Seperti catatan pada lembar buku harian, Tegalega adalah memoar kolektif. Ia menampung tawa dan peluh, ambisi dan rasa syukur. Dalam kesehariannya, taman ini adalah paru-paru kota. Pada hari Minggu, ia menjadi jantung yang memompa energi ke seluruh penjuru.
 Tegalega dalam Ingatan
Setiap taman memiliki cerita. Tegalega adalah masa lalu yang tak pernah sepenuhnya berlalu, dan masa kini yang penuh harapan. Di bawah bayang-bayang  pohon besar dan di tengah tawa anak-anak yang bermain, kita diingatkan bahwa sebuah kota bukan hanya tentang gedung tinggi atau jalan lebar. Kota adalah manusianya, dan Tegalega adalah tempat di mana manusia kembali berlatih menjadi manusia.
Di sini, dalam ruang terbuka yang tak pernah tidur, waktu seolah berhenti sejenak untuk memberi ruang bagi kita untuk merenung. Taman Tegalega bukan hanya milik Bandung; ia adalah milik siapa saja yang pernah melangkah ke dalamnya, meninggalkan jejak kecil di tengah luasnya tanah ini. Mari kita rawat Tegalega, agar generasi mendatang dapat menemukan harmoni yang sama---di tempat ini, di mana manusia dan alam berbicara dalam bahasa yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H