Mohon tunggu...
Sri Sutrianti
Sri Sutrianti Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP

tertarik belajar menulis sebagai upaya ekspresif terapi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nenek Moyangku Seorang Pelaut

28 Juni 2024   05:35 Diperbarui: 28 Juni 2024   05:50 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nenek moyangku seorang pelaut
Gemar mengarung luas samudra
Menerjang ombak, tiada takut
Menempuh badai, sudah biasa
"

Namun laut membisu, bak semesta sakral dan berwibawa
Bak tasik yang tak beriak, tak berteriak berfatwa
Ooooo  Pangeran Waruna, datanglah,  bersabdalah!
 Pesisirmu, perawan yang siap menyambut pangeran berdaulah

Nun jauh di sana layar terkembang, samar-samar
antara ada dan tiada
antara riak yang menguak
Ombak berbaris menjulang, menyambutmu dengan nanar


Pangeran Warunaku
Mereka berbaris terkesima menyambut sinar
Ombakmu mengguncang dan menantang onar
Mereka bergerak menuju entah yang terbentang
Mereka menunggumu segera menabuh gendang

Di antara riak ombak samudra pekat
Mereka teguh, mengembangkat pukat
Menelusuri setiap penjuru arah
Mengukir sejarah dengan darah merah


"Angin bertiup, layar terkembang!
Ombak berdebur di tepi pantai
Pemuda berani, bangkit sekarang
Ke laut, kita beramai-ramai"


Dan pesisir pun tak lagi sunyi
Laut tak bisu.


             Bandung, 21 Juni 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun