1).
Ketika aku jatuh dan jatuh lagi orang-orang memakiku, padahal aku hanya meminta hakku untuk menyatu kembali dengan bumi.
Apa salahku melepas rindu pada sungai-sungai yang telah lama kering, pada pohon-pohon yang pernah membisikkan cinta padaku.
Bila saja aku bisa membasahi hatimu, akan kuterjang rasamu agar kau pandai bersyukur atas nikmat yang kau dapat
Andai dingin tak buru-buru mendekapku, aku akan terus bersemayam pada awan yang telah mencabik hasrat
Dan lorong-lorong kini tak lagi sunyi oleh keserakahan biarlah semua aku hanyutkan saja
 2).
Pagi ini kau rebus aku bersama secangkir kopi, dan kau lahap menyeruputnya
sampai kau lupa membuka pintu untukku yang datang ingin menyusup pada selemutmu
di luar aku sudah di hadang belasan karung yang inginkan aku meluap bersama emosi
aku ini air biar aku bersanggama dengan bumi
tak perlu percikan api, aku tetap menyala walau tidak engkau sukai
Pagi, biarkan aku membantumu mengingat kenangan
pada dia yang telah bahagia bersama setetes air
pada basah yang menjadikan dia hentikan rasa
karena dingin sungguh sangat membekukan asa
Pagi, biarkan aku memelukmu erat
agar mentari tak lagi mencuri senyummu
membiarkan hari-hari penuh keringat
padahal nikmat bukan sesat
3).
 Dzikiku pagi ini , biarkan menderas
hingga kau enggan menghitung lafalnya
membentuk irama , memecah prasangka
pada setiap tetes yang tak terhingga jatuhnya
pada hitungan yang tak kurasa lagi jumlahnya
aku hanya memohon selamatkan bumi
aku hanya meminta ingatkan manusia
telah terlalu banyak nista yang ada
jangan biarkan dia tepuruk
dan mari berdikirlah bersamaku
Kudus, 08-02-2021
Salam hangat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H