Mohon tunggu...
Sri Sutrianti
Sri Sutrianti Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA SMP

tertarik belajar menulis sebagai upaya ekspresif terapi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kurban: Cinta, Pengorbanan dan Keikhlasan

17 Juni 2024   09:26 Diperbarui: 17 Juni 2024   09:28 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Momen berkurban yang jatuh  mulai tanggal 10 Zulhijah  setelah shalat Ied sampai 13 Zulhijah adalah salah satu peristiwa  penting dalam kalender Islam. Kurban atau Idul Adha merupakan perayaan yang tidak hanya memiliki makna religius, tetapi juga menyimpan nilai-nilai kemanusiaan dan sosial.

"Siapa saja yang mempunyai kemampuan tetapi ia tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati (menghampiri) tempat shalat kami." (HR Ahmad dan Ibn Majah)

Kisah kurban bermula dari seorang nabi yang sangat dihormati dalam tiga agama Abrahamik: Islam, Kristen, dan Yahudi, yaitu Nabi Ibrahim . Menurut Al-Qur'an, Nabi Ibrahim AS. menerima perintah dari Allah untuk mengorbankan putranya, Ismail. Dalam Al-Qur'an, surat As-Saffat ayat 102-107, dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim menerima perintah melalui mimpi untuk mengorbankan putranya. Ketika Ibrahim dan Ismail siap untuk melaksanakan perintah tersebut, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba sebagai bukti  ketaatan dan pengabdian total Ibrahim. Peristiwa ini kemudian menjadi dasar bagi umat Islam untuk melaksanakan ibadah kurban setiap tahun pada Hari Raya Idul Adha.


Menurut syariat, hewan kurban harus memenuhi beberapa syarat:
Jenis Hewan: Hewan ternak seperti unta, sapi, dan kambing.
Usia: Sapi minimal berumur dua tahun.
            Unta minimal berumur lima tahun.
            Kambing minimal berumur satu tahun.
Kondisi Fisik:
Tidak cacat seperti buta, pincang, sangat kurus, atau sakit.
Harus dalam kondisi sehat dan memiliki berat badan yang memadai.
Pemilihan Hewan: Harus dipilih hewan yang terbaik dan tidak memiliki cacat yang mengurangi nilai kurbannya.


"Apakah sapi perah dan sapi betina boleh dijadikan hewan kurban?"  

Pertanyaan ini sering saya dengar dari beberapa teman.  Jadi saya mencoba mencari jawabannya
Dan ternyata pandangan ulama tentang Sapi Betina dan Sapi Perah adalah seperti di bawah ini.


Sapi Betina:
Mayoritas ulama sepakat bahwa sapi betina boleh dijadikan hewan kurban selama memenuhi syarat kesehatan dan umur. Tidak ada dalil yang secara spesifik melarang sapi betina sebagai hewan kurban. Kecuali hewan itu sedang hamil,maka sebagiann besar ulama menyatakan dagingnya hanya berstatus  daging sedekah. Bukan daging kurban.

"Tidak boleh berkurban dengan hewan yang hamil menurut pendapat yang mu'tamad, karena kehamilan hewan bisa mengurangi dagingnya, sedangkan bertambahnya daging disebabkan janin tidak dapat menutup kekurangan, seperti binatang pincang yang gemuk." (Sayyid Sa'id, Syarh Muqaddimah al-Hadramiyah al-Musamma Busyral Karim bi Syarhi Masailit Ta'lim, [Darul Minhaj: 2004], halaman 698).

Sapi Perah:

Sapi perah itu pasti sapi betina kan, jadi pasti Sapi perah juga boleh dijadikan hewan kurban selama memenuhi syarat yang sama. Penggunaan sapi perah sebagai hewan kurban lebih kepada pertimbangan ekonomis dan praktis, bukan syar'i. Selama sapi perah tersebut sehat, tidak cacat, dan memenuhi usia minimal, maka sapi perah sah untuk dijadikan hewan kurban. Dan diutamakan Sapi perah tersebut sudah tidak produktif (air susunya sudah berkurang).

Beberapa  ulama seperti Sheikh Abdul Aziz bin Baz dan Sheikh Muhammad bin Salih al-Uthaymeen menyatakan bahwa tidak ada perbedaan hukum antara sapi jantan dan sapi betina dalam hal kurban. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa hewan kurban harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan tanpa memandang jenis kelamin hewan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun