Kota Bandung punya banyak tempat wisata yang menarik. Mulai dari wisata alam, kuliner, sampai wisata sejarah semua ada di Bandung. Hampir setiap sudut Kota  memiliki cerita yang berbeda-beda. Kali ini, kita akan coba kunjungi daerah selatan Kota Bandung, tepatnya di sekitar Tegallega.Di antara riuh kendaraan dan bayang-bayang gedung, Taman Tegalega berdiri sebagai saksi bisu Sejarah.  Tempat berkumpulnya manusia dan kenangan. Seperti lembaran arsip tua yang tak lekang oleh  waktu.  Taman ini menyimpan cerita panjang, menyatu dalam denyut nadi kota. Taman ini dikelilingi beberapa gedung bersejarah  yang menambah bobot kisahnya. Di dekat taman  ada rumah bersejarah Ibu Inggit Garnasih, seorang Wanita yang pernah menjadi istri Presidenn Pertama RI Ir. Soekarno.  Di sisi utara, terdapat Monumen Bandung Lautan Api, sebuah simbol heroik perjuangan rakyat Bandung yang rela membakar kotanya demi kemerdekaan. Monumen Bandung Lautan Api dibuat tahun 1984 oleh mantan dosen seni rupa ITB, yaitu Pak Sunaryo. Bagian atasnya berbentuk api yang sedang berkobar. Di bagian bawahnya dipasang lirik lagu "Halo-halo Bandung". Di sebelah timur, berdiri bangunan tua yang pernah difungsikan sebagai pusat logistik militer Belanda, yang dahulu menjadi tempat pelatihan dan kini digunakan untuk acara resmi militer. Sedangkan di selatan, sebuah bekas terminal kecil yang kini tak lagi berfungsi mengingatkan kita pada masa ketika jalur kereta api menjadi urat nadi transportasi daerah ini. Taman ini bukan hanya hijau di tengah kota, tetapi juga penopang kenangan yang menjangkau masa lalu.
Sedikit Sejarah Tegalega
Nama Tegalega berasal dari bahasa Sunda, "tegal" berarti ladang dan "lega" berarti luas. Pada masa kolonial, area ini merupakan alun-alun besar yang diperuntukkan sebagai lapangan militer. Namun, seiring waktu, fungsi itu berubah. Di masa pasca-kemerdekaan, taman ini mengalami pasang surut---dari menjadi ruang publik yang hidup hingga sekadar ruang kosong yang tak terurus.
Namun, nasib Tegalega berubah ketika perhatian masyarakat dan pemerintah kota terfokus kembali pada pentingnya ruang terbuka hijau. Tahun 2014 taman ini direvitalisasi menjadi ruang serbaguna yang tidak hanya menyimpan sejarah tetapi juga menawarkan manfaat nyata bagi kehidupan masyarakat modern. Saat ini, Tegalega telah menjadi ruang publik yang multifungsi, mengakomodasi berbagai kegiatan masyarakat. Wajah barunya mencerminkan upaya keras untuk mengembalikan kejayaan taman ini. Menjadikannya bukan hanya sebagai nafas kota, tetapi juga pusat interaksi sosial yang erat terhubung dengan sejarah panjang Bandung.
Tujuan dan Manfaat: Taman untuk Semua Kalangan
Taman Tegalega berdiri sebagai simbol kota yang menyatu dengan warganya. Ada kolam renang yang menjadi oase bagi anak-anak yang ingin berenang, sebuah taman konservasi yang menjadi rumah bagi beragam tanaman, lapangan olahraga yang selalu dipenuhi mereka yang ingin menjaga kesehatan, hingga pasar pagi yang selalu ramai dikunjungi Masyarakat setiap hari Minggu.
Taman ini bukan hanya sebuah tempat. Ia adalah tujuan. Untuk keluarga yang ingin piknik sederhana, untuk masyarakat yang ingin mengajak berolahrga ringan di ruang terbuka, untuk pedagang kecil yang menjajakan dagangan dengan harapan. Setiap sudutnya memiliki fungsi. Setiap jengkalnya memiliki makna.
Hari Minggu: Tegalega Menjadi Panggung Kehidupan
Tegalega mencapai puncak energinya setiap Minggu pagi. Sejak fajar menyingsing, taman ini berubah menjadi tempat rekreasi yang tak ubahnya sebuah festival mingguan. Rumput masih basah oleh embun ketika pasar pagi mulai menggeliat. Para pedagang dengan sigap menggelar tikar, menjajakan aneka barang mulai dari makanan tradisional, pakaian murah, hingga barang antik yang mengundang nostalgia.
Lapangan olahraga menjadi lautan manusia. Berbagai jenis olahraga dilakukan secara massal. Ada senam aerobik yang dipimpin instruktur penuh semangat, yoga di bawah pohon rindang, hingga sekumpulan anak muda yang bermain sepak bola dengan semangat menggelora. Taman ini adalah tubuh kota yang bergerak. Sebuah gym tanpa dinding, di mana semua orang dipersilakan ikut tanpa perlu kartu keanggotaan.Namun, bukan hanya tubuh yang digerakkan di sini, tetapi juga jiwa. Di "panggung terbuka", sekeliling lapangan seni tradisi dan modern bertemu. Ada alunan angklung yang membawa nostalgia pada zaman dulu, ada pula kuda lumping yang gagah perkasa. Lalu, tanpa jeda yang terlalu lama, masuklah suara  speaker yang menyanyikan lagu-lagu tentang cinta dan perlawanan. Kadang ada seni kontemporer yang membuat dahi berkerut. Pertunjukan wayang modern dengan iringan musik elektronik, atau lukisan yang dibuat langsung di tempat. Semua ini berpadu dalam harmoni yang ajaib.
Tegalega adalah Ruang Bersama di Tengah Kota
Tegalega adalah ruang yang hidup, tempat manusia merayakan keberadaannya. Di sini, batas-batas kelas sosial melebur. Mereka yang datang dengan sepeda motor bertemu mereka yang membawa mobil mewah. Anak-anak kecil bermain bersama, tanpa peduli darimana asal mereka. Ia adalah tempat di mana kota yang terfragmentasi oleh jalan-jalan besar kembali menyatu.