Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi makhluk yang lain.
Meringankan beban masyarakat dengan memberi bantuan berupa BLT (Bantuan Langsung Tunai) adalah perbuatan yang memberikan manfaat bagi sesama, namun menurunkan harga minyak goreng juga adalah sebuah kebijakan yang bermanfaat.
Pemerintah tinggal milih, opsi mana yang paling bermanfaat untuk menjadi sebaik-baiknya manusia. Karena apa? kembali ke paragraf pertama, bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi makhluk lainnya.
Apakah BLT adalah sebuah solusi? atau malah jadi kolusi? Iya, iya gak boleh suudzon. Semoga saja niatan pemerintah bernilai pahala dan masyarakat yang terbantu bisa merasakan manfaat dari BLT tersebut.
Tapi eh tapi, mengapa harus BLT? padahal masalahnya adalah kenaikan harga minyak yang tiba-tiba.
Solusi yang seharusnya adalah menjawab bagaimana agar harga minyak goreng bisa kembali normal dan stabil.
Bukankah membiarkan harga tetap tinggi itu sama saja dengan menerima permainan mafia dibalik harga minyak goreng yang melonjak naik?
Stok minyak goreng yang pada awalnya langka, tiba-tiba melimpah setelah pemerintah resmi mencabut harga eceran tertinggi (HET). Namun, ketersediaan yang melimpah tersebut juga dibarengi dengan harganya yang melambung.
Patut diapresiasi niatan pemerintah untuk membantu masyarakat yang kesulitan dalam membeli minyak goreng karena harganya yang cukup mahal, namun mafianya hingga saat ini dibiarkan berkeliaran tanpa diketahui siapa orang-orang dibaliknya.
Dana BLT yang diberikan bersifat sementara, artinya akan habis ketika terus digunakan. Tapi harga minyak goreng tetap saja dengan harganya yang melonjak. Kelangkaan akan stok mungkin saja bisa terjadi kembali.
Melansir laman kemenkeu, 20,5 juta keluarga yang termasuk dalam daftar Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH), serta 2,5 juta Pedagang Kaki Lima yang berjualan makanan gorengan akan menerima jenis bantuan tersebut.
Bantuan yang diberikan sebesar Rp. 100.000 setiap bulannya dan akan diberikan untuk 3 bulan sekaligus yaitu April, Mei, dan Juni yang dibayarkan di muka. Artinya, penerima bantuan akan menerima Rp. 300.000 BLT Minyak Goreng pada bulan April 2022.
Jika yang dibutuhkan adalah sebuah solusi dalam permasalahan harga minyak goreng, maka penyelesaiannya dengan mencari jawaban dari masalah tersebut. Kalau memberi BLT dianggap sebuah solusi, maka permasalahan minyak hanya beputar-putar disitu saja. Tidak ada kemajuan spesifik dari permasalahan yang sebenarnya.
Dengan diberikannya BLT kepada lebih dari 20 jt-an keluarga, setidaknya ada sekitar 20 jutaan liter minyak goreng yang siap ludes pada april ini.
Dari segi ekonomi dengan berkaca pada hukum penawaran, bila harga barang meningkat, maka produsen akan meningkatkan jumlah barang yang dijualnya. Sebaliknya, jika harga turun, produsen cenderung akan mengurangi jumlah barang yang dijual.
Ketika harga minyak meningkat, akan selaras dengan penawaran yang diberikan karena adanya permintaan dan peningkatan harga. Jadi, pedagang akan menjual minyak dalam jumlah yang banyak untuk mendapat keuntungan maksimal saat harga barang naik.
Jadi, siapa yang diuntungkan?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI