pengusaha itu. Dari kebun sawit puluhan hektar yang ia memiliki saat ini, dapat ditaksir dengan melihat harga sawit yang meroket, penghasilan pun melejit.
Selain itu, Haji Kibay juga memiliki bisnis properti yang sukses. Orang tidak akan iri melihat kekayaanya. Justru makin banyak doa-doa terlontar dari mereka yang membutuhkan. Semoga panjang umur dan sehat.
***
      Perbincangan beberapa hari lalu tak seindah berita hari ini. Pahlawan yang dibanggakan itu pergi. Kabar kematian Haji Kibay tersiar cepat.
      "Orang baik memang cepat dipanggil." Kalimat itu terdengar dari para pelayat. Banyak yang merasa sedih. Meskipun tidak pernah bertemu dengan Haji Kibay, tetapi semua orang merasa kenal dengannya. Berbagai ucapan dan layatan memadati rumah yang tidak terlalu mewah tetapi cukup luas. Semuanya yang turut  mendoakan dalam kebaikan dan dimasukan dalam surga.
      Kepergian orang baik, bagi mereka yang selama ini mendapat uluran tangan almarhum tentu menjadi kehilangan. Bagaimanapun, bantuan Haji Kibay sangat membantu ekonomi mereka.
      Satu bulan berlalu. Ternyata tidak ada yang berubah. Nama pria yang berkalang tanah masih disebut-sebut. Bantuan dan sumbangan tidak surut.
      Beberapa bulan berikutnya, orang-orang menjadi kaget, bantuan Haji Kibay lebih banyak dibandingkan dari sebelumnya. Haji Kibay makin terpuji. Sudah meninggal pun kebaikannya masih mengalir. Bahkan menjadi tanda tanya, mengapa lebih banyak sumbangan diterima setelah kematiannya.
      "Ternyata anak Haji Kibay mirip bapaknya, bahkan lebih pemurah." Pujian itu kembali melangit.
      "Kaya raya dan punya anak berhati mulai, memang surga tempatnya nanti," sambung yang lain di warung kopi suatu hari.
      Orang-orang kembali merasakan ketenangan dan kebahagian. Kekhawatiran putusnya bantuan Haji Kibay tidak terbukti. Desas desur terdengar. Selama ini bantuan itu sebenarnya dari anak sulung Haji Kibay. Haji Namir, putra tertuanya. Ia yang mengolah dan melanjutkan bisnis sang ayah semenjak mulai sakit-sakitan. Ia yang menjadi pelopor program bantuan untuk lembaga pendidikan dan masyarakat yang membutuhkan dengan mengatasnamakan ayah. Siapapun itu, ayah dan anak tetap dinilai berhati emas, peduli kepada sesama.