Cara sederhana pertama yang bisa kita lakukan adalah mengurangi frekuensi menggunakan kendaraan pribadi bila bepergian cukup dekat. Lebih baik berjalan kaki atau bersepeda jika jarak yang akan kita tempuh tidak memakan waktu yang cukup lama. Selain lebih sehat, hal ini akan berpengaruh terhadap pengurangan bahan bakar fosil dari kendaraan yang kita gunakan.
Namun, apa yang nampak didepan mata? berkendara menggunakan sepeda saat ini hanya sebatas tren belaka (tidak semua). Diawal pandemi, banyak orang berbondong-bondong mengunjungi toko sepeda untuk membeli sepeda baru. Kini, tren gowes semakin hari kian memudar. Sepeda kembali masuk garasi untuk selama-lamanya atau telah berpindah tangan ke orang lain.
Sebenarnya, diawal pandemi kemarin kita telah melakukan hal yang ingin dinikmati bumi, dengan terbatasnya mobilitas, pemandangan ibu kota jadi terlihat lebih baik dari sebelumnya, udara pun lebih segar ketika dihirup.
2. Bertanam
Hal lain yang mudah dan sudah banyak dilakukan adalah menanam dan merawat tanaman. Namun banyak yang melakukannya karena ikut-ikutan saja, setelah tren berakhir dan bosan mulai melanda, tanaman dibiarkan terlantar tanpa tuannya.
Secara umum, tanaman menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida sebagai siklus dalam respirasinya.
Hasil penelitian dalam terbitan Jurnal pemukiman dengan judul potensi tanaman dalam menyerap Karbon dioksida (CO2) dan CO untuk mengurangi dampak pemanasan global menyatakan bahwa untuk mengantisipasi atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi pemanasan global diruas-ruas jalan dan daerah pemukiman dapat dipilih jenis tanaman berdasarkan tingkat konsentrasi CO yang ingin diminimasi dan tingkat produksi oksigen yang ingin dicapai.
3. Berhemat
Tidak hanya sektor industri yang menggunakan energi dalam jumlah besar, namun skala rumah tangga pun demikian. Padahal, produksi energi di Indonesia masih menggunakan bahan bakar batu bara.