Mohon tunggu...
Sri Wahyu Wardani
Sri Wahyu Wardani Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan PNS

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rasa yang Sempurna

30 Juli 2024   11:12 Diperbarui: 30 Juli 2024   11:15 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

rasa yang berkelindan
mengikat kuat di ruang kalbu
tak tergerus oleh berlarinya waktu

"Sebentar lagi mama sampai stasiun gambir nak" kutulis pesan
"Aku sudah sampai gambir juga ma, aku tunggu di depan resto yang biasa ya" jawab anakku.
Rindu selalu menuntunku kemari.Menempuh perjalanan ratusan kilometer untuk bertemu.
Waktu terasa begitu panjang melintasi malam untuk sampai ke padamu. Membelah malam kota Jakarta yang seperti tak pernah tidur.Kerlip lampu bertebaran serupa kunang kunang raksasa dalam belantara beton ibu kota. Menghurup udara ac di mobil, mendengarkan musik lembut dan tubuh yang lelah karena menempuh perjalanan jauh, membuatku terlelap.Hingga tak terasa perjalanan panjang ini berakhir di sebuah apartemen.

Waktu telah begitu larut, sunyi menyergap dalam lift yang kami naiki.Hanya sesekali suara kami berbincang.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga mama di sini "

Dalam lelapmu begitu memikat parasmu. Rasanya ingin kupeluk saat itu juga.Rasa sayang yang memenuhi segenap palung jiwaku, rasa rindu yang menggebu membuat mataku berembun.Hai..begitu dalam kau toreh rasa itu.

"Yangti..! " sebuah  pekik merdu memecah langit pagi.
Berhambur dalam pelukan dan kusambut dengan penuh rindu.
Adakah yang lebih indah dari sebuah rasa yang mengalir dari perjumpaan dua orang beda generasi? Debaran rasa serupa letupan magma.Membuncah dalam dekap erat penuh cinta.Dan binar mata yang indah itu serasa magnit yang memasung segenap indraku.
" Mas Kesatria sudah bangun? "
"Yangti sudah bangun" celotehnya .Tak menjawab malah bertanya.
Kemudian kamipun larut dalam cerita yang mengalir tak henti dari bibir mungilnya.Cerita tentang mainan - mainannya .Aku si nenek ini harus mengerutkan kening mencoba menghafal nama nama gozila mainannya.
Hanya 3 bulan sejak kunjunganku yang lalu, koleksi mainannya bertambah begitu banyak memenuhi rak- rak dan kotak - kotak .

Tak selalu anak - anak melewati harinya dengan baik-baik saja.Suatu hari kami semua prihatin, Kesatria tiba-tiba  menangis setiap kali makan .Mengeluh mulut sebelah kanan sakit ketika terkena makanan, rupanya dia sariawan.Duh...terasa mau ikutan nangis setiap kali dia ingin makan sesuatu..dan menangis merasakan sakit ketika sariawannya tersentuh makanan.
" Sakiit...." tangisnya setiap kali nemasukkan makanan dalam mulutnya.
Dia yang biasa suka makan segala makanan tentu sangat tidak nyaman ketika tidak bisa makan apapun.Kesatria adalah seorang anak yang tidak bisa dan tidak pernah dipaksa untuk melakukan sesuatu hal, pun termasuk untuk mengobati luka sariawannya.Menunggu dengan sabar sampai dia mau melakukannya Hingga suatu saat dia minta sendiri di obati.

Rasanya hari - hari menjadi cerah kembali oleh celoteh riangnya.Tiga hari bukan waktu yang singkat buatnya untuk menikmati rasa sakitnya.Tapi ini membuatnya belajar bagaimana rasa sakit itu begitu mengganggunya.Setiap kali bersamanya,
sebuah rasa  tumbuh begitu saja, menyentuh jiwa,  menguasai hati.Ada darah yang mengalir di tubuhnya yang membuat semacam sebuah ikatan batin yang kuat.Sesuatu  yang barangkali tak gampang di koyak oleh apapun.Dan aku sungguh merasa bersyukur anak anak yang lahir dari rahimku dan ku besarkan dengan rasa cinta dan sayang seorang ibu,  kini mengalir pada cucuku.
"Yangti, nanti kita pergi ke TMII ya, Kesatria mau lihat kadalmen" celotehnya suatu pagi
"Memang ada kadalmen di sana?
" Ada Yangti"
Diapun berlari ke arah papanya
" Papa, ada kadalmen di TMII ? "
" Ada " jawab papanya.
Kesatriapun berlari lagi ke arahku
" Yangti, kata papa di TMII ada kadalmen"
Akupun langsung menggendongnya dalam dekapan.Kembali rasa yang tak tertuliskan bergetar lembut memenuhi relung jiwaku,setiap kali aku bersamanya.
Menikmati hari bersamanya tak pernah merasa bosan.Celoteh -  celoteh tentang mainannya serasa musik merdu yang setiap saat hadir memenuhi hari- hariku.Sesekali kami berenang atau bermain sepeda.Sungguh aku menikmati ke bersamaan ini.Hampir luruh air mataku ketika suatu malam, karena pekerjaan mamanya belum pulang, berinisiatif mengirimkan pesan buat mamanya lewat hp
Aku pengen ngomong sama mama,rengeknya.Dan kamipun merekam suaranya.
"Mama, mama dimana...Kesatria menunggu"
Duh...anak pintar, suara merdu dan lembutnya
begitu indah.Rasanya sesak dada ini.Tumbuh sebagai anak yang ditinggal kerja oleh orang tuanya menjadikannya lebih mandiri.Meskipun papa mamanya bekerja , mereka bisa mengatur jadwal kerjanya agar tidak secara bersamaan meninggalkannya sendiri bersama pengasuhnya. Kantor dimana mereka bekerja memungkinjan untuk itu, mereka masih bisa melakukan pekerjaan di rumah .
Kudekap tubuhnya , dan seperti biasa saat aku mendekapnya, mengalir sebuah rasa yang tak bisa kutoreh dengan kata- kata.

Bintaro,27 Juni 2024

Bionarasi :
Sri Wahyu Wardani, lahir di Semarang 9 juni.Seorang ibu dari 3 orang jagoan.Saat ini tinggal dikota kecil nan sejuk Ungaran.Seorang sarjana hukum yang hoby berpuisi.Pecinta kucing dan tanaman.Karya yang sudah di terbitkan antara lain Lukisan Alam ( Antologi Puisi Perempuan Bahari , Jakarta 2024,  Melihat Indonesia Masa Kini  ( Kumpulan Puisi Penyair Indonesia  , Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia XI 2023 ) Rindu Bidadari(  Antologi Puisi Bersama ) Democrazy  ( Antologi Puisi Bersama Dapur Sastra Jakarta , Mei 2024)  Antologi Puisi Kaum Gemini ( koloni Seniman Ngopi Semeja - Depok  , Juni 2024 )

#cerpenkasihsayang

#pulpen

#sayembarapulpenXVI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun