Membaca sebelas ayat dari Q.S. Al-Mu’minun. Yang terjemahannya. 1) Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. 2)Yaitu orang yang khusyuk dalam salatnya. 3) dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna. 4)dan orang yang menunaikan zakat. 5) dan orang yang memelhara kemaluannya 6) kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak tercela.7) Tetapi barang siapa yang mencari dibalik itu(zina, dan sebagainya) maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. 8) Dan (sungguh beruntung ) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya. 9) serta orang yang memelihara salatnya. 10) Merekalah orang-orang yang akan mewarisi 11) (yakni) orang yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya
Orang beriman yang beruntung seperti apa sih yang dimaksud dalam ayat satu ini? Sekedar beriman saja, cuma yakin, atau beriman secara total?
Oh ternyata orang mukmin yang beruntung itu yang di ayat dua “ Yaitu orang yang khusyuk dalam salatnya, yang takut terhadap siksa Allah. Kualitas sholatnya oke punya. Baru dari Q.S al Fatihah di bacaan salat saja kita sudah tahu bahwa separuh dari kandungan surat Al Fatihah itu pujian terhadap Allah dan separuhnya lagi permohonan. Masa kita minta diberi petunjuk jalan yang lurus, tapi perbuatan kita mencong 180 derajat. Salat ya salat tapi korupsi iya, berbohong iya, zina iya . Dan tidak takut sama sekali dengan ancaman Allah. Selalu dan selalu mengumbar kemaksiatan.
Lalu di ayat tiga dijelaskan pula bahwa orang beriman yang beruntung itu adalah orang yang menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Ayo kita pikir sajalah berapa banyak waktu yang telah kita buang untuk hal-hal yang tidak berguna. Ngerumpi ber-jam-jam. Nonton sinetron dari satu chanel ke chanel lain hampir tiap malam. Bengang bengong ngga ada juntrungannya, keluar masuk mall sekedar window shopping dan cuci mata. Bukan orang yang seperti itu yang dimaksud di ayat ini. Tapi orang yang pandai memanfaatkan waktunya di jalan Allah. So sweet ngga tuh bro and sist !
Lalu di ayat empat pun masih tanda dari orang mukmin yang beruntung, yaitu yang menunaikan zakat. Sebagai mukmin sejati memang berkewajiban membayar zakat sesuai dengan ketentuan yang ada. Apalagi di tambah dengan amalan-amalan lain. Ada infaq sodaqoh dan menyantuni kaum duafa. Tidak ragu-ragu mengeluarkan uangnya di jalan Allah.Itu namanya cuuuaaaakep !
Ayat yang ke lima menjelaskan bahwa orang mukmin atau orang beriman yang beruntung adalah orang yang bisa menjaga kehormatannya, terutama kemaluannya. Woooohoooooh. Jangan sembarangan naruh sana naruh sini tuh barang. Alias menggunakannya di tempat yang haram. Piye ? Sudah diatur dengan apik di dalam Al Qur’an. hanya manusianya saja yang ngga mau manfaatkan potensinya untuk belajar dan berpikir. Yang selalu maju dan diutamakan dalam hidupnya hanya nafsu. Ngga bakalan jadi orang mukmin yang beruntung kalau ngga bisa menjaga kemaluannya. Fenomenanya sekarang gimana? Tau sendirilah ngga usah dibahas secara detail (www.malu.com) yang tua, yang muda, yang mengkel, yang STW (setengah tuwongono lo! ) banyak yang mengikuti trend bejat itu.
Nah kalau di ayat enam nih penjelasan dengan kecuali. Kecuali apa? Kecuali yang menaruh atau menggunakan itunya tuh !pada pasangannya masing-masing. Kalau semua paham dan taat maka yang namanya portitusi dan perzinaan itu haram dan dilarang , maka ngga bakalan penyakit kotor menjangkiti orang Islam.Ngga ada acara pisah ranjang apalagi pisah rumah. No No No!
Di ayat tujuh diperjelas lagi biar tambah mudeng dan yakin, “Tapi kalau masih tetep ngeyel, itu namanya melampauibatas” Orang yang melampaui batas akan mendapat siksa yang pedih. Tunggu saja tanggal mainnya.” Entah cepat atau lambat pasti ada perhitungannya. So be careful!
Ayat delapan masih untuk orang mukmin yang beruntung. Akan dikatakan beruntung If or jika si mukmin menjaga janjinya alias amanah. Berapa banyak orang yang tidak amanah.Contohnya nih; Melahirkananak tapi ditinggal di panti asuhan. Orang yang membuat janji tapi mengingkarinya. Amanah gimana wong diberi tugas ditinggal jalan-jalan dan ngga diurusi. Amanah gimana wong esok dele sore tempe? Alias omongannya ngga bisa dipegang. Kan repot toh!
Sedang ayat yang ke sembilan orang mukmin yang beruntung adalah yang bisa menjaga salatnya. Ketika panggilan salat tiba semua aktivitas dunia ditinggalkan. Menjadikan salat sebagai kenikmatan. Diibaratkan seperti kalau sedang berhasrat. Benar-benar dinikmati dan hasilnya plong bin puas. Bukannya salat yang asal-asalan, bukannya salat yang penuh dengan pikiran ngelantur kemana-mana.Bukannya salat yang hanya sekedar ritual belaka.Salat ya salat tapi maksiat ya jalan teus. Amit-amit ya…!
Jadi kalau disimpulkan orang mukmin yang beruntung itu yang;
- Khusyuk dalam salatnya ini dari segi kualitasnya. Ketika salat ya fokus, memohon dan memuja Allah. Sadar kalau hidup dan mati kita ini untuk Allah semata.
- Menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak bermanfaat Good bye ngerumpi, Good bye hang out, and good bye useless things
- Menunaikan zakat ojo lali bin don’t forget Sadar bahwa dalam rezeki yang kita dapat ada rezeki orang lain. Kalau bukan karena Allah mana mungkin kita dapat rezeki.
- Menjaga alat vital bin penting . Jangan menyemai disembarang tempat. Atau jangan jadi wadah untuk setiap orang. Bercocok tanamlah di tempat yang halal dan toyib. Kalau salah tempat urusannya jadi panjang dan salah kaprah.
- Menjaga amanah. Kalau janji ya bisa dipegang janjinya jangan dengan mudah berjanji bak angina surga tapi ujung-ujungnya bikin kecewa orang. Wahhh tidak baik itu. No good and no well!
- Menjaga waktu pelaksanaan salat. Jadikan salat sebagai kebutuhan. Ingat bahwa Allah begitu penuh kasih sayangnya pada kita. Banyak gratisan yang diberikan Allah.. dari salat kita juga akan melahirkan sifat dermawan, Allah saja memberi apa yang tidak kita minta, mengapa kita harus berat hati kalau berbagi atau menyisihkan rezeki untuk orang yang tidak seberuntung kita.Dalam salat banyak kalimat-kalimat toyibah. Ketika kita salat dan memahami gerakan dan ucapan yang kita lakukan begitu banyak makna yang tersirat maupun tersurat. Bagaimana seharusnya orang yang sudah salat bertahun-tahun dan selalu memohon dan memuja Allah. Mengapa kita tidak mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Seandainya dalam salat itu kita menyadari benar tujuansalat itu. Pasti hidup kita akan tenang dan tidak ada kegelisahan apalagi kemaksiatan.
- Menepati janji. Tidak khianat. Komitmen dengan apa yang sudah dibuat dan disepakati. Terutama komitmen dengan Allah .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H