Mohon tunggu...
Sri Wahyuni
Sri Wahyuni Mohon Tunggu... Mahasiswa -

i'm a pluviophile. i really love writing and singing. ordinary girl. and addctd with coffee (:

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Budaya Mencontek Masih Ada?

23 November 2017   12:30 Diperbarui: 23 November 2017   12:45 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi Pelajar, tentunya mendengar kata Mencontek sudah sangat biasa. Sebenarnya apasih mencontek itu? Moncontek atau menyontek berasal dari kata Sontek yang berarti melanggar,menocoh ataupun menjiplak sesuatu. Mencontek adalah suatu perbuatan yang menggunakan cara-cara tidak sah untuk tujuan yagn sah yaitu mendapatkan keberhasilan di akademis ataupun untuk menghindari kegagalan dari akademis itu sendiri. 

Bukan hanya sekedar untuk akademis, mencontek dalam kehidupan sehari-hari juga bisa. Misalnya, Menjiplak tulisan orang untuk suatu kebutuhan nya ataupun memanipulasi suatu nilai. Atau dengan Kata lain, Mencontek adalah suatu perbuatan untuk mencari kebenaran dengan sesuatu yang salah. Sudah jelas, Jika perbuatan mencontek ini adalah perbuatan yang buruk dan sangat tidak patut untuk di tiru. Seseorang mencontek dalam keadaan di bawah tekanan.

Misalnya ketika seorang siswa sedang ujian. Tadi malam Ia lupa untuk belajar, pada saat ujian Ia tidak dapat mengisi soal. Otomatis, terdorong niat Siswa tersebut untuk melakukan Contek. Ada juga Siswa yang malas belajar namun menggunakan pelampung atau contekan pada saat ujian. Kalian pasti sudah sering kan mendengar Kata pelampung? Bukan pelampung yang di gunakan jika kamu tenggelam di lautan. Pelampung jenis ini adalah Pelampung yang di gunakan untuk mengisi suatu soal dan dapat memanipulasi nilai.

Saya ingin sedikit berbagi cerita mengenai Contekan ..

Beberapa hari yang lalu, saya menjalan Ujian Mid untuk sebuah mata kuliah. Saya belajar semalaman untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Ketika esok hari tiba di Kampus, Saya bertanya kepada seorang teman kelas Saya " Kamu sudah Belajar? " Begitu tanya saja. Kemudian Dia hanya menempuk bahu Saya seraya berkata " Tenang, Kan ada ini " Dia menunjukkan sebuah kertas kecil. Dan itu adalah pelampung. 

Saat itu, Ujian berjalan lancar menurut Saya. Dan kemarin, Hasil ujianpun di bagikan. Saya mendapatkan Nilai 85. Bersyukur nilai Saya tuntas. Kemudian, Saya melihat nilai teman Saya yang memakai pelampung saat Ujian kala itu. Kalian ingin tahu nilainya berapa? 98.. Saya tidak kaget lagi melihat nilainya. Sudah pasti sempurna, Karena semua jawaban ada di pelampungnya. Namun ada rasa kesal di hati Saya. Saya yang belajar, Dapt nilai di bawah Dia yang menggunakan contekan. Ada rasa tidak adil terbesit di pikiran Saya. Namun Saya hanya bisa bersabar. Dan berdoa Agar teman saya itu di berikan hidayah. 

Dari kisah Tersebut, Saya akhirnya sadar, Bahwa di negara kita ini Budaya mencontek adalah hal yang sudah biasa. Budaya mencontek itu berakibat sangat fatal. Membuat kita menjadi malas untuk membuat suatu Karya. Untuk apa kita membuat suatu karya, Jika ujung-ujungnya karya tersebut di Jiplak oleh orang lain? Terus terang, Saya sangat merasa sedih akan budaya mencontek. 

Bukan maksud Saya untuk menyindir atau menyinggung orang-orang yang melakukan perbuatan tersebut. Saya akui, Saya juga pernah menyontek. Hanya saja sudah tidak pernah lagi. Saya mengubah pola pikir saya, Jika kita terus menerus mencontek, akan jadi apa negara kita ini? generasi mudanya hanya di penuhi oleh contekan. Kapan kita akan menghasilkan karya yang murni dari hasil kerja keras kita sendiri? Kapan negara kita akan maju dan berkembang?

Ayo, Mulai sekarang kita hilangkan budaya Mencontek di negara Kita. Jangan malas untuk belajar dan membuat suatu Karya. Cobalah untuk belajar menghargai karya orang lain dan buat karyamu sendiri. Indonesia akan lebih baik tanpa budaya mencontek. 

Terima kasih untuk Kalian yang sudah meluangkan waktu untuk membaca artikel ini ..

Semoga bermanfaat bagi kita semua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun