Peranan bimbingan dan konseling di sekolah sangat nyata dalam membantu perkembangan pribadi peserta didik. Peranan tersebut yaitu membantu peserta didik mengaktualisasikan potensinya, membantu menyelesaikan tugas perkembangan, membantu peserta didik menjadi pribadi yang mandiri dan anggota masyarakat yang bertanggung jawab, dan membantu peserta didik tumbuh berkembang sebagai pribadi yang unik.Â
Dalam upaya tersebut, guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam menyelenggarakan layanan merujuk pada kebutuhan peserta didik baik secara analisis klasikal atau individual. Analisis kebutuhan peserta didik dapat dilakukan dengan menganalisis uraian tugas perkembangan peserta didik.
Penjabaran dari upaya bantuan kepada peserta didik dalam mencapai tugas perkembangan antara lain perlu mempertimbangkan perkembangan fisiologis, psikis, dan perilaku peserta didik. Pemahaman guru bimbingan dan konseling atau konselor akan hal tersebut memungkinkan adanya pelayanan yang sesuai kebutuhan peserta didik. Penerapan kaidah perkembangan fisiologis, psikis, dan perilaku individu dalam layanan BK dapat dilakukan sebagai dasar dalam beberapa kegiatan, antara lain:
Menyusun program Â
Program BK yang baik ialah suatu bentuk program BK apabila dilaksanakan di sekolah memiliki efisiensi dan efektifitas yang optimal. Salah satu syarat program BK adalah hendaknya memberikan pelayanan kepada semua peserta didik (W. Miller dalam Wibowo, 2002:8). Selain itu, dalam menyusun program hendaknya berdasar kebutuhan bagi pengembangan peserta didik sesuai dengan kondisi pribadinya, jenjang dan jenis pendidikannya.Â
Memperhatikan pada syarat penyusunan program tersebut, maka guru BK di jenjang SMP dan SMA/SMK dituntut untuk memahami kebutuhan peserta didiknya. Kebutuhan tersebut terkait erat dengan antara lain dilihat dari perkembangan fisiologisnya, psikologis, dan perilakunya. Untuk mengetahui kebutuhan tersebut guru bimbingan dan konseling atau konselor dapat melakukan pengumpulan data tentang kebutuhan peserta didik untuk mengoptimalkan perkembangan fisiologis, misalnya data tentang ukuran tinggi dan berat badan, keadaan panca indra, penyakit yang pernah diderita, dan pandangan peserta didik terhadap perkembangan fisiologisnya.Â
Mengidentifikasi dan menemukan masalahÂ
Data tersebut misalnya tentang keadaan emosi, hubungan sosial, bakat dan upaya pengembangan bakat, pelaksanaan nilai-nilai agama, tata tertib sekolah, dan masyarakat. Tidak kalah penting, tentang kebutuhan perilaku. Guru bimbingan dan konseling atau konselor dapat mengetahui hal tersebut dengan menyusun instrumen analisis kebutuhan yang mengungkap perkembangan perilaku dan kemungkinan dimilikinya perilaku bermasalah yang membutuhkan pelayanan bimbingan dan konseling. Misalnya, kecenderungan merokok dan narkoba, perilaku seksual dan perilaku belajar.
Menentukan jenis layanan bimbingan dan konselingÂ
Data kebutuhan peserta didik yang sudah diperoleh merupakan dasar penyusunan program BK. Materi tentang penyusunan intrumen analisis kebutuhan peserta didik dan menyusun program BK akan dibahas pada mata diklat khusus.
Selain kegiatan yang telah dikemukakan dengan menguasai karakteristik anak usia sekolah menengah yang demikian, maka guru diharapkan untuk:
Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan peserta didik pria dan wanita ketika membahas topik-topik yang berkenaan dengan anatomi dan fisiologi.
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyalurkan hobi dan minatnya melalui kegiatan-kegiatan yang positif.
Menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual atau kelompok kecil.
Meningkatkan kerjasama dengan orangtua dan masyarakat untuk mengembangkan potensi peserta didik.
Tampil menjadi teladan yang baik bagi peserta didik.
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar bertanggung jawab.
Secara fungsional bimbingan dan konseling sangat signifikan sebagai salah satu upaya pendidikan untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap perkembangan dan tuntutan lingkungan. Bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupan yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian, dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungan. Bimbingan dan konseling merupakan proses yang menunjang pelaksanaan program pendidikan di sekolah, karena program-program bimbingan dan konseling meliputi aspekaspek perkembangan individu, khususnya menyangkut kawasan kematangan pendidikan, kematangan karir, kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial (Wibowo, 2002)
Kematangan psiko-fisiologis, sosio-kultural dan pendidikan yang menjadi tuntutan untuk dipenuhi pada setiap tahap perkembangan individu. Tuntutan tersebut hendaknya dipenuhi seoptimal mungkin. Pencapaiannya secara optimal akan merupakan dasar yang kuat untuk kesuksesan perkembangan individu pada tahap berikutnya. Hambatan atau kekurangan dalam pencapaian tuntutan tersebut akan menimbulkan gangguan dan hambatan pada tahap berikutnya.
Kegiatan bimbingan dan konseling diarahkan kepada hal-hal pokok yang menyangkut perkembangan individu serta kehidupan mereka sehari-hari, termasuk di dalamnya permasalahan yang mungkin mereka alami. Fokus utama bimbingan dan konseling adalah terpenuhinya tugas perkembangan peserta didik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H