Mohon tunggu...
Sri Sugiastuti
Sri Sugiastuti Mohon Tunggu... -

Saya seorang Muslimah, pemilik http//astutiana.blogspot.com.Nenek dari 3 orang cucu, mengajar di SMK Swasta Surakarta. Punya passion menulis dan berbagi kisah hidayah dari orang-orang yang ada di sekitar saya. Tidak ada kata terlambat dalam belajar, dan amat sangat berharap mendapat kemudahan dalam menggapai ridha Allah. Mempunyai moto bahwa “Hidup adalah berjuang untuk taat pada aturan Allah sampai ajal menjemput” Punya obsesi berdakwah lewat tulisan. Kontak person 085728304241 atau akun fb. http://www.facebook.com/astutiana.sugiastuti. twitter@astutianaM ...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cara Manis Allah Mengingatkanku

15 Desember 2011   14:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:13 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dua minggu ini ada genjatan senjata dalam keluarga Bu Kanjeng. Biasa lah apa lagi penyebabnya kalau bukan ulah pak Kanjeng yang over protect dan possesif abis, sungguh membuat Bu kanjeng gerah. Ditambah lagi dengan tuduhan tuduhan yang tidak bisa dibuktikan dan tidak masuk akal.

Dalam keadaan bad mood seperti itu, Bu Kanjeng lebih banyak diam dan no comment dari pada stress dan capek hati. Pelarian Bu Kanjeng menghadapi situasi seperti ini biasanya dipakai untuk jalan besilahturahmi dan menyapa teman dan kerabatnya via sms, FB atau jalan bareng dengan komunitasnya. Dan tempat yang paling disukai Bu kanjeng adalah duduk manis di pengajian rutin yang biasa dikunjungi.

Di tempat itu hati bu Kanjeng jadi adem, ngga ada lagi rasa dendam dan berpikir tentang kelakuan Pak Kanjeng yang jengkelin.. Dia jadi ingat kata Pak Ustadz bahwa " Wahai wanita sampai kapan pun, dan bagaimana pun suamimu itu adalah ladang ibadahmu, maka bersabarlah"

Namanya silahturahmi selalu saja membawa manfaat. Ternyata banyak ibu ibu yang kangen dengan pastel buatan Bu Kanjeng..Untuk mengobati rasa kangen banyak komunitas pengajian itu yang pesan pastel buatan Bu Kanjeng. Sebenarnya membuat pastel seratus buah yang fresh dan renyah khas Bu Kanjeng cukup melelahkan, tapi demi teman dan kerabat Bu Kanjeng semangat banget demi menyenangkan hati teman temannya.

Sekalian ngantar pesanan Bu Kanjeng datang dan duduk manis lagi di forum pengajian itu. ada pesan lagi dari Pak Ustadz yang cukup menohok hati Bu Kanjeng. " Ibu ibu mohon diingatnya bahwa saat ini jumlah janda semakin banyak sedang jumlah kaum pria semakin sedikit. Apakah ibu ibu tahu apa penyebabnya? penyebabnya tak lain dan bukan karena kelakuan para istri yang menuntut terlalu banyak dari suaminya. Padahal kaum pria itu sangat sulit untuk curhat, mereka lebih senang memendam persoalannya sendiri sehingga mereka terserang penyakit dan akhirnya Wassalam. Apalagi ibu ibu yang selalu membawa persoalannya ke tempat tidur, sehingga melupakan apa yang menjadi kewajibannya, lupa sedekah kepada suaminya"

Bu Kanjeng yang mendengar siraman rohani dari Pak Ustadz jadi intropeksi. Ternyata Allah masih sayang sama Bu Kanjeng, dijewer telinganya agar bisa cooling down. Ya inilah gunanya ngaji, dan yang namanya iman itu memang kadang melemah jadi perlu dicharge lagi agar tetap hidup qulbun salimnya.

Tiba-tiba Bu Kanjeng dikejutkan dengan panggilan seseorang yang tak lain adalah saudara sepupunya, saling say hello dan mengabarkan keluarga masing masing." Dik aku besok Maret jadi menkahkan Fadilah anak sulungku, doanya ya Dik. Ini mas Pungki sedang istirahat di rumah tapi akhir akhir ini koq jadi sering gelisah seperti ada yang ditakutkan ya Dik? Mbayu Pungki curhat sedikit tentang keluarganya

Yaa baru selasa pagi Bu Kanjeng bertemu mbayu Pungki yang cerita tentang rencana dan kekhawatirannya tentang Mas Pungki, tapi Rabu malam Bu Kanjeng dapat telpon dari Mbak Kusni yang mengabarkan kalau Mas Pungki sudah Berpulang di usianya yang 55 tahun. Innalillahi wainailahi rojiun.. Bu Kanjeng tak sanggup menahan isak tangisnya dia berlari ke kamar dan menciumi Pak Kanjeng dengan derai airmata dia minta maaf dan sangat takut bahwa suatu saat kejadian itu bisa terjadi pada mereka. Karena kematiaan bisa menimpa siapa saja dan kapan saja. Kalau hal ini terjadi pada Pak Kanjeng atau Bu Kanjeng padahal mereka dalam kondisi marahan untuk hal hal yang sangat sepele dan ngga rasional banget.

Dalam sujud syukurnya di malam hari Bu Kanjeng sangat berterima kasih pada Allah yang begitu cinta padanya dan selalu mengingatkannya dengan cara yang teramat manis dan membuat Bu Kanjeng sadar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun