Mohon tunggu...
Sri Sutrianti
Sri Sutrianti Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA SMP

tertarik belajar menulis sebagai upaya ekspresif terapi.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Inspirasi dari Realfood: Menemukan Kembali Kesehatan dengan Makanan Alami

25 Juli 2024   07:40 Diperbarui: 25 Juli 2024   07:44 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover buku Realfood cetakan 1. Dokpri

Di tengah kesibukan manusia modern sekarang ini, siapa yang tidak ingin segala sesuatu diselesaikan  serba cepat dan praktis? Tak heran, banyak dari kita yang terjebak dalam rutinitas makanan cepat saji dan ultra-proses, bukan? Dengan jadwal kerja yang padat, tuntutan sosial, dan waktu yang terbatas, makanan instan tampaknya menjadi solusi paling mudah. Namun, apakah kita sadar akan konsekuensi kesehatan dari pola makan seperti ini? 

Apakah kita pernah berhenti sejenak untuk mempertimbangkan manfaat dari real food, makanan alami yang sesungguhnya? Mungkin tidak semua dari kita menyadari,  bahwa beralih ke makanan alami dapat membawa perubahan besar bagi kesehatan kita. Nina Planck, melalui bukunya "Real Food," mengajak kita untuk kembali mengapresiasi dan menikmati makanan alami dengan segala manfaatnya yang luar biasa. Mengapa kita tidak memberikan kesempatan pada diri kita untuk menikmati kekayaan nutrisi yang ditawarkan oleh makanan alami ini?


Buku ini dibagi menjadi beberapa bagian utama yang masing-masing membahas aspek penting dari makanan alami. Planck memulai dengan cerita pribadinya, mengisahkan perjalanan hidupnya dari masa kecil yang dipenuhi makanan alami, tersesat dalam gemerlapnya makanan cepat saji, hingga akhirnya kembali ke akar makanan asli. 

Bab-bab berikutnya fokus pada berbagai jenis makanan alami seperti susu, mentega, dan keju alami; daging dan ikan alami; serta buah dan sayuran segar. Planck juga mengulas tentang lemak alami versus lemak buatan pabrik dan pentingnya memilih makanan alami lainnya seperti telur dan biji-bijian utuh. 

Tidak ketinggalan, buku ini membahas isu kolesterol dan bagaimana kita seringkali salah memahami perannya dalam diet kita. Terakhir, Planck menutup dengan refleksi tentang "dilema omnivora," yaitu kebingungan dalam memilih makanan di tengah melimpahnya pilihan yang ada. Dengan struktur yang sistematis ini, Planck menawarkan panduan lengkap untuk kembali ke makanan alami dan mengapa hal ini sangat penting bagi kesehatan kita.

Dokpri
Dokpri
Berikut adalah tulisan-tulisan dari NIna planck dalam buku Real food : 

1. Saya Dibesarkan dengan Makanan Alami, Tersesat, dan Kembali Lagi
Nina Planck memulai bukunya dengan cerita pribadi tentang bagaimana ia dibesarkan dengan makanan alami. Sebagai anak yang tumbuh di pedesaan, ia menikmati manfaat dari sayuran segar, daging lokal, dan produk susu alami. Namun, seperti banyak orang lainnya, ia tersesat dalam gemerlapnya makanan cepat saji dan ultra-proses saat beranjak dewasa. Perjalanan kembali ke makanan alami merupakan bagian penting dari narasi ini, menekankan pentingnya makanan asli dalam diet kita.
Di Indonesia, banyak dari kita yang mungkin memiliki pengalaman serupa. Generasi sebelumnya lebih akrab dengan pasar tradisional, dimana mereka membeli sayuran segar, ikan, dan daging langsung dari petani atau nelayan. Namun, dengan urbanisasi dan modernisasi, banyak orang beralih ke makanan olahan yang lebih praktis tapi kurang sehat. Kembali ke kebiasaan belanja di pasar tradisional bisa menjadi langkah awal untuk mengadopsi gaya hidup sehat seperti yang disarankan oleh Planck.


2. Susu, Mentega, dan Keju Alami

Produk susu adalah salah satu pokok bahasan utama dalam "Real Food." Planck menjelaskan manfaat dari susu mentah, mentega yang diproduksi secara tradisional, dan keju alami. Di Indonesia, meskipun susu segar dan produk olahannya mulai banyak tersedia, banyak yang masih tergiur dengan produk susu kemasan yang mengandung banyak tambahan gula dan pengawet.
Contoh yang relevan di Indonesia adalah keberadaan susu segar dari peternakan lokal di Lembang atau Boyolali. Susu segar ini biasanya lebih kaya nutrisi dibandingkan susu UHT atau susu bubuk yang banyak beredar di pasaran. Selain itu, mentega dan keju tradisional seperti keju dari susu sapi perah lokal bisa menjadi alternatif yang lebih sehat dibandingkan produk olahan yang diproduksi massal.


3. Daging Alami
Planck berpendapat bahwa daging yang berasal dari hewan yang diberi makan rumput dan hidup bebas memiliki kandungan nutrisi yang jauh lebih baik daripada daging dari hewan yang dibesarkan di pabrik. Di Indonesia, daging sapi lokal dan ayam kampung masih dihargai, namun ada peningkatan konsumsi daging dari peternakan intensif yang seringkali lebih murah tapi kurang sehat.
Misalnya, ayam kampung yang dibesarkan secara tradisional memiliki tekstur dan rasa yang lebih kaya dibandingkan ayam broiler yang dibesarkan secara massal dengan pakan buatan. Selain itu, daging sapi lokal dari daerah seperti Sumbawa atau Madura, yang diberi makan rumput, juga lebih sehat dan kaya nutrisi.


4. Ikan Alami

Indonesia sebagai negara maritim memiliki akses ke berbagai jenis ikan segar. Namun, seringkali ikan-ikan ini tercemar oleh polusi laut atau diolah secara berlebihan. Planck menekankan pentingnya konsumsi ikan yang ditangkap secara alami dan diolah minimal untuk memaksimalkan manfaat kesehatan.
Di pasar tradisional Indonesia, ikan segar seperti ikan kembung, tongkol, dan bandeng masih mudah ditemukan. Memasak ikan dengan cara sederhana seperti dibakar atau dikukus tanpa tambahan bumbu berlebihan bisa menjadi cara yang sehat untuk mengonsumsi ikan.

Dokpri
Dokpri
5. Buah dan Sayur Alami
Buah dan sayuran segar adalah fondasi dari diet alami. Di Indonesia, meskipun pasar tradisional menawarkan berbagai macam buah dan sayuran segar, masyarakat sering beralih ke produk kalengan atau olahan karena kemudahan dan daya tahan yang lebih lama.
Contoh buah-buahan lokal yang kaya akan nutrisi adalah mangga, pepaya, dan pisang. Selain itu, sayuran seperti bayam, kangkung, dan sawi yang segar dari pasar tradisional lebih baik dibandingkan sayuran kalengan. Mengonsumsi jus buah segar tanpa tambahan gula atau pengawet juga merupakan pilihan yang baik.


6. Lemak Alami

Planck menegaskan bahwa tidak semua lemak itu buruk. Lemak alami seperti yang terdapat dalam alpukat, kacang-kacangan, dan minyak zaitun sangat bermanfaat bagi tubuh. Di Indonesia, penggunaan minyak kelapa dan minyak kelapa sawit yang diolah secara alami sudah menjadi bagian dari budaya, namun perlu diperhatikan kualitas dan cara pengolahannya untuk memastikan manfaat kesehatannya.
Minyak kelapa murni (virgin coconut oil) yang diproduksi secara tradisional memiliki banyak manfaat kesehatan, termasuk meningkatkan kesehatan jantung dan memperbaiki fungsi otak. Selain itu, kacang-kacangan lokal seperti kacang tanah dan kacang mete juga merupakan sumber lemak sehat yang baik untuk tubuh.


7. Lemak Buatan Pabrik
Sebaliknya, lemak buatan pabrik seperti margarin dan minyak yang dihidrogenasi parsial dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan. Produk-produk ini sering ditemukan dalam makanan cepat saji dan makanan olahan yang banyak dikonsumsi masyarakat modern. Planck mengajak kita untuk menghindari lemak trans dan memilih lemak alami yang lebih sehat.
Misalnya, banyak makanan ringan yang dijual di toko-toko di Indonesia mengandung lemak trans. Mengganti camilan tersebut dengan camilan alami seperti buah-buahan kering, kacang-kacangan, atau bahkan keripik buah tanpa tambahan bahan kimia dapat menjadi langkah yang lebih sehat.

Dokpri
Dokpri


8. Makanan Alami Lain

Makanan alami lain yang dibahas oleh Planck termasuk telur dari ayam yang dipelihara dengan baik, kacang-kacangan, dan biji-bijian utuh. Di Indonesia, telur ayam kampung dan biji-bijian lokal seperti jagung dan beras merah bisa menjadi alternatif yang lebih sehat dibandingkan dengan produk olahan.
Telur ayam kampung yang dihasilkan dari ayam yang dibesarkan dengan pakan alami biasanya memiliki rasa yang lebih kaya dan kandungan nutrisi yang lebih baik dibandingkan telur dari ayam petelur konvensional. Beras merah, yang merupakan biji-bijian utuh, juga lebih kaya serat dan nutrisi dibandingkan beras putih yang telah diproses.


9. Kolesterol
Kolesterol sering menjadi topik yang menakutkan bagi banyak orang. Planck mengklarifikasi bahwa kolesterol dalam makanan tidak selalu berdampak buruk seperti yang sering kita dengar. Faktanya, kolesterol dari sumber alami seperti telur dan daging dapat menjadi bagian dari diet yang sehat. Pemahaman yang tepat mengenai kolesterol dapat membantu masyarakat membuat pilihan makanan yang lebih baik.
Mengonsumsi telur ayam kampung yang kaya akan kolesterol baik dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung dan otak. Selain itu, mengonsumsi daging sapi lokal yang diberi makan rumput juga dapat membantu menjaga kadar kolesterol dalam tubuh tetap seimbang.


10. Dilema Omnivora

"Dilema Omnivora" adalah konsep yang mengacu pada kebingungan yang dihadapi manusia dalam memilih makanan di tengah melimpahnya pilihan yang ada. Planck mengajak kita untuk kembali ke pilihan yang lebih sederhana dan alami. Di Indonesia, dengan kekayaan alam yang melimpah, kita sebenarnya tidak perlu bergantung pada makanan olahan dan dapat memanfaatkan bahan-bahan alami yang tersedia.
Contoh nyata dari dilema omnivora di Indonesia adalah pilihan antara makanan cepat saji dan makanan tradisional. Meskipun makanan cepat saji menawarkan kemudahan dan kecepatan, makanan tradisional seperti nasi goreng, gado-gado, dan soto lebih kaya akan bahan alami dan nutrisi yang baik untuk tubuh.

Bekal ke tempat kerja. Dokpri
Bekal ke tempat kerja. Dokpri
Nina Planck melalui bukunya "Real Food" menawarkan panduan berharga untuk kembali ke makanan alami yang sesungguhnya. Mengingat kebiasaan masyarakat Indonesia yang semakin terpengaruh oleh makanan ultra-proses, penting untuk merenungkan dan mungkin mengadopsi kembali gaya hidup yang lebih sehat dan alami. Dengan mengutamakan makanan segar, lokal, dan minim proses, kita dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan kita secara keseluruhan.

Buku ini tidak hanya menyajikan narasi pribadi dan panduan praktis, tetapi juga dilengkapi dengan berbagai sumber data tambahan yang bermanfaat.

Pertama, buku ini menyediakan glosarium yang komprehensif, menjelaskan istilah-istilah kunci yang mungkin kurang familiar bagi pembaca awam. Glosarium ini membantu pembaca memahami konsep-konsep penting yang dibahas dalam buku, seperti perbedaan antara lemak alami dan lemak buatan pabrik, atau manfaat dari susu mentah dibandingkan dengan susu pasteurisasi.

Kedua, Planck juga memberikan rekomendasi bacaan dan sumber informasi yang disarankan bagi mereka yang ingin mendalami lebih lanjut tentang topik makanan alami. Referensi ini mencakup penelitian ilmiah, artikel jurnal, dan buku-buku lain yang relevan, menunjukkan bahwa buku ini didasarkan pada riset yang mendalam dan komprehensif.

Selain itu, Planck menyediakan panduan praktis tentang tempat menemukan makanan alami di Amerika. Bagian ini sangat bermanfaat bagi pembaca yang tinggal di Amerika Serikat atau yang berencana mengunjungi negara tersebut, karena mencakup pasar lokal, peternakan, dan toko yang menjual produk makanan alami dan organik.

Yang tak kalah penting, setiap bab dalam buku ini didukung oleh referensi yang kuat, menunjukkan sumber-sumber ilmiah dan empiris yang menjadi dasar dari setiap klaim dan rekomendasi yang dibuat oleh Planck. Hal ini tidak hanya menambah kredibilitas buku, tetapi juga memberikan pembaca keyakinan bahwa informasi yang disajikan benar-benar dapat diandalkan.

Secara keseluruhan, "Real Food" oleh Nina Planck adalah buku yang dibuat dengan riset yang mendalam dan menyeluruh, menawarkan wawasan yang berharga tentang pentingnya makanan alami. Dengan dukungan glosarium, sumber bacaan yang disarankan, panduan tempat menemukan makanan alami, dan referensi ilmiah, buku ini menjadi sumber yang sangat berharga bagi siapa saja yang ingin kembali ke pola makan yang lebih sehat dan alami.

"Makanan alami adalah obat yang paling kuat dan aman untuk membantu mencegah dan mengobati penyakit kronis." - Dr. Weil
(Dokter dan Pendiri Arizona Center for Integrative Medicine)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun