Mohon tunggu...
Sri Wangadi
Sri Wangadi Mohon Tunggu... Penulis - 📎 Bismillah

📩 swangadi27@gmail.com 🔁 KDI - BTJ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bingung Memilih Cerai atau Bertahan? Yuk, Masuk Kelas Dulu

5 September 2020   11:12 Diperbarui: 5 September 2020   11:35 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pasangan bertengkar | Shutterstock via tribunnews

Menjalani kehidupan pernikahan yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan setiap insan. Tidak ada yang menginginkan keretakan dalam rumah tangganya. Setiap pasangan akan berusaha semaksimal mungkin agar rumah tangga yang dibangun tidak berakhir dengan perpisahan. Dalam agama, perceraian memang tidak dilarang,  namun perkara tersebut adalah sesuatu yang dibenci oleh Tuhan.

Namun fakta di lapangan menunjukkan tidak semua mampu untuk mempertahankan rumah tangganya, sehingga memilih jalan perceraian sebagai satu-satunya jalan pamungkas.

Sejak pandemi pada Maret tahun 2020 ini, grafik angka perceraian pada beberapa daerah di Indonesia terbilang cukup tinggi. Di kabubaten Bandung, Jawa Barat misalnya, tepatnya di KUA Soreang, Kabupaten Bandung, umumnya menerima gugatan cerai yang berkisar antara 700 sampai 800 kasus, dan pada Juni 2020, jumlah gugatan melampaui angka 1.012 kasus.

Antrian warga yang mendaftarkan perkara cerai juga membludak di Pengadilan Agama Jakarta Timur. 900 laporan terjadi di bulan Juni, 700 perkara pada bulan Juli dan 550 perkara ada di bulan Agustus.

Penyebab perceraian pun mayoritas sama, yakni masalah ekonomi. Banyak istri yang mengeluhkan minimnya pendapatan suami karena jadi korban PHK selama pandemi. Data dirilis kompas.

Pilihan bercerai menjadi salah satu jalan keluar yang paling banyak diambil oleh pasangan. Padahal, mungkin pilihan tersebut adalah sesuatu yang salah. Bisa jadi karena hal-hal sepele yang masih bisa diperbaiki dan dipertahankan, malah kita lepas begitu saja, hanya karena keegoisan diri sendiri.

Karena menikah itu gak ada sekolahnya, maka sebaiknya  sebelum melangkahkan kaki untuk mengarungi bahtera rumah tangga, berusahalah terlebih dahulu untuk bagaimana mendapatkan ilmunya, salah satunya dengan ikut kelas atau acara-acara yang membahas materi  tentang pernikahan dan rumah tangga, terutama untuk yang masih muda. Karena menikah tidak hanya sekedar tentang cinta, tetapi diperlukan pemahaman yang benar untuk menjalaninya.

Setiap rumah tangga memiliki porsi masalahnya masing-masing, dan setiap masalah harusnya dihadapi dan dicari jalan keluarnya, bukan dihindari. Pilihan cerai sebaiknya menjadi solusi paling akhir yang tidak boleh dibahas ketika terjadi pertengkaran.

Mengikuti kelas pra nikah atau seminar pra nikah bisa menjadi pilihan yang tepat bagi kita yang masih belum paham akan ilmu cinta yang sebenarnya, terlebih untuk muda-mudi yang sedang dimabuk asmara dan baru mengenal apa itu cinta.

Berkaca pada pengalaman salah satu artis tanah air, Maya Septha yang pernah mengikuti kelas-kelas pra nikah dan seminar pra nikah, ibu 3 anak tersebut kini menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia. Di akun istagramnya, ia sering berbagi tips berumah tangga dan parenting kepada followernya. Kebetulan saya salah satu follower, jadi saya ikut kecipratan ilmu yang ia sharing dan hal tersebut sangat menambah pengetahuan saya tentang bagaimana kehidupan rumah tangga yang seharusnya.

Mungkin kita sering melihat pasangan yang sepertinya menjadi keluarga idaman, gak pernah bertengkar dan gak punya masalah sama sekali. Padahal, mereka hanya pandai mengatasi masalahnya atau mungkin menyembunyikan masalah untuk diselesaikan berdua tanpa melibatkan orang lain yang bisa jadi hanya akan memperkeruh masalah.

Sebenarnya, setelah menikah pun kita masih perlu mengikuti seminar  pernikahan bersama dengan pasangan, agar banyak belajar tentang kehidupan berumah tangga. Karena terkadang apa yang kita pikir benar ternyata belum tentu sepenuhnya benar.

Seringkali kita mendengar istilah, tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina. Artinya kita dianjurkan untuk mencari ilmu dimanapun ilmu itu berada, termasuk juga ilmu pernikahan. Kita bisa belajar melalui buku, kegiatan seminar, kelas khusus, nasehat agama, atau dari nasehat-nasehat orang yang lebih berpengalaman. Atau bisa jadi, mengambil dari  pengalaman pribadi kita dalam menjalani kehidupan berumah tangga.

Membangun sebuah rumah tangga bukan hanya sekedar berbicara keterikatan antara dua orang saja, namun menyangkut bersatunya dua keluarga besar. Jadi, pikirkan banyak hal sebelum memutuskan suatu masalah agar tidak menyesal nantinya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun