Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Balada Air

8 Februari 2021   08:26 Diperbarui: 8 Februari 2021   09:28 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1).

Ketika aku jatuh dan jatuh lagi orang-orang memakiku, padahal aku hanya meminta hakku untuk menyatu kembali dengan bumi.

Apa salahku melepas rindu pada sungai-sungai yang telah lama kering, pada pohon-pohon yang pernah membisikkan cinta padaku.

Bila saja aku bisa membasahi hatimu, akan kuterjang rasamu agar kau pandai bersyukur atas nikmat yang kau dapat

Andai dingin tak buru-buru mendekapku, aku akan terus bersemayam pada awan yang telah mencabik hasrat

Dan lorong-lorong kini tak lagi sunyi oleh keserakahan biarlah semua aku hanyutkan saja

 2).

Pagi ini kau rebus aku bersama secangkir kopi, dan kau lahap menyeruputnya
sampai kau lupa membuka pintu untukku yang datang ingin menyusup pada selemutmu
di luar aku sudah di hadang belasan karung yang inginkan aku meluap bersama emosi
aku ini air biar aku bersanggama dengan bumi
tak perlu percikan api, aku tetap menyala walau tidak engkau sukai

Pagi, biarkan aku membantumu mengingat kenangan
pada dia yang telah bahagia bersama setetes air
pada basah yang menjadikan dia hentikan rasa
karena dingin sungguh sangat membekukan asa

Pagi, biarkan aku memelukmu erat
agar mentari tak lagi mencuri senyummu
membiarkan hari-hari penuh keringat
padahal nikmat bukan sesat

3).

 Dzikiku pagi ini , biarkan menderas

hingga kau enggan menghitung lafalnya

membentuk irama , memecah prasangka

pada setiap tetes yang tak terhingga jatuhnya

pada hitungan yang tak kurasa lagi jumlahnya

aku hanya memohon selamatkan bumi

aku hanya meminta ingatkan manusia

telah terlalu banyak nista yang ada

jangan biarkan dia tepuruk

dan mari berdikirlah bersamaku

Kudus, 08-02-2021

Salam hangat

Sri Subekti Astadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun