Perjalanan kami lakukan pada hari Minggu, dimulai dari kota Bandung. Dimana saat itu tidak ada persiapan untuk menjelajahi situs megalitik Gunung Padang ini. Mungkin persiapan pentingnya hanya mengisi batre HP, untuk mengabadikan momen-momen berharga di sana. Sekitar 3 jam waktu tempuh dari Tol Pasteur ke Lokasi parkir Gunung Padang Yang berada di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur.
Perjalanan yang Berkesan
Perjalan yang sangat mengesankan dimulai setelah tiba di tempat parkir, kami melanjutkan perjalanan menggunakan ojek. Sebuah pengalaman yang cukup seru. Kami menggunakan ojek dari tempat parkir supaya cepat menuju lokasi situs dan pulangnya baru turun menapaki anak tangga. Pengalaman tak kan terupakan, menaiki ojek di jalanan setapak berupa “galengan” yang menanjak dan berliku dimana di bawah jalan setapak itu adalah lereng curam atau jurang. Menaikkan Adrenalin kami. Memberikan sensasi tersendiri. Pengemudi ojek bercerita sepanjang perjalanan. Hingga tanpa terasa sampailah kami ke gerbang utama situs Gunung Padang.
Menyewa Pemandu
Untuk memaksimalkan pengalaman kami, kami memutuskan untuk menyewa seorang pemandu lokal. Pemandu ini tidak hanya berfungsi sebagai penunjuk jalan, tetapi juga sebagai sumber pengetahuan yang tak ternilai. Ia menjelaskan sejarah Gunung Padang, dari penemuan hingga berbagai penelitian ilmiah yang telah dilakukan.
Gunung Padang merupakan situs megalitik terbesar di Asia Tenggara dan dianggap sebagai piramida tertua di dunia. Penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) menunjukkan bahwa struktur di Gunung Padang tidak hanya berada di permukaan, tetapi juga memiliki lapisan-lapisan bawah tanah yang kompleks. Ia menjelaskan bahwa Gunung Padang dianggap sebagai situs piramida terbesar di Asia Tenggara, dengan struktur yang terbuat dari batuan basaltik yang telah diperkirakan berusia lebih dari 4.000 tahun (Nugroho, 2014).
Sejarah
Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa Gunung Padang memiliki struktur yang kompleks, terdiri dari lima teras yang semakin ke atas semakin sempit. Temuan arkeologis mengindikasikan bahwa situs ini mungkin digunakan sebagai pusat kegiatan ritual dan spiritual masyarakat kuno (Adi, 2016).
Selain itu, studi geologi telah mengidentifikasi adanya lapisan-lapisan tanah yang memperkuat hipotesis bahwa Gunung Padang telah melalui berbagai fase pembangunan dan penggunaan yang berbeda sepanjang sejarah (Setiawan et al., 2017).
Gunung Padang juga telah menarik perhatian para Arkeolog dan Geolog dari seluruh dunia. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa situs ini mungkin telah digunakan sejak zaman prasejarah, dengan berbagai artefak yang ditemukan menunjukkan adanya aktivitas manusia yang intens di wilayah tersebut. Analisis karbon menunjukkan usia beberapa lapisan di bawah permukaan yang mencapai ribuan tahun.
Bagian-Bagian Gunung Padang
Gunung Padang adalah situs megalitik terbesar di Asia Tenggara dan terdiri dari beberapa bagian utama yang masing-masing memiliki karakteristik dan fungsi tersendiri:
1. Teras Pertama. Teras pertama adalah area terendah yang berfungsi sebagai pintu masuk menuju situs. Teras ini ditandai dengan tumpukan batuan basaltik yang membentuk jalan setapak menuju teras-teras berikutnya.
2. Teras Kedua. Teras kedua memiliki bentuk yang lebih luas dan disana terdapat banyak batu besar yang disusun secara vertikal dan horizontal. Area ini kemungkinan besar digunakan sebagai tempat berkumpul untuk masyarakat kuno.
3. Teras Ketiga. Teras ketiga adalah salah satu teras yang paling menarik karena ditemukan sejumlah besar batu-batu besar yang diduga digunakan sebagai altar atau tempat peribadatan. Banyak batu di teras ini yang telah diukir dengan berbagai motif, menandakan pentingnya teras ini dalam kegiatan spiritual.
4.Teras Keempat Teras keempat lebih sempit dan memiliki susunan batu yang lebih teratur. Beberapa batu di sini membentuk struktur yang mirip dengan tempat duduk, yang mungkin digunakan oleh para pemuka adat atau tokoh spiritual.
5. Teras Kelima. Teras kelima adalah bagian tertinggi dari situs ini. Teras ini diduga berfungsi sebagai tempat pusat kegiatan ritual dan persembahan kepada dewa atau leluhur. Pemandangan dari teras ini sangat indah dan memberikan nuansa spiritual yang mendalam.
Anak kami, Zahra membawa beberapa karinding yang telah dipersiapkan dari rumah. Kami mengajak kuncen (penjaga situs) untuk bermain karinding bersama. Suara karinding yang khas bergema di antara batu-batu megalitik. Menciptakan harmoni yang memukau di tengah suasana mistis situs megalitik ini. Musik ini bukan hanya hiburan, tetapi juga bagian dari ritual yang melibatkan alam dan leluhur. Dan konon katanya mereka sering melakukan ritual memainkan karinding itu secara berkelompok.
Kami menyaksikan upacara sederhana yang penuh makna. Dimana doa dan harapan disampaikan dengan takzim. Sensasi magis dan spiritual yang dirasakan membuat kami semakin menghargai nilai sejarah dan budaya dari situs ini. Karinding adalah simbol identitas budaya. Memainkan dan melestarikan alat musik ini berarti menjaga dan menghormati warisan leluhur, serta memastikan bahwa identitas budaya tersebut tetap hidup dan dikenal oleh generasi mendatang.
Filosofi Gunung Padang
Gunung Padang tidak hanya penting dari segi arkeologis, tetapi juga memiliki nilai filosofis yang dalam. Beberapa aspek filosofis yang dapat diambil dari Gunung Padang antara lain:
Hubungan dengan Alam
Susunan batu-batu besar yang teratur dan harmonis dengan lingkungan sekitar menunjukkan bahwa masyarakat kuno memiliki hubungan yang kuat dengan alam. Mereka menghormati dan memanfaatkan sumber daya alam dengan bijaksana, menciptakan keseimbangan antara manusia dan lingkungan.
Spiritualitas dan Ritual
Gunung Padang dipercaya sebagai pusat spiritual dan ritual. Kegiatan yang dilakukan di sini kemungkinan besar bertujuan untuk berkomunikasi dengan roh leluhur dan dewa-dewi. Ini menunjukkan bahwa masyarakat kuno memiliki kepercayaan yang kuat terhadap kehidupan setelah mati dan pentingnya menjaga hubungan baik dengan dunia spiritual.
Seni dan Budaya
Ukiran dan susunan batu di Gunung Padang mencerminkan tingkat seni dan budaya yang tinggi. Motif-motif yang ditemukan di batu-batu tersebut kemungkinan besar memiliki makna simbolis yang mendalam, mencerminkan nilai-nilai budaya dan keyakinan masyarakat saat itu.
Struktur teras-teras yang luas menunjukkan bahwa Gunung Padang mungkin digunakan sebagai tempat berkumpul dan berinteraksi oleh masyarakat. Ini mencerminkan pentingnya kebersamaan dan kerja sama dalam membangun dan memelihara situs tersebut.
Gunung Padang adalah situs yang kaya dengan sejarah, budaya, dan filosofi. Penelitian lebih lanjut terus dilakukan untuk mengungkap lebih banyak misteri dan nilai dari situs megalitik yang luar biasa ini.
Gunung Padang adalah destinasi yang wajib dikunjungi bagi siapa saja yang ingin merasakan langsung jejak-jejak peradaban kuno dan menikmati keindahan alam serta kearifan lokal yang masih terjaga hingga kini.
"Traditional music and instruments serve as living records of cultural history, carrying the stories and values of a people across generations"(David Harnish, Ethnomusicologist).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H