Mohon tunggu...
Sri Sutrianti
Sri Sutrianti Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP

tertarik belajar menulis sebagai upaya ekspresif terapi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Situ Cisanti, Asal-Usul Citarum Dalam Pusaran Waktu

11 Januari 2025   06:51 Diperbarui: 11 Januari 2025   06:51 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situ Cisanti. Dokpri

Di sebuah sudut Bandung Selatan, ada salah satu danau  yang memantulkan siluet keabadian. Danau kecil ini adalah hulu Sungai Citarum, nadi kehidupan yang melintasi ribuan tahun sejarah, kebudayaan, dan geologi tanah Parahyangan. Seperti lembaran novel yang belum selesai, Situ Cisanti menyimpan cerita yang terlalu dalam untuk sekadar dibaca.  Ia menunggu  untuk disentuh, dan  direnungkan.


Jika kita mengawali perjalanan dari  Pintu Tol Pasirkoja,  google map akan langsung mengarahkan kendaraan ke Tol Soroja dengan mengikuti rambu menuju Soreang. Hanya dalam waktu sekitar 10-15 menit, Anda akan tiba di Gerbang Tol Soreang. Keluar dari gerbang ini, perjalanan dilanjutkan menuju Jalan Raya Soreang--Pangalengan.

Di sepanjang perjalanan sejauh 30 km ini, pemandangan kebun teh, hamparan perkebunan sayur, dan udara pegunungan yang sejuk menjadi teman setia. Jalan berkelok khas daerah pegunungan mulai terasa, namun tetap mudah dilalui dengan kendaraan roda empat maupun roda dua.

Ketika mendekati kaki Gunung Wayang, perhatikan tanda petunjuk menuju Situ Cisanti. Gerbangnya mudah dikenali, dan dari sana, perjalanan singkat akan membawa Anda ke hulu Sungai Citarum, tempat danau kecil  ini berada.

Dengan jalur ini, durasi perjalanan dari Pasirkoja ke Situ Cisanti dipangkas menjadi hanya sekitar 1 hingga 1,5 jam, tergantung lalu lintas. Google Maps akan memberikan petunjuk yang jelas sepanjang perjalanan. Jangan lupa untuk mengisi bahan bakar dan menikmati perjalanan menuju salah satu destinasi alam terbaik di Jawa Barat!

Pertemuan Air dan Mitos
Bagi masyarakat Sunda, Citarum bukan hanya sungai; ia adalah urat nadi peradaban. Dalam legenda Sunda, nama Citarum berasal dari kata ci yang berarti air dan tarum, nama tanaman pewarna alami yang dulunya tumbuh subur di sekitar sungai ini. Di mulut hulu, Situ Cisanti menyuguhkan lanskap yang penuh misteri: pohon-pohon yang menjulang diam, dan air yang mengalir dengan kesabaran  yang purba.

Sejarah mencatat, kawasan ini adalah bagian dari peradaban agraris Sunda kuno. Ruang sakral yang membawa cerita tentang penghormatan pada alam. Beberapa tokoh karuhun atau leluhur masyarakat Sunda diyakini pernah bertapa di sekitar hulu ini, mencari wahyu di antara kabut pagi yang menyelimuti Situ Cisanti.

Alam dan Relasi Sosial
Masyarakat lokal memandang Situ Cisanti bukan hanya sebagai sumber air, tetapi juga ruang spiritual. Tradisi-tradisi lokal seperti hajat lembur---sebuah ritual untuk menjaga harmoni alam dan manusia---masih dipraktikkan di sekitar kawasan ini. Para petani yang menggantungkan hidupnya pada aliran Citarum sering berziarah ke Situ Cisanti untuk memberikan penghormatan pada alam. Ada kepercayaan bahwa air yang mengalir dari Cisanti adalah simbol berkah yang harus dijaga keseimbangannya.

Dari sisi antropologi, Cisanti menggambarkan pola hubungan manusia dengan lingkungannya: relasi yang bersifat mutualistik. Ia bukan sekadar tempat, melainkan juga perwujudan harmoni kosmis yang menembus zaman.

Saksi Diam Perubahan Bumi

Situ Cisanti adalah cermin perjalanan panjang Bumi. Situ ini terletak di kaki Gunung Wayang, gunung berapi yang kini tertidur dalam diam. Jejak erupsi tua menyisakan lanskap yang unik: tanah vulkanik subur yang menyokong pertumbuhan vegetasi lebat dan menciptakan sistem air bawah tanah yang menghidupi Situ Cisanti.

Ahli geologi menempatkan Cisanti dalam kisah besar pembentukan dataran tinggi Bandung. Ribuan tahun yang lalu, wilayah ini merupakan dasar danau purba yang luas. Saat air perlahan surut, Cisanti dan kawasan di sekitarnya menjadi sisa dari mozaik danau raksasa itu. Hingga kini, air di Cisanti tetap jernih, seolah membawa pesan dari masa lampau yang tak berubah oleh waktu.

Kearifan Lokal yang Terlupakan
Namun, ada hal yang tak selalu terlihat di permukaan. Di tengah keindahan Cisanti, terdapat cerita tentang tantangan modern. Hulu Citarum, meskipun tampak murni, perlahan menghadapi tekanan akibat eksploitasi manusia. Masyarakat sekitar berjuang mempertahankan tradisi menjaga sumber air, meski menghadapi derasnya perubahan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun