Konghucu. Pada kesempatan kali ini, saya berkunjung ke Kelenteng Eng An Kyong, Malang. Kelenteng tua ini berletak di daerah Pasar Besar Malang, tepatnya di R.E. Martadinata No.1, Kotalama, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Berawal dari melihat sekeliling kelenteng dan mengabadikan beberapa bagian dari kelenteng tersebut. Berikut adalah beberapa hal yang kami dapatkan sepulang dari Kelenteng Eng An Kyong.
Berbeda dari artikel yang sebelumnya yang membahas seputar agama Katolik, kali ini artikel yang saya tulis adalah seputar agamaAgama Khonghucu tepatnya disebut Ru Jiao adalah agama yang diakui secara resmi oleh pemerintahan di Indonesia. Pada awalnya, Konghucu lahir bukan sebagai agama, melainkan sebagai sebuah ajaran mengenai filsafat dan etika atau moral. Ajaran ini merupakan ajaran tertua yang ada di negara Cina, Tiongkok. Ajaran tersebut terus dikembangkan di Tiongkok, hingga keberadaan ajaran Ru Jiao ini memperkuat posisi sebagai agama dan pandangan hidup masyarakat Tionghoa. Seiring dengan berjalannya waktu, ajaran Ru Jiao pun diserap oleh bangsa Jepang, bangsa Korea, dan bangsa Vietnam hingga sekarang. Mereka menyerap ajaran Ru Jiao sesuai dengan kebutuhan mereka saja.
Mulanya, agama Konghucu adalah agama untuk semua rakyat Tiongkok atau bangsa Tionghoa, ajaran agama Khonghucu itu diajarkan melalui sekolah dan para orang tua. Sampai pada abad 5, ada 3 agama yang berkembang, yakni agama Khonghucu, agama Tao, dan agama Buddha Mahayana. Pada masa itu, terjadi konflik antarumat beragama dan koflik itu membuat Kaisar Dinasti Tang saat itu menyatukan tiga lembaga agama menjadi San Jiao atau Tiga Agama (di Indonesia disebut dengan Tri Darma).
Sejak itu di Tiongkok tidak ada konflik umat beragama, karena mereka mempunyai tempat ibadah yang sama. Masing-masing umat mempelajari ajaran agamanya sendiri dan tetap rukun dengan umat lain.
Tentang konsep Tri Darma ini masih ada perbedaan pendapat antara pengikutnya, yaitu ada yang memahami Tri Darma sebagai koalisi, ada yang memahaminya sebagai sinkritisme. Menurut kami, kedua pendapat itu terserah masing-masing. Biarkanlah masing-masing pengikut Tri Darma memilih caranya sendiri untuk konsep itu.
Dengan adanya Tri Darma tidak berarti agama Khonghucu, agama Tao, dan agama Buddha Mahayana Tiongkok melebur menjadi satu. Maisng-masing agama masih berdiri sendiri-sendiri, namun mereka mengakui bahwa ada sebagian umat mereka merupakan umat bersama yang perlu dibina bersama.
Dalam setiap agama pasti ada ritual keagamaan dan kepercyaannya sendiri-sendiri yang berbeda-beda sesuai dengan tuntunan iman dan ajaran agama dari setiap masing-masing agama tersebut. Agama Khonghucu tidak hanya mengajarkan kepada penganutnya bagaimana seseorng berbakti  kepada Tian (Tuhan Yang Maha Esa) atau Nabi saja, melainkan lebih menekankan bakti kepada kedua orang tua dan aksi nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Agama Konghucu juga mengajarkan tata cara melakukan ibadah kepada Tian, Nabi, orang-orang suci, leluhur dan lain-lain.
Dalam ritual peribadatan Agama Konghucu memiliki makna dan tujuan yang berbeda-beda, karena ada beberapa jenis peribadahan Agama Konghucu, di antaranya adalah:
- Sembahyang Malaukat Dapur (tanggal 24 bulan 12 Imlek).
- Sembahyang Arwah Leluhur (tanggal 29 bulan 12 Imlek).
- Sembahyang Tahun Baru Imlek (tanggal 1 bulan 1 Imlek), bagi Agama Khonghucu, imlek bukan hanya perayaan yang biasa, melainkan peribadahan memiliki makna yang mendalam sehingga dapat lebih baik lagi ke depan dalam menjalani kehidupan.
- Sembayang kepada Tuhan Yang Maha Esa (tanggal 8 bulan 1 Imlek), sebelum melakukan ibadah, umat Khonghucu menyucikan diri (cia cai) terlebih dahulu, kemudian pada hari tersebut menyiapkan altar, khusus bersembayang kepada Tuhan YME. Atau bisa juga dilakukan di tempat ibadah Agama Khonghucu.
- Cap Go Meh (tanggal 15 bulan 1 Imlek), upacara tersebut dengan bersembayang kepada Tuhan untuk mengucapkan terimakasih dan memulai kehidupan baru.
- Cing Bing ( 5 April) (bulan 3 imlek), upacara dilakukan dengan membersihkan makam, menata makam yang rusak, dan bersembahyang. Hal tersebut dilakukan sebagai wujud bakti kita kepada leluhur ataupun orang tua yang elah berpulang ke kharibaan Tuhan.
- Duan Yang (Tanggal 5 Bulan 5 Imlek), pada saat itu matahari, bulan dan Bumi, posisinya membentuk sudut 90 derajat, sebagai hari yang dipandang mempunyai daya alam yang luar biasa. Hal tersebut juga merupakan upacara peringatan kematian Kut Gwan (perdana menteri Negeri Chu yang berlaku jujur dan memegang teguh atas pendiriannya pada zaman Chan Kuo (300 SM)).
- Sembayang arwah umum (Tanggal 15 Bulan 7 Imlek), upacara ini ditujukan kepada arwah yang tidak disembayangi oleh keluarganya, sehingga arwahnya bisa tenang dan Pei Tian (bersatu kembali dengan Tian).
- Sembayang Tiong Jiu (tanggal 15 Bulan 8 imlek), sembayang terhadap Tuhan karena berkah yang diberikan kepada manusia.
- Tangcik / Sembayang Ronde (tanggal 22 Desember), sembayang puncak musim dingin. Pada hari tersebut juga diperingati sebagai hari genta rohani. Pada hari itu Nabi Khongcu mulai melakukan perjalanan mengajarkan ajaran agamanya selama 14 Tahun.
- Sembahyang Yak (King Thi Kong) (Tanggal 8 bln 1 Imlek), sembahyang kepada Tuhan, menyampaikan pengharapan / permohonan agar di tahun yang baru (akan berjalan), Tian berkenan melimpahkan berkah, rahmat serta perlindungan agar tahun ini dapat dilalui atau dijalani dengan baik.
Dalam agama Khonghucu, dikenal akan adanya rohaniwan. Rohaniwan agama Khonghucu ini adalah Jiao Sheng (Penyebar Agama), Wenshi (Guru Agama), Xueshi (Pendeta), Zhang Lao (Tokoh/Sesepuh). Seperti agama lain yang diakui oleh negara Indonesia, agama Khonghucu juga memiliki kitab sucinya sendiri. Kitab agama Khonghucu terdiri dari 2 jenis kitab, yaitu
1. Wu Jing (Kitab Suci yang Lima), kitab ini terdiri dari:
- Kitab Sanjak Suci Shi Jing