Adalah Ibu Mariana, beliau menceritakan bagaimana kondisinya saat gelombang tsunami menggulung wilayahnya saat itu.
Ibu Mariana adalah salah satu warga Gampong (desa) Lampulo. Beliau tinggal tepat di depan rumah yang bertengger kapal di atasnya.
Diceritakan, saat tsunami datang, ia ikut terbawa gelombang hingga ke laut, entah di tengah laut, atau gelombang air laut yang menjalar ke daratan hingga daratan pun seakan jadi lautan.
Seharian penuh, ia bertahan hidup diantara tumpukan puing-puing reruntuhan bangunan.
Saat itu, beliau hanya terus berdoa dan berserah diri pada Allah.
Tidak ada keluarganya yang selamat, hanya beliau seorang diri.
Nampak kesedihan di wajahnya saat mengenang tragedi tersebut. Ku coba mencairkan suasana dengan mengajaknya ber-swa foto.
Saya tahu tidak bisa menghilangkan kesedihannya, paling tidak, bisa sedikit mengurangi. Beliau pun tersenyum kembali saat ku minta untuk foto bareng.
Keadaan kapal dan kondisi di sekitarnya
Kondisi kapal saat ini tidak banyak berubah dari keadaan awalnya. Kapal tersebut tidak dipindahkan dan ditata sebagai monumen situs tsunami yang diprakarsai oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Dengan pengelolaan dan perawatan yang baik, kapal ini masih terus bertahan dengan pose awalnya. Letaknya masih tetap berlabuh di atas rumah warga.