Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Lapar Puasa Jangan Jadikan Alasan Lapar Belanja, Tips Mengatur Keuangan Saat Ramadan

18 April 2021   22:00 Diperbarui: 18 April 2021   22:36 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi sudah berjalan setahun penuh, banyak hal tak terduga yang terjadi pada kita. Termasuk pendapatan yang menjadi tak terduga, kalau dulu biasa kita mempunyai pendapat 10 juta (misalnya) pendapatan tak terduganya bisa menjadi hanya sekitar 5 juta, bahkan 3 juta misalnya. Bagaimana pun juga semua harus kita terima dengan lapang dada, tinggal kita sebagai ibu rumah tangga yang juga menjabat sebagai menteri keuangan dalam keluarga harus bisa mengatur semua pengeluaran agar tidak menjadi " Besar Pasak daripada Tiang".

Kalau biasanya saat Ramadan dijadikan alasan untuk menghambur-hamburkan uang  demi memenuhi kebutuhan makanan saat berbuka puasa, mulai saat ini " Jangan jadikan lapar puasamu sebagai alasan laper belanjamu". Artinya, kita menjadikan alasan untuk berbelanja yang serba berlebih baik dari segi kualitas maupun kuantitas sebagai pemakluman untuk memenuhi kebutuhan buka puasa. Berbelanja secara kalap dengan  alasan  'habis laper seharian sudah sepantasnya mengganti dengan makan makanan-makanan yang serba wah dan berlebih'.  Karena hakekat berpuasa sendiri adalah menahan lapar, dahaga dan juga segala bentuk nafsu termasuk nafsu berbelanja secara berlebih. Jadi  kalap belanja sendiri jauh dari eksensi puasa yang diperintahkan Tuhan.

Bagi saya sendiri, tips agar bisa mengontrol keuangan agar tidak terjadi lapar belanja saat Ramadan adalah :

  • Belanja sayur, ikan dan kebutuhan dapur cukup 4 hari sekali. Kita harus bisa mengatur menu dengan baik, dan memisah-misahkan belanjaan agar  cukup untuk dimasak sehari dalam satu wadah kemudian menyimpannya di kulkas. Misalnya, hari ini bikin sayur sop, ayam goreng, pergedel, sup buah. Masukan semua dalam satu wadah. Esok masak sayur asam, ikan gurami, tempe goreng, kolak pisang , masukan dalam satu wadah juga , dan sebagainya. Kenapa harus 4 hari sekali, karena biar kita tidak bolak-balik ke pasar yang bisa jadi godaan laper belanja lebih besar. Dan batas tetap segar ikan dan sayur hanya 4 hari saja, setelah itu ikan dan sayur menjadi kurang segar lagi walaupun sudah disimpan di kulkas. Untuk itu masukan dalam kotak-kotak khusus untuk menyimpan makanan di kulkas biar kesegaran bahan makanan kita terjaga.
  • Usahakan berbelanja pada waktu pagi hari. Karena pada pagi hari perut kita masih kenyang, rasa lapar belum ada, karena lapar mempengaruhi perilaku otak kita  menyuruh belanja ini itu,  sepertinya  enak dimakan saat berbuka nanti ya..
  • Jangan terpengaruh dengan  Paylater yang disajikan pada aplikasi-aplikasi belanja dan pembayaran online. Jaman sekarang berbelanja online adalah sudah menjadi hal yang biasa sehingga bermunculan fitur pembayaran online, termasuk tawaran untuk menggunakan pembayaran secara Paylater. Artinya kita bisa berbelanja dahulu bayar kemudian. Kalau terpaksa memakai untuk memudahkan pembayaran , gunakan secara bijak, jangan melebihi kapasitas dan kemampuan. Bayar tepat waktu agar tidak menjadi tagihan yang beranak dan membengkak. Kalau saya menggunakan Paylater hanya untuk memudahkan pembayaran dan mengontrol belanja dan segera membayar sebelum bulan berganti agar tidak kena biaya bulanan dan penalti.
  • Stop Hutang ! Sebagai seorang istri dari laki-laki yang bukan berstatus sebagai pegawai dan karyawan kami  sedari awal menikah memang sudah berkomitmen untuk meniadakan hutang, baik kepada bank, institusi maupun perorangan. Sejak suami masih bekerja pada sebuah perusahaan pertambangan sampai sekarang kami menjalani usaha sendiri, pantang untuk hutang. Untuk segala jenis hutang dan keperluan, karena itu sebisa mungkin kami hanya memakai sepertiga pendapatan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Dan sisanya kami bagi-bagi pada pos-pos berbagai keperluan dan bila  sisa masuk dalam tabungan utama kembali. Termasuk untuk membeli barang-barang besar, seperti kendaraan, dan lainnya,  kami pun memilih membeli bila uang sudah cukup daripada berhutang.
  • Pos khusus untuk ibadah dan sedekah. Sebenarnya ini adalah menjadi bagian terpenting bagi kita sebagai wujud rasa syukur dan untuk memenuhi kewajiban kita sebagai seorang umat manusia pada Tuhan. Jadi wajibkan pos ini tetap ada dalam kondisi apa pun, Insyaallah Allah Ta'ala pun akan melanjarkan rejeki dan urusan kita.
  • Pos Hari Raya , karena bagi kami hari raya tidak harus serba baru jadi yang penting menyediakan jamuan sekedarnya untuk berjaga-jaga bila ada tamu dan keluarga yang datang. Mulailah mencicil makanan seperti sirup, makanan kaleng, dan lainnya sejak awal daripada membeli saat mendekati lebaran. Karena biasanya harga akan melambung dan juga untuk menghindari berdesak-desakan.
  • Bijak berbelanja online. Saat ini hampir semua e-commerce mengadakan hari belanja setiap bulannya, seperti 1.1, 2.2. 3.3 dan seterusnya. Pada saat itu tawaran diskon dan bebas ongkos kirim membuat kita bisa terlena dalam berbelanja online. Pilih barang-barang yang betul-betul dibutuhkan, jangan karena murah dan bebas ongkos kirim kita jadi kalap belanja padahal barang yang kita beli bukan barang yang kita butuhkan, akhirnya setelah sampai barang menumpuk begitu saja tak terpakai.

Demikian kiat-kiat saya sebagai pemegang jabatan menteri keuangan dalam rumah-tangga kami, yang harus mengatur keuangan saat Ramadan di tengah Pandemi yang belum juga reda.

Semoga bermanfaat...

Kudus, 18 April 2021

Salam hangat,

Sri Subekti Astadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun