Mohon tunggu...
SRI UTAMININGSIH
SRI UTAMININGSIH Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN/UNIVERSITAS PAMULANG

Bismahirahmannirohim

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Organisasi dalam Konteks Work of Life "Pentingnya Keseimbangan antara Kehidupan Kerja dan Pribadi"

16 Juli 2024   14:40 Diperbarui: 16 Juli 2024   14:41 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canva design Student Association

Budaya organisasi dalam work of life menjadi sorotan penting di dunia korporasi saat ini. Bagaimana nilai-nilai dan norma yang diterapkan di lingkungan kerja mempengaruhi kehidupan sehari-hari karyawan di luar jam kerja menjadi perbincangan hangat dalam upaya menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif. Budaya organisasi yang inklusif dan mendukung keseimbangan kehidupan kerja dan pribadi terbukti membawa dampak positif bagi kesejahteraan karyawan. Lingkungan kerja yang memotivasi dan memberdayakan karyawan untuk mencapai keseimbangan tersebut telah menjadi prioritas bagi banyak perusahaan.

“Keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi adalah elemen penting dalam mencapai tingkat kepuasan dan kinerja karyawan yang optimal”. Salah satu aspek penting dari budaya organisasi dalam work of life adalah fleksibilitas waktu kerja. Perusahaan yang memperhatikan kebutuhan individu dengan memberikan fleksibilitas dalam jadwal kerja mereka cenderung memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi di antara karyawannya.

Selain itu, dukungan untuk keseimbangan kehidupan kerja dan pribadi juga tercermin dalam kebijakan perusahaan terkait cuti keluarga, program kesejahteraan karyawan, dan promosi dari dalam perusahaan. Dengan adanya dukungan ini, karyawan merasa dihargai dan didukung dalam mencapai tujuan pribadi mereka.

Namun, di sisi lain, budaya organisasi yang tidak mendukung keseimbangan kehidupan kerja dan pribadi dapat berdampak negatif pada kesejahteraan karyawan. Lingkungan kerja yang kompetitif, toksik, atau otoriter dapat menyebabkan stres yang tinggi dan konflik antar karyawan, serta berujung pada penurunan produktivitas dan kinerja kerja.

Dengan demikian, perusahaan di seluruh dunia diimbau untuk memperhatikan dan memelihara budaya organisasi yang mendukung work-life balance dan pertumbuhan pribadi karyawan. Budaya yang positif dan inklusif akan menciptakan lingkungan kerja yang sehat, harmonis, dan produktif bagi seluruh anggota organisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun