Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi makhluk yang lain.
Meringankan beban masyarakat dengan memberi bantuan berupa BLT (Bantuan Langsung Tunai) adalah perbuatan yang memberikan manfaat bagi sesama, namun menurunkan harga minyak goreng juga adalah sebuah kebijakan yang bermanfaat.
Pemerintah tinggal milih, opsi mana yang paling bermanfaat untuk menjadi sebaik-baiknya manusia. Karena apa? kembali ke paragraf pertama, bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi makhluk lainnya.
Apakah BLT adalah sebuah solusi? atau malah jadi kolusi? Iya, iya gak boleh suudzon. Semoga saja niatan pemerintah bernilai pahala dan masyarakat yang terbantu bisa merasakan manfaat dari BLT tersebut.
Tapi eh tapi, mengapa harus BLT? padahal masalahnya adalah kenaikan harga minyak yang tiba-tiba.
Solusi yang seharusnya adalah menjawab bagaimana agar harga minyak goreng bisa kembali normal dan stabil.
Bukankah membiarkan harga tetap tinggi itu sama saja dengan menerima permainan mafia dibalik harga minyak goreng yang melonjak naik?
Stok minyak goreng yang pada awalnya langka, tiba-tiba melimpah setelah pemerintah resmi mencabut harga eceran tertinggi (HET). Namun, ketersediaan yang melimpah tersebut juga dibarengi dengan harganya yang melambung.
Patut diapresiasi niatan pemerintah untuk membantu masyarakat yang kesulitan dalam membeli minyak goreng karena harganya yang cukup mahal, namun mafianya hingga saat ini dibiarkan berkeliaran tanpa diketahui siapa orang-orang dibaliknya.
Dana BLT yang diberikan bersifat sementara, artinya akan habis ketika terus digunakan. Tapi harga minyak goreng tetap saja dengan harganya yang melonjak. Kelangkaan akan stok mungkin saja bisa terjadi kembali.