Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Desa Wisata Japan, Antara Keselarasan Alam, Kreatifitas dan Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Warga

17 April 2023   21:48 Diperbarui: 17 April 2023   21:50 2029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Pada pertengahan bulan Maret lalu kami 10 orang Kompasianer mendapat kesempatan untuk mengikuti Kudus The Spot Family Trip  yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus. Acara yang berlangsung selama 2 hari dengan menginap di @Home - Hotel Kudus itu diikuti oleh para Konten Kreator, Blogger, Youtuber dan Jurnalis baik dari media cetak maupun online. Suksesnya acara yang didukung penuh oleh sekholder Disbudpar Kudus dan BPPD ( Badan Promosi Pariwisata Daerah) yang saat itu baru dilantik sangat berkesan untuk bersama-sama memajukan pariwisata di Kota Kudus.

foto bersama setelah Pembukaan Kudus The Spot Famtrip, dok bersama disbudpar kudus
foto bersama setelah Pembukaan Kudus The Spot Famtrip, dok bersama disbudpar kudus

Hari pertama, setelah acara pembukaan yang berlangsung di Home Hotel, kami diperkenalkan dengan tradisi Dandangan yaitu semacam pasar malam dalam rangka menyambut Bulan Ramadan, yang diadakan mulai dari alun-alun Kudus sampai Menara Kudus.

Hari Kedua kami diajak eksplore tempat wisata yang ada di Kudus. Pertama kami mengunjungi dua museum yang ada di Kudus, yaitu Museum Kretek dan Museum Jenang Gusjigang. Keduanya sudah aku tulis juga di Kompasiana, klik  dan klik ini ya..

Setelah berkunjung ke dua museum, kami diajak naik ke arah Gunung Muria. Gunung yang ada di Kudus sebelah utara, kira-kira 20 KM dari pusat kota. Rombongan yang ada di dalam 2 bis, akhirnya sampai di kaki Gunung Muria sekitar jam 13,00 WIB kami dipersilakan turun untuk menikmati makan siang di tengah-tengah hutan pinus yang luas. Tempat yang asri itu diberi nama Pijar Park yang juga menjadi dulu merupaka Bumi Perkemahan, terletak di Desa Kajar Keamatan Dawe Kabupaten Kudus.

Pijar Park

Menikmati makan siang dengan alunan musik live serta suasana yang sejuk membuat makanan terasa enak semua. Banyak spot-spot foto menarik yang dibuat di sela-sela hutan pinus yang asri. Tempat-tempat menarik itu dibuat tanpa merusak alam yang sudah ada, pohon-pohon pinus dikreasikan menjadi lebih indah , ada juga tempat menginap semacam hotel dengan konsep menyatu dengan alam yang cocok untuk berlibur bersama keluarga. Indah dan asri pohon-pohon pinus ini haruslah kita sebagai pengunjung tempat wisata bisa turut serta menjaga dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan corat-coret pohon pinus, tak perlu kita membuat kenangan dengan menggores pohon pinus untuk menorehkan nama kita di sana. Cukup dengan foto sudah bisa memberikan kenangan yang bisa kita lihat kapan pun.

Pijar Park  berasal dari kata Pinus Kajar ini menawarkan beragam atraksi dan fasilitas yang menarik, seperti camping ground, spot foto, Pasar Krempyeng, sentra kuliner, wedding outdoor, outbound, wisata berkuda, hingga eduwisata kopi dan pembuatan gethuk nyimut.

Dari Pijar Park kita menuju tujuan selanjutnya yaitu Desa Wisata Japan, sementara kami berpindah dengan naik angkutan desa yang telah diarter, karena bis besar belum bisa sampai ke Desa Japan.

Desa Wisata Japan.

Desa Wisata Japan merupakan salah satu desa tertinggi di Kudus dengan ketinggian kurang lebih 600 M di atas permukaan laut, terletak di lereng timur  Gunung Muria, desa ini  mempunyai wilayah sekitar 317 Ha  yang hampir sepertiganya adalah perkebunan yang didominasi dengan tanaman Kopi, Jeruk Pamelo, Alpukat, engkeh dan lain sebagainya.

kopi japan yang belum masak masih di pohon, dokpri
kopi japan yang belum masak masih di pohon, dokpri

Japan menawarkan pemandangan hijau pegunungan , lembah, sungai jernih dengan beberapa  air terjun seperti air terjun Monthel, Geger, Kedung Paso yang bersumber dari Mata Air Tiga Rasa di Rejenu  alangkah baiknya bila  dalam berwisata kita tidak meninggalkan oretan-oretan di batu-batu yang sangat merusak kelestarian alam. Japan juga mempunyai destinasi riligi, yaitu Makan Syeh Sadzali, yang menjadi salah satu tokoh penyebar Islam di Muria. Petilasan Mbah Surogonjo dan Nyai Wandansari, yang biasanya menjadi satu paket wisata religi dengan Sunan Muria yang terletak sekitar 15 KM dari Desa Japan.

Saat berkunjung ke Desa Japan kami disambut oleh Pokdarwis Parijoto, Kepala Desa Japan dan BPPD  Kudus. Desa Japan ditetapkan sebagai Desa Wisata setelah menerima SK Bupati HM. Hartopo dan  Launhing Desa Wisata di Balai Desa Japan 18 Desember 2021. Desa Japan mempunyai banyak keunikan, baik itu dari kontur geografis pegunungan dengan iklim yang sejuk , kehidupan sosial budaya, perkebunan kopi, jeruk pamelo dan alpukat, maupun dari sisi sejarah dan religi.

 disambut dengan suguhan, dokpri
 disambut dengan suguhan, dokpri

Saat datang  kami disuguhi dengan minuman khas dari Sirup Parijotho, kaang tanah dan Ulet makanan dari parutan singkong yang dipepes. Semua adalah makan yang diolah dari alam Desa Japan sendiri. Kami diajak berkunjung ke kebun kopi dan Pamelo yang sangat terawat dengan baik , buah kopinya yang bagus demikinan juga dengan jeruk pamelonya. Kami diajari ara menanam , merawat dan memetik Jeruk  Pamelo dan Kopi.

Di tepian perkebunan Kopi dan Jeruk Pamelo, banyak tumbuh pohon Parijotho yang sedang berbuah, sungguh pemandangan yang menyejuk mata dan menenangkan batin semoga tetap terjaga keasriannya.

Ditetapkannya Desa Japan sebagai Desa Wisata ini bukan hanya didukung oleh pengurus Pokdarwis namun juga oleh seluruh masyarakatnya, hal ini terlihat saat kami diajari  rosting kopi di rumah salah satu warga. Terlihat warga ekatan dan ramah dalam menyambut tamu, memperkenalkan kepada kami tentang kemampuannya mengolah kopi, yang menjadi andalan eduwisata yaitu Desa japan, Mengolah Kopi Muria.

roasting kopi manual oleh warga setempat, dokpri
roasting kopi manual oleh warga setempat, dokpri

Pemanfaatan alam sebagai andalan wisata, tidak dieksplore seara berlebihan namun, hal-hal yang sebenarnya telah dilakukan oleh penduduk Desa Japan sejak dahulu kala ini diolah,  diarahkan , dirawat dan dikembangkan agar bisa menjadi obyek wisata yang berkelanjutan di masa yang akan datang.

Masyarakat dituntut untuk lebih kreatif untuk memanfaatkan alam dan hasil alam yang telah disuguhkan oleh Tuhan, yang bisa dinikmati bersama-sama untuk kini dan nanti. Agar tercipta keharmonisan, keselarasan yang juga untuk kesejahteraan masyarakat setempat sendiri karena ini adalah hasil kerja kreatif mereka sen

Tiba di Balai Desa Japan kami diajak menari bersama-sama dengan Tari Ngo'tek yang menggambarkan keseharian masyarakat desa  Japan. Alangkah indahnya kita bisa ikut menyatu dengan mereka untuk menari bersama  tanpa merusak tradisi yang sudah ada.

Kami juga disuguhi masakan khas desa Japan, seperti sambel Pacar, oseng daun labu siam, ikan gurami yang berasal dari kolam desa sendiri, seduhan  khas kopi Muria, serta aneka hasil kerajinan masyarakat seperti Biola Bambu Mbah Min dan miniatur Menara dari kayu. Tradisi masyarakat sudah bergitu harmonis dan nyaman, kita kerja kreatif mereka terlihat dari beberapa hasil UMKM, yang sore itu ikut dijajakan dan bisa dibeli.

 hasil UMKM Desa Japan dokpri
 hasil UMKM Desa Japan dokpri

Sore itu menjadi kian syahdu ketika di ufuk barat di antara jajaran gunung yang tinggi menjulang matahari sudah hendak pamit pulang, hawa sejuk pun mulai merasuk. Dan kita pun harus pulang karena mobil-mobil angkut sudah menanti.

Sebagai orang yang mempunyai sejarah asal-usul orang tua dari Desa Japan sebenarnya aku enggan untuk pulang, namun rombongan telah menanti untuk pulang bersama. Desa yang  sebenar-benarnya desa ini, semoga tetap terjaga budaya dan keasriannya. 

Mungkin bulan-bulan mendatang masih bisa datang ke sana menginap atau memetik Jeruk  Pamelo  bersama keluarga. Sejuknya air pegunungan yang mengalir melalui pipa-pipa ke setiap rumah warga, dan juga tentang bapak dan ibu masih menyimpan banyak kenangan. Bangga Berwisata di Indonesia, tak perlu jauh-jauh  berwisata bisa Di Indonesia Aja karena keindahan alam Indonesia bak serpihan surga di dunia yang bisa kita nikmati

Tak perlu jauh-jauh kita bisa menemukan tempat-tempat wisata yang tak kalah menarik, yang pantas kita ekspos agar banyak orang yang tahu dan datang, sehingga tempat selalu ramai dan bermanfaat bagi pengunjung dan pendududk setempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun