b. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
c. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
d. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
e. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
f. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
g. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
h. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
Bagaimana Umat Konghucu Memandang Umat Agama Lain?
Manusia pasti hidup dalam keberagaman dan perbedaan. Baik keyakinan, keputusan, agama, warna kulit, ras, dan banyak hal lagi lainnya yang memungkinkan adanya sebuah keberagaman di antara masyarakat Indonesia. Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa Indonesia dengan perbedaan agama dan keyakinan yang ada di dalamnya, membuat masyarakat harus hidup dengan toleransi yang cukup tinggi di negara ini. Negara dengan mayoritas warganya memeluk agama Islam, tidak mampu menghilangkan agama dengan pemeluknya yang bisa digolongkan sebagai 'minoritas'. Hitungan mayoritas dan minoritas ini tentu tidak bisa mempengaruhi bagaimana toleransi ini berjalan. Baik dari agama mana pun, pasti diajarkan tentang bagaimana seorang umat agama yang mempercayai sebuah agama dan meyakininya mampu bertoleransi terhadap umat agama lain.
Wei De Dong Tian, begitulah salam dalam agama Khonghucu, yang artinya hanya kebajikanlah Tian berkenan. Umat Konghucu mengimani hanya kebajikan itulah tujuan hidup kita didunia ini. Tugas kita untuk menjalankan kebajikan kepada umat manusia tanpa melihat siapa dia. Ini seperti sabda Nabi Kongzi, "Di empat penjuru lautan kita semua bersaudara" (Lunyu XII, 5).
Umat Khonghucu memandang umat agama lain itu saudara. Seperti matahari menyinari dunia ini tanpa melihat siapa orang yang akan disinari. Umat Konghucu akan berbuat kebajikan buat umat di dunia yang membutuhkannya.