Mohon tunggu...
Sri Wahyuni
Sri Wahyuni Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Prodi Kimia Universitas Negeri Semarang

Mengajar Termodinamika di Prodi Kimia UNNES

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengolahan Sampah Organik di Desa Banyudono Boyolali

31 Juli 2023   15:28 Diperbarui: 1 Agustus 2023   11:38 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembukaan acara Pengabdian UNNES 2023 (Dok. pribadi)

Sampah organik adalah sampah yang terbentuk akibat aktivitas kehidupan manusia yang berlangsung setiap hari. Sampah organik dapat berasal dari kegiatan rumah-tangga sehari-hari, dari kegiatan ekonomi di pasar, maupun dari kegiatan ekonomi di sektor usaha kuliner. Sampah organik umumnya terdiri dari sisa makanan yang telah diolah, sisa bahan makanan yang belum diolah, maupun sampah yang terbentuk akibat pertumbuhan tanaman dan tumbuhan. Jadi sampah organik selalu ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. 

Adapun contoh yang termasuk sampah organik adalah sisa makanan berupa sayur, buah, dan daging/ikan, kotoran hewan hingga daun kering. Berdasarkan uraian tersebut, sampah adalah suatu barang yang dibuang karena sudah tidak terpakai lagi yang merupakan sisa dari kegiatan manusia. Adapun maksud dari organik adalah suatu zat yang berasal dari makhluk hidup, yaitu manusia, hewan, atau tumbuhan.

Sampah akan terus bertambah jumlahnya apabila tidak dikelola secara tepat dan benar dan menimbulkan gangguan pada manusia. Jika dikelola dengan benar maka sampah dapat memberikan manfaat bagi manusia. Ada tiga prinsip utama dalam pengelolaan sampah yaitu: menggunakan kembali (reuse), mengurangi jumlah/ volumenya (reduce), dan melakukan daur ulang (recycle) terhadap sampah agar dihasilkan produk lain yang bermanfaat bagi manusia. Tiga prinsip tersebut dapat diterapkan pada sampah organik maupun sampah anorganik.

Salah satu upaya untuk mengelola sampah anorganik telah diterapkan di Desa Banyudono, Kabupaten Boyolali. Upaya tersebut adalah dengan membentuk bank sampah (anorganik) berupa limbah plastik. Limbah plastik yang dikumpulkan kemudian diolah menjadi berbagai barang kerajinan rumah tangga seperti perkakas sederhana dan hiasan. Sementara itu untuk pengelolaan sampah organik belum diterapkan secara konsisten.

Sampah organik yang diolah dengan benar dapat menjadi pupuk organik yaitu kompos dan produk ecoenzim yang selain akan mengurangi volume sampah organik di lingkungan desa juga menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat desa itu sendiri maupun masyarakat sekitar yang membutuhkan. Dalam pengelolaan sampah organik ini, yang diperlukan adalah kemauan dan kemampuan warga desa untuk mengelola sampah di lingkungan sendiri agar menjadi produk yang bernilai ekonomi dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Sampah organik berupa sisa makanan atau limbah rumah tangga dan juga sampah dedaunan dan ranting pohon yang dijumpai di kebun atau halaman rumah yang masih terdapat tanaman dapat diolah dengan metode sederhana menjadi kompos dan ecoenzim. Sampah yang dalam kondisi jelek atau hamper membusuk dapat dikumpulkan dan diolah menjadi kompos. Sementara itu sampah yang masih segar, biasanya kulit buah-buahan atau sayuran, dapat diolah menjadi bahan cair serba guna yang disebut ecoenzim. Sampah organik yang telah diolah menjadi kompos dan ecoenzim jika dikelola secara terpadu melalui wadah PKK desa akan dapat memberikan nilai tambah secara ekonomi selain memberikan kontribusi pada penyelesaian masalah sampah itu sendiri.

Berdasarkan pemikiran tersebut, tim PPM dari jurusan Kimia UNNES melakukan kegiatan pemberdayaan wanita melalui kegiatan pelatihan mengolah sampah organik menjadi kompos dan ecoenzim. Dengan memberdayakan para wanita di desa Banyudono untuk membuat kompos dan ecoenzim dari sampah organik maka salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan sampah di desa khususnya desa Banyudono dapat terus dilakukan dan ditingkatkan. Apabila ketrampilan mengelola sampah organik ini telah diterapkan dengan konsisten maka untuk selanjutnya pemerintah Desa diharapkan dapat mengupayakan sarana dan prasarana yang lebih besar dan memadai agar pengelolaan sampah menjadi  kegiatan yang dapat mengubah sampah menjadi suatu produk yang bernilai ekonomi dan yang paling penting adalah tercapainya kemandirian dalam upaya mengatasi masalah sampah di lingkungan desa. Akhirnya Desa Banyudono dapat menjadi desa yang dapat mengelola sampah secara mandiri.

Tim Pengabdi bersama ibu Lurah dan kader PKK (Dok. pribadi)
Tim Pengabdi bersama ibu Lurah dan kader PKK (Dok. pribadi)

Praktik membuat ecoenzim (Dok. pribadi)
Praktik membuat ecoenzim (Dok. pribadi)
Tim PPM UNNES yang terdiri dari: Dr. Ir. Sri Wahyuni, M.Si (Ketua), didampingi oleh 3 anggota yaitu, Dr. Triastuti S, M.Si., Dr. Nuni Widiarti, M.Si., dan Nuril Huda, S.Si, serta 3 mahasiswa melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Banyudono pada tanggal 12 Juli 2023. Kegiatan ini difasilitasi dan dihadiri oleh bapak Lurah Desa Banyudono, bapak Dwi Tanto beserta istri, Ibu Henny Soesilowati selaku Ketua Penggerak PKK Desa Banyudono. Pelatihan juga dibantu oleh mahasiswa yang sedang KKN di Desa Banyudono. 

Kegiatan difokuskan pada pelatihan membuat kompos dan ecoenzim kepada kader PKK tingkat RT (ada 20 RT) dan RW (ada 4 RW) sebagai peserta inti yang jumlahnya sekitar 40 orang . Ketrampilan pengelolaan sampah organik menjadi kompos dan ecoenzim dapat diteruskan kepada seluruh warga desa agar permasalahan sampah khususnya sampah organik dapat diatasi secara mandiri. Hal ini dapat memberikan kontribusi pengurangan volume sampah yang hanya dibuang begitu saja ke lingkungan.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini direncanakan dalam tiga tahap yang didahului dengan tahap pengenalan dan pelatihan. Selanjutnya dilakukan praktik secara mandiri, baik untuk membuat kompos maupun ecoenzim. Kemudian dilakukan monitoring pada waktu yang telah ditentukan untuk melakukan evaluasi hasil praktik yang dilakukan oleh kader PKK RT dan RW secara mandiri. Tim PPM UNNES selain membekali peserta pengabdian dengan materi tentang pengolahan sampah organik juga memberikan fasilitas berupa kantong kompos untuk membuat kompos dan set peralatan untuk membuat ecoenzim. Materi pengolahan sampah menjadi kompos dan ecoenzim disampaikan oleh ibu Dr. Triastuti dibantu im.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun