Pertama masuk kita bisa melihat tulisan yang berisi cerita asal-usul jenang Kudus.  Pada jaman dahulu di Desa Kaliputu cucu Mbah Soponyono  mati suri karena tenggelam di Sungai Gelis bisa hidup kembali, setelah murid Sunan Kudus yang kebetulan lewat menyuruh untuk membuatkan jenang dari gamping ( Kapur) akhirnya cucu Mbak Soponyono bisa hidup kembali. Dan Mbah Sunan Muria mengatakan kalau besok penduduk desa Kaliputu bisa makmur berkat jenang gamping yang sekarang diganti dengan jenang dari tepung ketan. Sekarang Jenang bukan hanya membawa kemakmuran masyarakat desa kaliputu saja, namun lebih luas lagi se antero Kudus.
Generasi Jenang Mubarok pertama kali adalah H. Mabruri -Hj Alawiyah ( 1910-1940) Â , Generasi Kedua : H.A. SHOHIB - HJ. Istifaiyah (1940-1992) dan Generasi Ketiga oleh H. Muhammad Hilmy, SE - Hj. Nujumullaily, SE. ( 1992-sekarang).
Kita juga bisa melihat  replika Pasar Bubrah yang dulu dipasarkan pertama kali Jenang Kudus. Ada replika Kompleks Menara dan Makam Sunan Kudus, kita juga bisa masuk dan melihat Rumah Adat Kudus yang berupa Gebyog Kayu ukir khas Kudus.
Masuk ke Ruang Gusjigang , Gusjigang merupakan filosofi masyatarakat Kudus , yaitu selain bagus rupa dan budi pekerti bisa mengaji dan berdagang. Di ruang ini kita bisa melihat puisi-puisi Gusjigang dari berbagai penyair di Indonesia dan Kudus.
Kita menuju Ruang Ukhuwah yang menampilkan gambar tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah yang bersatu dalam Bhineka Tunggal Ika bersama para pemimpin agama lain di Indonesia.
Di ruang  sebelahnya ada patung Nitisemito yang merupakan Raja Kretek dari Kudus,  dulu Nitisemito dengan Rokok Bal Tiga pernah menguasai penjualan Kretek di seluruh Nusantara pada jaman 1880 an, Nitisemito sudah melakukan berbagai alat  propaganda untuk penjualan rokoknya, antara lain menggunakan pesawat Fokker untuk menyebar kertas planflet. Ada juga Omah Kapal dan replika stasiun Kereta Api di Kudus yang sekarang sudah tinggal kenangan.
Demikian Staycation  di Hotel Santika Premier Semarang dan wisata sejarah Museum Jenang Gusjigang.
Terima kasih..
Salam hangat,
Sri Subekti Astadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H