Subhanallah, begitu ucapan yang keluar pertama kali dari bibir saya memuji keagungan Alloh S.W.T. Bendungan Wadaslintang yang letaknya tidak jauh dari sekolahku SMAN 1 Prembun, Kebumen, Jawa Tengah, ternyata memiliki pesona yang sangat memukau. Sama sekali tidak terduga. Saya pikir yang namanya bendungan adalah buatan manusia, sama sekali tidak menarik. Karena pemikiran saya yang keliru tersebut, selama puluhan tahun saya tinggal di Kebumen, saya tidak pernah ingin mengunjunginya selama ini. Padahal letaknya tidak jauh dari rumah dan sekolah saya. Hanya memakan waktu sekitar 30 menit dengan sepeda motor.
Traveling saya ke Wadaslintang adalah sebuah ketidak-sengajaan. Saya merajuk ke Kakak sulung ingin main. Entah main ke mana saja. Pokoknya main. Dengan dibonceng sepeda motor, akhirnya Kakak membawa saya ke tempat yang menakjubkan ini. Ada sedikit rasa iri, ketika masuk gerbang wilayah Wadaslintang. Kami harus membayar tarif Rp 10.000 untuk dua orang, sedangkan penduduk lokal dibiarkan mondar-mondir tanpa dipungut tarif. ^^
Wadaslintang merupakan bendungan dibangun pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Pembangunan waduk ini memakan waktu sekitar tujuah tahun yaitu sejak tahun 1982-1988. Karena memakan area yang sangat luas, pembangunan waduk ini memaksa warga di beberapa desa untuk berpindah tempat tinggal.Waduk ini berfungsi sebagai irigasi, PLTA, perikanan, pariwisata, penampung air, dan pencegah banjir.
Sumber air utama Waduk Wadaslintang berasal dari sungai Kaligede. Beberapa anak sungai juga turut menyuplainya. Waduk ini menjadi tempat favourit warga sekitar untuk berlibur di waktu senggang. Selain itu warga juga menggunakan waduk ini sebagai tempat favourit untuk memancing.
Wilayah perairan yang sangat luas ini tampak memukau karena dikelilingi oleh bukit-bukit hijau di kejauhan. Pepohonan besar membingkainya dengan indah di sekelilingnya. Meskipun saat itu musim penghujan, cuaca sedang cerah, sehingga langit tampak biru membentang indah. Debit air pun sedang tidak berlimpah menyisakan bebatuan besar berpijak kokoh di pinggiran. Di sela-sela bebatuan itu, bunga-bunga rumput liar bermekaran ikut mempercantik keindahan alam. Sementara kambing-kambing gunung yang jinak tampak tenang memamah biak, merumput di atas bendungan. Rupanya penduduk membiarkan kambing-kambing itu hidup lepas di alam bebas.
Sementara di bawah bendungan kita bisa menyaksikan sungai berkelok-kelok membelah bebukitan dengan warnanya yang jernih biru kehijau-hijauan. Dari kejauhan kita bisa melihat lautan Samudera Hindia karena Waduk Wadaslintang ini berada di ketinggian. Penasaran dengan Waduk Wadaslintang? Silahkan Kompasianer berkunjung ke kampung halamanku tercinta, Kebumen, Jawa Tengah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H