Pada waktu Hari Raya Idul Fitri tiba, hal yang paling dinanti-nanti adalah saat sungkeman pada orang tua, atau yang dituakan.
Karena menganggap pentingnya acara sungkeman ini, maka tradisi mudik menjadi hal yang penting pagi para perantau yang jauh dari orang tua. Agar bisa sungkem pada kedua orang tua.
Sungkeman adalah bukan sekedar saling bermaaf-maafan saja, namun banyak sekali filosofi yang terkandung disana. Sungkeman biasanya dilakukan dengan yang lebih tua dalam posisi duduk dan yang muda dalam posisi jongkok , bersimpuh di pangkuan yang lebih tua. Sungkeman menjadi simbol bahwa yang muda menghormati yang tua, ingin mendapat restu, doa serta nasehat dari yang tua, sedangkan yang tua bisa mengayomi, memaafkan kesalahan yang muda serta mendoakan kebaikan buat yang muda.
Pada acara sungkeman juga menjadi pengakuan kalau kamu lebih tua, sedang yang lain itu lebih muda. Baik dari segi umur, pengalaman hidup maupun kekayaan batin. Sehingga yang muda perlu bersimpuh mohon kerelaan agar dia bisa memperoleh bimbingan dari yang lebih tua.
Acara sungkeman saat Hari Raya Idul Fitri, biasanya dilakukan setelah shalat Idul Fitri sebelum kita melakukan aktivitas lain. Kita harus mengutamakan sungkem pada ibu, bapak,kakak , suami atau yang kita tuakan terlebih dahulu.
Acara ini biasanya menjadi acara yang mengharukan, bahkan terkadang sampai menitikkan air mata. Karena semua kesalahan-kesalahan selama setahun impas sudah, kadang-kadang yang bikin terharu adalah bagaimana kita pernah saling menyakiti, gontok-gontokan, adu argumen, saling berprasangka dan kejelekan semua, dan pada hari Raya itu semua  terhapus, dan impas. Jadi nyess banget di hati. Plong sudah tidak memendam rasa tak enak lagi. Pada waktu sungkeman biasanya yang muda selain meminta maaf, restu , doa dan juga bimbingan , dan yang lebih tua pun akan memberi maaf, memberi restu dan doa bagi yang lebih muda.
Sungkeman adalah wujud kita merendahkan hati, menghilangkan ego dan sifat sombong yang diwujudkan dengan cara merendahkan tubuh kita pada yang lebih tua. Sungkeman juga sebagai wujud terima kasih atas bimbingan dan kasih sayang yang tua kepada yang lebih muda.
Sungkeman selain dilakukan pada hari Raya Idul Fitri juga dilakukan pada acara pernikahan. Biasanya sebelum ijab kabul, sang pengantin melakukan acara sungkeman lebih dahulu kepada orang tua masing-masing. Dan setelah acara ijab kabul melakukan sungkeman kepada kedua orang tua dan juga kedua mertua.
Mengingat sungkeman pasti yang kita ingat adalah orang tua, ayah dan ibu kita. Masih masih hidup ataupun sudah meninggal kita akan selalu mengingat orang tua kita. Baik dalam posisi dekat maupun jauh.  Rasa terharu pasti menyelemuti bila orang tua sudah tak ada saat memasuki Idul Fitri, oleh sebab itu setelah kita sungkeman dengan kita tuakan di rumah biasanya dilanjutkan dengan ziarah ke kuburan untuk mendoakan orang tua kita yang sudah tiada.
Bermaaf-maafan sebaiknya tidak hanya dilakukan saat lebaran saja, lebih baik kita harus cepat-cepat meminta maaf bila kita berbuat salah, dan menyadari kesalahan kita itu. Segera minta maaf karena kita tidak tahu sampai berapa lama umur kita, kalau minta maafnya nunggu kalau lebaran tiba, iya kalau  umur kita sampai kalau tidak kita masih akan menanggung dosa. Karena Allah SWT akan memaafkan kesalahan seseorang pada orang lain, bila orang lain itu telah memaafkan kita. Jangan malu untuk meminta maaf  terlebih dahulu  tak peduli kita lebih tua ataupun lebih muda.
Pengalaman  saya bermaaf-maafan yang paling terkesan adalah sungkeman  pada bapak ibu ketika beliau masih ada, kita masih kumpul bersama kakak dan adik-adik semua, kita saling bermaafan dan saling berpelukan. Hidup jadi terasa ringan dan wajah kami jadi penuh senyum.
Demikian yang saya alami dalam sungkeman dan saling bermaaf-maafan dalam menyambut  Hari Raya Idul Fitri .
Pada saat lebaran di tengah suasama pandemi Coid-19 bisa dilakukan  secara viltual atau online melalui aplikasi yang biasa kita pakai. Seperti WA, Line, Masseger, Zoom, Googlemeet dan lain sebagainya. Yang penting kita saling mengikhlaskan kesalahan yang pernah kita lakukan, karena setiap manusia tidak pernah luput dari dosa dan kesalahan.
Kudus, 22 Mei 2020
Salam hangat,
Dinda Pertiwi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H