Oleh: Sri Sugiastuti
Nestapa melanda atma renta
Kehidupan keras menghimpit derita
Berteman peluh dan air mata.
Gerobak usang mejadi andalan
Di pagi buta mengais sampah jalanan
Belas kasih orang yang menjadi harapan
Berjuang dalam laju dan deru kehidupan
Butiran keringat mengucur deras
Mengais rezeki dalam rintihan napas
Hadapi beban keluarga kian berat dan keras
Ruwetnya hidup serasa berliku dan terhempas.
Beralas semen dan beratap langit dalam bias.
Tak ingin kehilangan arah
Menepis datangnya gundah
Menyibak hari dengan gerak lincah
Kemilau indah menatap.hari nan cerah
Sirna sudah suara tangisan yang memecah
Hidupkan suasana hati penuh ria membuncah
Kala menelan kehidupan yang getir
Memaknai hati manusia yang berbalut kikir
Tak tahan dengan dentuman suara
nyinyir
Di balik topeng para munafikun  berbahasa satir
Menghina dan mencaci tanpa pikir
Bertahan walaupun perut dalam.keadaan lapar
Hamparan samudera hati penuh sabar
Melangkah gesit dalam balutan ikhtiar
Dalam bingkai naluri yang sadar
Jangan biarkan hatiku penuh noda dan berkabut
Selama urat nadiku masih berdenyut
Walaupun wajahku  penuh keriput.
Bekasi 08 Mei 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H