Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Aku Masih Menyimpan Slip Gaji Pertamaku

29 November 2024   15:39 Diperbarui: 3 Desember 2024   15:55 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Gambar koleksi pribadi penulis

Begitu melihat tema menulis di komunitas LFI minggu ini aku langsung ngeh, wah ada pilihan tema menarik nih " Romantisme gaji pertama". Pikiranku langsung mengingat pada sebuah kertas lusuh karena dimakan umur yang masih aku simpan bersama file-file penting lainnya.

Iya, kertas lusuh itu adalah slip gaji pertamaku, sewaktu awal bekerja di bulan Pebruari 1993, tepat setahun setelah aku lulus dari Fakultas Sastra Undip. 

Setahun dalam pencarian kerja, entah berapa puluh kali aku tebar Surat Lamaran Pekerjaan, berkali--kali pula menjalani test tertulis sampai tahap wawancara, gagal dan gagal lagi.

Sampai akhirnya aku diterima di sebuah perusahaan kosmetik House of Sara Lee, menjalani training selama 3 bulan baik di kelas maupun di lapangan.

Aku masih ingat banget trainingnya diadakan di sebuah hotel di Semarang, karena waktu itu masih belum punya kantor, tapi bulan berikutnya setelah peresmian kantor cabang di sebuah hotel, perusahaan sudah mempunyai kantor baru di sebuah ruko di kawasan Bangkong Semarang.

Alhamdulillah akhirnya setelah sebulan berjibaku dengan target, gaji pertama aku terima di bulan ketiga setelah menjalani training dan terjun kelapangan aku dinyatakan lulus.

Walaupun statusnya bukan karyawan, karena kami bekerja berdasarkan target, walaupun ada tunjangan dari perusahaan, namun gaji yang aku terima akan lebih banyak berasal dari target rekruitmen dan penjualan.

Bulan pertamaku Februari 1993 gaji diberikan dalam bentuk cek giro karena waktu itu belum zamannya gaji ditransfer. Jadi kami diberi kertas 2 lembar dalam satu amplop, kertas pertama berupa slip gaji, yang kertas kedua berupa cek dengan nominal seperti yang ada di dalam slip gaji.

Melihat jumlahnya Rp 510. 145 rupiah kalau dikonfrensi dengan nilai mata uang sekarang jadi berapa ya. Kita bisa cek lewat google Kalkulator Nilai Masa lalu ketemu juga nilainya menjadi sekitar Rp 5.685.524.00 untuk konfersi di tahun 2023. Wow, baru tahu aku ternyata lumayan juga ya. Apakah sekarang fresh graduate mendapat gaji kurang lebih segitu juga.

Aku ingat waktu itu adalah pertama kalinya pula saya mencairkan cek di bank, maklum sebelumnya yang dipegang uang receh terus. Jadi diledekin nih sama pegawai banknya,

"Mau dicairkan semua, Mbak ?"

"Iya.."

"Ini gajian ya, kenapa ngga buka tabungan saja kan nanti ada ATM nya, lebih mudah untuk mengambil."

Sejak saat aku punya buku tabungan dan ATM sendiri, berasa jadi orang kaya aja!

Tak lupa aku menyatakan diri stop tunjangan dari orangtua, yang tetap diberikan walau saya sudah lulus kuliah walau besarnya sudah berkurang dan mulai tidak rutin lagi.

Maklumlah bapak kala itu sudah menginjak pensiun, dan saya juga sudah mulai mencari uang sendiri dengan berdagang kecil-kecilan.

Seperti jualan kain batik dari teman kost yang dari Pekalongan untuk saya jual ke kudus kalau pas pulang, jualan kosmetik yang sistem penjualannya direct selling, saya mendapat keuntungan 20% bila menjualkan produk kosmetik tersebut.

Sebagai orang kaya baru (eh) aku pun langsung pindah kost, dari yang kost lama yang aku tempati sejak kuliah pindah ke kost baru yang tentu lebih bagus, fasilitas lebih lengkap dan lebih dekat dari kantor.

Oh iya, pekerjaan saat itu sebagai Grup Sales Coordinator sebuah perusahaan kosmetik direct selling, tugas utamaku adalah merekrut distributor sebanyak-banyak, mentraining mereka untuk mengenalkan produk, mengajari cara menawarkan dan menjual produk, sampai memberi semangat dan hadiah kepada mereka.

Berbagai cara aku pergunakan untuk mendapatkan distributor baru, mulai dari iklan lowongan kerja di koran, radio, menyebar flayer ke kerumunan orang dan turun langsung ke lapangan dari rumah ke rumah, di pabrik-pabrik, perkantoran yang ada wanitanya dan butuh kosmetik.

Jadi saat itu aku belum banyak pergunakan uang gajiku, karena aku sendiri dari pagi hingga menjelang malam masih di kantor atau turun lapangan, ya begitulah charger baterainya masih baru, masih punya banyak energi dan semangat. Bekerja tak kenal lelah...

Terus uang gajinya dipakai untuk apa dong...

Sebagai seorang yang bekerja di bidang selling atau penjualan tidak sepenuhnya gaji yang aku terima adalah full dari perusahaan sebagian banyak berasal dari presentasi hasil total penjualan seluruh distributor yang telah aku rekrut.

Jadi sebagian pula uang gaji buat modal lagi, misalnya buat bikin iklan di koran, radio, bikin flayer dan lainnya, termasuk memberi hadiah tambahan pada para distributor agar mereka lebih loyal dan semangat untuk menjual. Mendampingi mereka untuk mengadakan demo-demo kecantikan di berbagai acara, walau dari kantor sendiri ada fasiltas untuk biaya, transportasi tapi tetap saja kita harus keluar duit sendiri juga.

Duuh, sampai-sampai gaji pertama, kedua, ketiga... aku sering gak sempat lagi mempergunakan untuk kepentingan yang sifatnya tidak untuk urusan pekerjaan. Karena waktunya sudah habis buat ngejar target... hehehe

Kenangan itu begitu indah karena perusahaan tempatku bekerja juga sudah tak ada lagi..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun