Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Trisno Sang Kreator Dusun Menari Menjadikan Dusun Tanon Mandiri dengan Kearifan Lokal

31 Agustus 2023   20:25 Diperbarui: 31 Agustus 2023   20:49 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : https://www.sukamelancong.com

Sudah menjadi kebiasaan warga desa  bila mereka merasa tak ada lagi yang harapkan dari desanya untuk bisa menjadi sumber penghasilan, maka mereka  akan berbondong-bondong ke kota untuk mencari kerja . Karena  sumber daya alam yang ada di desa bila tidak dilakukan apa-apa  lama-lama akan aus, tanah yang semakin kurang subur, panen yang gagal berkali-kali, dan kurang kreatif membuat warga bisa berputus asa. Dan lebih memilih keluar dari kampung  halaman untuk mencari nafkah ke tempat lain.

Hal demikian tidak akan dilakukan oleh pemuda yang kreatif , yang  mencintai desanya sendiri dan  selalu optimis dengan tantangan yang ada.

Trisno, salah satunya  pemuda kelahiran Dusun Tanon, Semarang 12 Oktober 1981. Sebagai penyandang gelar sarjana yang pertama kali dari Dusun Tanon, Trisno terpanggil  untuk pulang ke rumah, ke desa tempat dia dlahirkan. Trisno bertekad untuk mengubah kampungnya yang miskin untuk bisa menjadi desa yang berpenghasilan sendiri atau Desa Mandiri.

Dengan bekal ilmu yang didapat dari bangku kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta , jurusan Sosiologi, Trisno mengajak para warga untuk sadar wisata.  Membuat gebrakan agar desanya dilirik oleh para wisatawan untuk dikunjungi.

Awal mulanya Trisno adalah seorang pemandu outbond  dengan membuat paket wisata outbond dengan peralatan yang dirancangnya sendiri dengan bahan lokal, pada waktu itu Trisno dibantu oleh teman-temannya mahasiswa dari UMS. Sementara warga desanya masih menjadi penonton saja.

Namun dengan seiring berjalannya waktu outbond Trisno mulai kebanjiran peserta, sehigga Trisno mulai melibatkan warga untuk membantunya.  Karena permainan dalam outbond itu juga permainan rakyat yang biasa mereka mainkan sehari-hari, seperti permainan bentik, gobak sodor, egrang, maupun bentik. Masyarakat pun senang karena bisa memperoleh penghasilan dari  kegiatan memandu outbond itu.

Walaupun sebagian besar penduduk desanya  adalah peternak sapi perah dan petani, Trisno lebih fokus mengajak warga untuk  beralih ke sektor pariwisata. Dan bersama-sama mengolah dusun mereka menjadi dusun wisata.

Trisno mulai membranding desanya  dengan sebutan " Desa Menari" sehingga perlu untuk melibatkan banyak orang, baik anak-anak maupun dewasa untuk berlatih menari. Siang dan malam diadakan latihan-latihan tari , seperi tari : Topeng Ayu, Kuda Debog, Kuda Kiprah, dan Warok Kreasi. Tarian bagi warga desa Tanon adalah wujud pelestarian budaya lokal,  berbagai tarian secara turun-temurun menjadi kelompok kesenian memang sudah eksis hanya tinggal memoles saja.

Selama 3 tahun berproses menjadi desa wisata, Trisno sering diundang oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata  (Dinbudpar) Kabupaten Semarang, untuk shering  dengan desa-desa lain untuk  saling menularkan ilmu yang dipunyai agar sama-sama berkembang.

Selain menyuguhkan paket wisata permainan outbond ada juga suguhan berupa tarian, yang dipentaskan oleh warga setempat. Sehingga pengunjung semakin betah berada di Dusun Tanon,

Setiap wisatawan yang datang akan disuguhi berbagai macam tarian dan permainan tradisional  sambil menikmati sajian khas desa, dan membawa oleh-oleh hasil kerajinan Dusun Tanon.  Dengan demikian perekonomian berputar, penduduk semakin kreatif membuat aneka oleh-oleh dan makanan khas dusun tersebut.

Dampak dari perputaran uang yang terus bergulir Dusun Tanon mempunyai pendapatan sendiri, selama 3 tahun berjalan bisa memperoleh pendapatan  sekitar 250 juta  rupiah.

Pada tahun 2015 Trino memperoleh  Semangat Astra Terpadu Untuk ( SATU) Indonesia Awards untuk bidang Lingkungan  dari PT Astra Internasional Tbk ( Astra).  Alhamdulillah, Trisno menjadi salah satu dari 7 penerima penghargaan tersebut dari seluruh Indonesia.

Dusun Tanon tak hanya merawat budaya untuk berkesenian namun sudah membangun ruang khusus untuk bertransformasi menjadi panggung raksasa, yang tidak hanya menyajikan pelatihan dan latihan , tetapi menjadi  ruang untuk warganya ikut bercahaya dalam kemegahan panggung budaya dunia.

Mulai dari anak-anak sampai orang tua mempunyai peran masing-masing, ada penabuh gamelan, penari maupun sebagai kreatornya. Keindahan tarian Dusun Tanon menjadi " magnet" untuk mengundang para warga desa untuk berperan serta. Dusun Menari bukan hanya dikunjungi  wisatawan lokal namun juga wisatawan dari luar negeri.

Ke depannya Trisno juga ingin potensi desa sektor peternakan sapi dan pertanian untuk berperan serta dalam dunia pariwisata. Dengan mengajak para wisatawan untuk ikut serta memberi makan sapi, memerah susu sapi, sampai menanam dan memanen padi  yang ada di persawahan Dusun Tanon.

Saat ini Dusun Tanon, Desa Ngrawan , Kecamatan Getasan  Kabupaten Semarang yang terletak di lereng Gunung Telomoyo itu,  sudah siap menerima rombongan wisatawan asing. Para warga desa baik tua aupun muda sudah diajari Bahasa Inggris. Bahkan telah diadakan  Festival  Lereng Telomoyo setiap tahunnya.

Semoga ke depannya banyak Trisno-trisno lain yang mampu mengangkat desanya  sendiri, menjadi desa mandiri dengan memanfaatkan potensi desa yang ada, apalagi di setiap desa sudah ada BUMDES yang siap menjadi  kreator untuk menciptakan Desa Mandiri yang potensial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun