PKI dituduh sebagai dalang di balik Gerakan 30 September, meskipun sampai sekarang banyak perdebatan mengenai sejauh mana keterlibatan partai tersebut. Beberapa pihak percaya bahwa gerakan ini merupakan upaya kudeta yang didalangi oleh PKI, sementara ada juga teori yang mengatakan bahwa ini adalah hasil persaingan internal militer dan manipulasi oleh pihak-pihak tertentu.
Setelah gerakan ini, Jenderal Soeharto mengambil langkah cepat untuk menguasai situasi. Pada 1 Oktober 1965, dia menggerakkan pasukan untuk menumpas gerakan tersebut dan menyatakan bahwa PKI berada di balik upaya kudeta ini. Gerakan pembersihan terhadap simpatisan PKI dimulai, dan dalam waktu singkat, PKI dinyatakan sebagai organisasi terlarang.
Penumpasan terhadap anggota PKI dan mereka yang diduga simpatisan berujung pada pembantaian massal di berbagai daerah, dengan perkiraan jumlah korban mencapai ratusan ribu hingga satu juta jiwa. Peristiwa ini menandai runtuhnya kekuasaan Presiden Soekarno dan bangkitnya Jenderal Soeharto sebagai pemimpin baru yang kemudian mendirikan pemerintahan Orde Baru.
G30S/PKI membawa dampak yang luas, tidak hanya dalam politik tetapi juga sosial budaya Indonesia. Rezim Orde Baru menggunakan peristiwa ini sebagai dasar untuk membangun narasi anti-komunis yang kuat selama 32 tahun kekuasaannya. Setiap 30 September, film dokumenter "Pengkhianatan G30S/PKI" diputar di televisi sebagai bagian dari propaganda negara.
Pada masa Orde Baru, segala bentuk ajaran komunisme dilarang, dan siapa pun yang dianggap berhubungan dengan PKI atau simpatisannya mendapat stigma buruk. Banyak keluarga korban yang terlibat atau dituduh terlibat dalam G30S/PKI mengalami diskriminasi selama bertahun-tahun.
Setelah berakhirnya Orde Baru pada 1998, banyak sejarawan dan akademisi mulai menggali ulang fakta-fakta seputar G30S/PKI. Penyelidikan baru menunjukkan bahwa keterlibatan PKI dalam gerakan ini tidak sesederhana yang dinarasikan oleh rezim Orde Baru. Beberapa teori konspirasi muncul, termasuk dugaan adanya campur tangan asing dan konflik internal di kalangan militer yang memicu peristiwa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H