Mohon tunggu...
Sri Wahyu Ramadhani
Sri Wahyu Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menikmati waktu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengayuh Becak Hijau demi Sesuap Nasi

30 Mei 2022   18:33 Diperbarui: 30 Mei 2022   18:43 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya, kalo budenya mbak, biasanya 20 kalo nggak 25 ribu. Kalo yang ke pasar Banjaran pagi-pagi, itu 15 ribu. Biasnya juga ada yang cuma butuh buat bantu ngangkat barang, nggak jauh, itu 10 ribu. Macem-macem pokoknya." jawab Pak Jani ketika ditanya patokan harga untuk jasa beliau.

Sudah 2 tahun ini, beliau sepi penumpang. Sejak pandemi dan pembatasan aktivitas di luar rumah, beliau sempat kewalahan dan bingung harus mencari nafkah di mana. Karena swalayan ditutup dan pasar juga dibatasi pengunjungnya oleh pemerintah setempat, beliau smpat merasa putus asa. 

Namun, demi keluarganya, beliau berkeliling untuk mencari orang membutuhkan jasanya, seperti di stasiun, di pasar, di terminal, dan di tempat yang biasanya ramai tukang becak juga. 

"Sejak pandemi agak susah dapet penumpang. Sempet bingung juga harus nyari uang dimana. Becak jadi satu-satunya mata pencaharian saya. Kalau pembatasan gini kan penghasilan saya turun jauh, bahkan pernah seharian nggak dapet penumpang sama sekali." jelas Pak Jani tentang keadaan dan penghasilan beliau selama PPKM berlangsung di Kota Kediri. 

"Sebagai kepala keluarga, tiap saya berangkat kerja, di pikiran saya cuma ada keluarga saya. Karena kalau saya sepi penumpang ataupun nggak ada penumpang sama sekali, saya kasian sama keluarga saya. Ikut kepikiran juga."

"Tapi, belakangan ini kan udah agak dilonggarin, udah boleh ke swalayan, pasar, sama tempat-tempat umum. Jadi saya bersyukur banget keadaan mulai membaik dan saya juga bisa dapet uang buat beli kebutuhan sehari-hari di rumah." ujar Pak Jani. Dengan berkurangnya berita tentang kenaikkan kasus pasien terpapar COVID-19, beliau sangat bersyukur dan agak sedikit lega karena seiring dengan berita biak tersebut, mulai banyak tempat-tempat umum yang dibuka juga untuk umum.

 "Asal taat protokol kesehatan, ada beberapa penumpang yang mau naik becak saya. Alasan mereka mau naik becak saya, salah satunya adalah karena saya tetap memakai masker. Walaupun kadang saya pengap karena harus ngayuh sambil pakai masker, ya saya syukuri saja. Mumpung ada rezekinya, saya ambil aja. Kalau nolak rezeki 'kan pamali." papar Pak Jani tentang pekerjaannya sebagai tukang becak belakangan ini. 

Menurut beliau, kunci bisa menghadapi situasi dan kehidupan yang sulit dan tidak jarang sangat pahit ini adalah bersyukur atas apapun yang sudah diberikan oleh Tuhan. Selain bersyukur dan bekerja keras juga menjadi kunci untuk menjadi manusia yang kuat menjalani hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun