Mohon tunggu...
SRIWAHYUNI IMRON
SRIWAHYUNI IMRON Mohon Tunggu... Guru - Guru Ekonomi SMA

Belajar dan terus belajar selagi Allah masih memberikan kesehatan lahir dan batin serta keselamatan dunia akhirat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

2.3.a.8. Koneksi antar Materi - Modul 2.3

1 September 2023   09:30 Diperbarui: 1 September 2023   09:44 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:  Koleksi Pribadi

2.3.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI -- MODUL 2.3

REVIEW MODUL PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENGGERAK

Paket Modul 1 - Paradigma dan Visi Guru Penggerak

Pada modul ini terdiri dari empat modul mulai dari 1.1 sampai 1.4. Modul 1.1 berjudul Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hajar Dewantara, Modul 1.2: Nilai dan Peran Guru Penggerak, Modul 1.3: Visi Guru Penggerak, dan Modul 1.4 berjudul Budaya Positif.

Pada modul 1.1, saya diajak untuk merefleksikan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan, di mana mendidik dan mengjara merupaka sebuah proses memanusiakan manusia sehingga harus memerdekakan manusia secara fisik, mental, jasmani, dan rohani. Sebagai pendidik harus dapat menuntun murid sesuai kodrat alam dan zamannya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Di modul ini juga ditegaskan bagaimana Pendidikan itu harus berpihak pada murid.

Modul 1.2, saya belajar mengeksplorasi konsep dan berkolaborasi tentang bagaimana nilai dan peran seorang guru penggerak dalam menumbuhkembangkan sekolah dan ekosistem pendidikan agar benar-benar berpihak pada murid. Ada lima nilai yang harus dimiliki oleh seorang guru penggerak antara lain: (1) Berpihak pada murid, (2) Mandiri, (3) Kolaboratif, (4) Reflektif, dan (5) Inovatif. Sedangkan peran Guru Penggerak, diharapkan bisa mencapai lima hal yaitu (1) Menjadi pemimpin pembelajaran, (2) Menjadi coach bagi guru lain, (3) Mendorong kolaborasi (4) Mewujudkan kepemimpinan murid, dan (5) Menggerakkan komunitas praktisi.

Modul 1.3 mempelajari tentang Visi Guru Penggerak. Di sini saya mengeksplorasi dan berkolaborasi bagaimana lingkungan belajar yang bermakna dan berpihak pada murid harus ditumbuhkan. Peserta membuat lukisan mimpi dan narasi visi mengenai murid dan sekolah di masa depan yang berpihak pada murid menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif. Inkuiri Apresiatif (IA) merupakan suatu filosofi, suatu landasan berpikir yang berfokus pada upaya kolaboratif untuk menemukan hal positif dalam diri seseorang, dalam suatu organisasi dan dunia di sekitarnya baik di masa lalu, masa kini maupun masa depan (Cooperrider & Whitney, 2005).

Modul 1.4 merupakan bagian akhir dari paket modul 1. Dibandingkan dengan modul sebelumnya, modul ini yang paling banyak dari sisi konten yang harus dipelajari. Ada enam sub bab dalam modul ini, antara lain: (1) Disiplin dan Nilai-Nilai Kebajikan Universal, (2) Teori Motivasi, Hukuman, Penghargaan, dan Restitusi, (3) Keyakinan Kelas, (4) Kebutuhan Dasar Manusia, dan Dunia Berkualitas, (5) Restitusi - 5 Posisi Kontrol, dan (6) Segitiga Restitusi.

Paket Modul 2 - Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan Murid

Setelah mempelajari materi pada modul 2.3 yaitu coaching untuk supervisi akademik, kini telah tiba saatnya saya harus melakukan refleksi pembelajaran modul dan mencoba mengaitkannya dari semua rangkaian modul 2. Dimana pada modul 2 terdiri dari 3 modul yaitu modul 2.1 pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid, modul 2.2 pembelajaran sosial dan emosional, serta modul 2.3 coaching untuk supervisi akademik.

Pada modul 2.1 yaitu pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid, membahas tentang bagaimana seorang guru atau pendidik mampu memenuhi kebutuhan belajar pada tiap-tiap individu murid. Belajar sifatnya adalah personal, oleh karena itu maka proses pembelajaran hanya akan bermakna jika seorang guru dapat memenuhi kebutuhan belajar muridnya yang sangat beragam. setiap individu murid itu unik, tidak ada yang sama. seorang pendidik harus kreatif dalam melakukan proses pembelajaran di kelas. modul 2.1 menekankan pada konsep pembelajaran yang berdiferensiasi.

Sebagai seorang coach di sekolah, peran saya akan berfokus pada mendukung pengembangan kompetensi dan kemampuan para pendidik dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional. Saya akan menggunakan pendekatan coaching untuk membantu guru-guru mengintegrasikan konsep-konsep tersebut dalam praktik kelas mereka. Saya akan menjelaskan bagaimana peran saya sebagai seorang coach akan terkait dengan materi sebelumnya tentang pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional.

Pembelajaran Berdiferensiasi:

Penilaian Awal dan Perencanaan: Sebagai coach, saya akan bekerja dengan guru untuk membantu mereka mengidentifikasi kebutuhan dan tingkat pemahaman siswa. Saya akan membantu guru merencanakan pembelajaran yang mempertimbangkan perbedaan individual dalam gaya belajar, tingkat pemahaman, dan minat siswa.

Strategi Pengajaran yang Beragam: Saya akan membantu guru mengembangkan berbagai strategi pengajaran yang sesuai dengan berbagai tipe siswa. Saya akan memberikan ide dan saran tentang bagaimana mengadaptasi materi pembelajaran agar relevan dan menarik bagi semua siswa di kelas.

Pemantauan dan Penyesuaian: Sebagai coach, saya akan bekerja sama dengan guru untuk menganalisis data hasil belajar dan merencanakan penyesuaian yang diperlukan. Kami akan bersama-sama mengidentifikasi siswa yang memerlukan bantuan tambahan atau tantangan lebih lanjut.

Pada modul 2.2 yaitu Pembelajaran Sosial Emosional, Pengembangan Keterampilan Sosial dan Emosional: Sebagai coach, saya akan membantu guru mengidentifikasi keterampilan sosial dan emosional yang relevan untuk ditanamkan dalam pembelajaran. Kami akan merancang aktivitas yang mendukung pengembangan empati, keterampilan komunikasi, dan manajemen emosi siswa.

Integrasi dalam Konteks Pembelajaran: Saya akan bekerja dengan guru untuk mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional ke dalam berbagai mata pelajaran. Kami akan merencanakan cara-cara bagaimana topik-topik seperti empati, kerja sama, dan konflik dapat diajarkan dalam konteks pembelajaran yang nyata.

Pendekatan Kepemimpinan dan Peran Model: Sebagai seorang coach, saya akan mendukung guru dalam menjadi model peran yang kuat dalam keterampilan sosial emosional. Kami akan berdiskusi tentang bagaimana guru dapat memperlihatkan contoh pemecahan masalah, manajemen konflik, dan komunikasi yang efektif kepada siswa.

Pada modul 2.3 yaitu Coaching untuk supervisi akademik, Integrasi Materi Sebelumnya: Dalam peran saya sebagai coach, saya akan menggabungkan prinsip-prinsip pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional. Saya akan membantu guru merancang pendekatan pembelajaran yang tidak hanya memperhatikan perbedaan individual siswa, tetapi juga memfasilitasi pengembangan keterampilan sosial dan emosional mereka. Saya akan mendukung guru dalam merencanakan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja dalam kelompok yang berbeda-beda, berkolaborasi secara efektif, dan mengelola emosi mereka dalam proses pembelajaran.

Pada akhirnya, peran saya sebagai coach akan terkait erat dengan penerapan praktik-praktik pembelajaran berdiferensiasi dan pengembangan keterampilan sosial emosional di kelas. Saya akan berkolaborasi dengan guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh, dan membantu mereka menjadi individu yang siap menghadapi tantangan dalam kehidupan.

Keterampilan coaching memiliki keterkaitan yang kuat dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran. Coaching adalah pendekatan yang dapat membantu pemimpin pembelajaran mengembangkan diri mereka sendiri, mengoptimalkan potensi, dan mencapai tujuan mereka dengan lebih efektif. Berikut adalah beberapa cara keterampilan coaching berhubungan dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran:

  • Pemahaman Diri dan Pengembangan Pribadi: Keterampilan coaching mendorong pemimpin pembelajaran untuk merenung tentang kekuatan, kelemahan, nilai-nilai, dan tujuan mereka secara mendalam. Dengan memahami diri mereka sendiri dengan baik, pemimpin pembelajaran dapat mengidentifikasi area di mana mereka perlu mengembangkan kompetensi lebih lanjut dan merancang rencana tindakan untuk mencapai tujuan ini.
  • Keterampilan Komunikasi yang Efektif: Coaching melibatkan keterampilan mendengarkan aktif dan bertanya yang baik. Pemimpin pembelajaran yang efektif harus memiliki kemampuan komunikasi yang kuat, baik dalam hal memberikan arahan, memberikan umpan balik, maupun dalam memotivasi dan mempengaruhi anggota tim mereka. Keterampilan komunikasi yang efektif membantu pemimpin membina hubungan yang kuat dan saling menguntungkan dengan tim mereka.
  • Meningkatkan Keterampilan Kepemimpinan: Coaching membantu pemimpin pembelajaran mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang lebih baik. Dalam konteks pendidikan, ini bisa termasuk keterampilan seperti delegasi yang bijaksana, pengambilan keputusan berbasis bukti, pengembangan visi, dan memotivasi anggota tim untuk mencapai tujuan bersama.
  • Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis: Sebagai seorang coach, pemimpin pembelajaran diajak untuk mempertanyakan asumsi, menganalisis situasi secara mendalam, dan mengidentifikasi solusi yang efektif. Kemampuan berpikir kritis ini sangat penting dalam mengatasi tantangan yang kompleks di dunia pendidikan.
  • Memfasilitasi Pengembangan Tim: Keterampilan coaching dapat membantu pemimpin pembelajaran dalam memfasilitasi pengembangan tim mereka. Pemimpin pembelajaran harus mampu memahami dan mendukung anggota tim dalam mencapai potensi terbaik mereka, serta merencanakan pelatihan dan pengembangan yang sesuai.
  • Keterampilan Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan: Dalam konteks pendidikan, pemimpin pembelajaran sering dihadapkan pada masalah dan keputusan yang rumit. Keterampilan coaching membantu mereka mengembangkan pendekatan sistematis untuk memecahkan masalah, menganalisis opsi, dan mengambil keputusan yang berdampak.
  • Pemberian Umpan Balik Konstruktif: Pemimpin pembelajaran perlu memberikan umpan balik yang konstruktif kepada anggota tim, guru, dan staf. Keterampilan coaching membantu mereka mengasah kemampuan memberikan umpan balik yang membantu dalam merangsang perkembangan individu dan tim.

Secara keseluruhan, keterampilan coaching membantu pemimpin pembelajaran menjadi pendidik yang lebih efektif, memiliki dampak yang lebih besar, dan mampu mendukung pengembangan staf dan siswa dengan lebih baik. Keterampilan ini memungkinkan pemimpin pembelajaran untuk merancang lingkungan belajar yang inklusif, berfokus pada perkembangan berkelanjutan, dan menciptakan dampak positif dalam pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun