Fenomena kalap belanja makanan berlebih-lebihan  membuatku  cukup miris melihat kelakuan orang-orang egois macam itu. Mungkin dia pikir hanya dia saja yang butuh makan sehingga harus menimbun makanan sebanyak itu. Sepertinya pasar dan penjual bahan pangan sudah mau kukud saja, sehingga untuk mempertahankan hidupnya dia butuh persediaan makanan yang banyak.
Tentang orang lain yang nggak kebagian persediaan pangan di pasaran kerena stok jadi menipis dan membuat harga jadi mencekik, tidak peduli . Karena keegoisan yang hanya mementingkan diri sendiri itu.
Bayangkan saja kalau orang-orang egois itu menghabiskan persediaan pangan di supermarket-supermarket dan di pasar . Maka kemungkinan akan terjadi rush , karena persediaan pangan jadi menipis yang tentu saja akan diikuti dengan kenaikan harga pangan.
Terus siapa yang rugi?
Tentu saja rakyat kecil yang persediaan uangnya tipis  dan hanya mampu untuk membeli pangan hari itu saja. Bahkan kalau harga melonjak naik, mereka tidak akan mampu lagi membeli pangan.
Akibatnya bisa ternjadi kelaparan.  Dalam keadaan kelaparan  sesuatu bisa terjadi misalnya,  penjarahan, kerusuhan dan lain sebagainya. Yang bisa membuat kekacauan keamaan negara.
Tentu hal itu tidak sampai pada pikiran mereka yang punya duit banyak dan egois. Mereka hanya mementingkan diri sendiri, di luar biar saja kerusuhan terjadi. Yang penting di dalam rumah  masih punya persedian pangan yang banyak. Hidupnya hanya mementingkan urusan perutnya sendiri saja.
Alhamdulillah, fenomena tersebut tidak sampai di kota Kudus tercinta. Karena kenyataannya persediaan bahan pangan masih tetap melimpah, hanya gula pasir saja yang mulai sulit dicari. Jadi buat apa pula kita harus nyetok bahan makanan terlalu banyak. Biarkan roda perekonomian berjalan normal apa adanya saja.
Saya sendiri selalu belanja secukupnya saja. Buat apa belanja banyak, Â nyetok di kulkas berlebihan kalau pada akhirnya nggak kepakai, jadi jamuren dan akhirnya dibuang. Karena semua pahan pangan ada masa kedaluwarsanya. Jadi sia-sia saja beli banyak, sedangkan kami hanya hidup berdua saja.
Belanja ikan pun hanya untuk keperluan 2-3  saja, karena kalau terlalu lama disimpan dalam kulkas, ikan jadi gak fresh lagi, rasanya sudah lain. Sayuran juga paling untuk kebutuhan 2-3 hari saja, karena tiap hari masih ada tukang sayur lewat. Jadi nggak perlu kuatir  kehabisan.
Untuk belanja bulanan seperti beras ( seringnya nggak beli karena bisa panen sendiri), gula, mei-mei instan, minuman-minuman kaleng, biskuit, segala macam sabun, obat nyamuk  semprot dll, cenderungnya kalau belanja lebih hanya karena ada diskon saja ( biasalah emak-emak) itu pun jumlahnya nggak terlalu banyak. Karena besok-besok juga pasti ada diskon lagi.
Lagian sekarang minimarket  A dan In banyak bertebaran dimana-mana termasuk di dekat rumah. Warung tetangga juga masih buka, jadi kalau kehabisan sesuatu bisa lari sebentar ke warung tetangga saja.
Agar belanjaan kita terkontrol sebaiknya sebelum berangkat belanja ke supermarket / pasar, kita bikin list belanja dulu. Barang-barang apa yang wajib kita beli, karena persediaan di rumah telah habis. Barang apa yang persediaanya menipis. Dan barang barang apa  yang habis sama sekali, semua harus kita bedakan. Kalau yang persediaan benar-benar habis kita boleh belanja agak banyak, kalau yang persediaan menipis kita  beli seperlunya saja, kalau yang persediaan masih banyak tidak usah menambah stok lagi.
Pada waktu belanja bawalah uang secukupnya saja, kalau kita pakai Card baik itu Credit Card maupun debet Card, ingat limitnya. Jangan sampai Cridit Card kita over limit, yang menyebabkan terjebak dalam hutang CC terlalu dalam. Â Atau saldo tabungan jeblog gara-gara gemar belanja berlebihan.
Sebaiknya kita biasakan hidup wajar saja. Pemerintah juga sudah berusaha mengatur ketersediaan bahan pangan di tengah pandemik Covid-19. Mumpung kita di rumah saja, cobalah tanam sayur-sayuran sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kalau lahan tidak cukup bisa dengan hidroponic maupun dengan menanam dalam polibag. Agar kita bisa mengurangi biaya belanja, walaupun sedikit. Membeli bahan mentah untuk diolah sendiri lebih baik, dan lebih hemat daripada kita beli makanan yang sudah jadi.
Demikian pendapat saya tentang fonomena kalap belanja di tengah pandemik Covid-19 dan bulan Ramadan ini. Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Kudus, 2 Mei 2020
Salam hangat,
Dinda Pertiwi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H