Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menyesal Aku Tidak Menulis Tiap Hari

5 Desember 2019   10:23 Diperbarui: 5 Desember 2019   10:31 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya tulisan ini sudah akan aku tulis di kereta pada tanggal 22 November kemarin, saat perjalanan ke Jakarta untuk menghadiri Kompasianival 2019. Namun tulisan belum jadi keburu mengantuk dan tidak juga nyaman menulis di kereta. Akhirnya batal dan tulisan yang tersimpan di dalam draf pun hilang.

Sepulang dari Kompasianival, hari senin tanggal 25 November, kesibukan-kesibukan di rumah setelah ditinggal beberapa hari tak bisa ditunda, dan jadilah  menulis kisah perjalanan  mengikuti Kompasianival pun tertunda.

Derita menyesal tak bisa menulis pun berkepanjangan. Dan waktu sungguh tak bisa dikhianati, dia terus saja berjalan, tak peduli banyak keinginan yang belum bisa dilaksanan.

Perjalanan ke Jakarta untuk mengikuti Kompasianival yang aku harapkan bisa menumbuhkan minat menulis pun hanya bisa aku sesali. Hanya andai-andai menulis di pikiran saja, sambil mengerjakan pekerjaan lain tak selesai-selesai. Menuangkan dalam bentuk tulisan, sungguh sering aku tak mampu.

Hingga tadi pagi Mbak Biyanca Kelin  di WAG Semarkutiga mengingatkan, kok aku belum bikin ulasan tentang Kompasinival menyentakku. Ternyata aku hanya berandai-andai saja menulis moment perjalananku datang Kompasianival kemarin, tak ada satu pun tulisan yang tertuang.

Sebenarnya aku malu pada diri sendiri, dan juga pada orang-orang di sekitar yang sudah terlanjur mengira aku bisa menulis. Padahal nyatanya aku hanya pandai merangkai angan-angan di pikiran saja. bukankah penulis bukan tukang berandai-andai belaka, tukang bermain angan-angan saja. Tetapi  penulis harus  mampu menuangkan dalam bentuk tulisan angan-angannya itu.

Ada banyak episode kehidupan yang hilang begitu saja, karena penyimpanan dalam memori angan-angan sangatlah terbatas. Hari ini pikiranku sedang seru berangan-angan tetang sesuatu yang lagi menusuk-nusuk otakku, sejam dua jam, sehari dua hari sesuatu itu  akan berlalu begitu saja, sudah bukan hal yang greget lagi untuk diangankan, apalagi untuk diungkap, bahkan terkadang malas untuk mengingatnya kembali.

Lain halnya bila sesuatu di tumbuh liar di angan-angan itu tertuang dalam tulisan. Bisa jadi ulasan hangat yang tidak akan hilang begitu saja, sebagai pertanda aku pernah mengalami sesuatu sebuah episode kehidupan.

Setidaknya menulis tiap hari tidak akan membusukkan ide, pikiran dan cita-cita kita. Bahkan membuat kita punya semangat untuk menjadi lebih baik. Namun, kenapa susah banget aku ( mungkin juga kamu!) melakukannya. Berbagai alasan untuk ngeless bermunculan, setelah kemampuan menulis hilang.

Menulis memang bisa dilakukan oleh setiap orang yang sudah mengenal huruf  abjad dan bisa merangkaikannya menjadi sebuah kalimat, yang bisa ditangkap maknanya oleh orang lain. Namun sayang kemampuan itu harus diasah, oleh diri sendiri tidak bisa tumbuh begitu saja. Kenyataannya, berapa banyak penulis-penulis bermunculan setelah era digital muncul. Laman-laman media sosial memberi banyak tempat untuk kita menuliskan sesuatu.  Yang dulu hanya tersimpan di pikiran dan buku diary yang hanya kita nikmati sendiri, sekarang facebook tiap hari menanyakan "Apa yang sedang anda pikirkan"  mau tidak mau kita tertarik nuliskannya sesuatu yang biasanya tersimpan menjadi sebuah tulisan yang bisa diketahui oleh orang lain. Memang gagasan itu perlu dibagikan, men. Jangan jadi hak cipta diri sendiri saja. Begitu mungkin perintah facebook. ( entahlaah...).

 Menulis bukan menjadi sesuatu yang sulit lagi bagi yang mau belajar, karena kesempatan mengasah kemapuan semakin terbuka luas.

Oke! Balik lagi ke akar masalah.

Tidak menulis telah membuang banyak kesempatan untuk kita memperoleh pengasilan, penghargaan dan masa depan yang lebih baik. ( Laah kok iso, men )

Karena dengan menulis terus menerus ide, gagasan akan selalu mengalir . Tapi begitu kita berhenti otak jadi cutel, mampet, ide sudah enggan menghampiri. Akibatnya alasan pertama bermunculan, untuk membenarkan kenapa kita tidak menulis. Dengan berhenti menulis, halaman-halaman blog menjadi  kosong. Padahal kita sudah  terlanjur bikin akun dan  blog-blog pribadi disana-sini. Dengan harapan pada awalnya kita bisa memperoleh penghasilan dari sana. Waktu dan kuota kita terbuang begitu saja tanpa memperoleh refund apapun (kecuali bagi yang merasa menulis hanya sebuah kesenangan dan keisengan belaka).

Padahal dengan terbiasa menulis bukan hanya ide yang mengalir, namun kualitas tulisan juga akan terus membaik. Tentu saja selain menulis kita juga harus rajin membaca tulisan orang lain yang berkualitas. Pelajari terus bahasa --bahasa yang berkualitatif, dan terus berkembang. Jangan monoton pakai bahasa yang itu-itu saja, dengan sering mengikuti perkembangan bahasa ( tapi jangan yang alay, Dong! )  Kita harus bisa mengikuti trend yang lagi menjadi perhatian Google. Perhatikan hashtag atau tagar yang sekarang setiap saat berganti. Dengan menulis dan membicarakan sesuatu yang lagi trend tulisan kita ikut terangkat, banyak dibaca (minimal diklik ) oleh pembaca online.

Yang terakhir adalah penghargaan. Gimana kita bisa mimpi memperoleh penghargaan semacam best best di Kompasianival, atau ditempat lain kalau nulis saja tidak penah. Mimpi kali yee...!

Padahal saat ini banyak sekali, instansi, komunitas, lembaga dan lain-lain yang gemar memberikan penghargaan pada para penulis yang aktif dan berkualitas menurut penilainan mereka.

Tulisan itu akan membawamu kemana arahnya. Apakah kamu harus keluar dari lubang semut atau harus naik tahta dinobatkan menjadi raja-diraja. Jangan pernah berharap lebih dengan tulisan-tulisanmu. Biarkan mengalir, karena bagaimanapun hasil tak akan membohongi usaha. Tapi kalau masih tetap belum sukses, jangan terus ngambek gak mau nulis lagi dong. Ntar laman-laman gadget kosong, padahal produksi hp, laptop dan tablet tiap tahun terus berkembang dengan cepat.

Biar mbah Google semakin riang dan teknologi terus berkembang. Yuk..kita nulis ( tiap hari). Hidup memang penuh penyesalan, tapi penyesalan yang diulang berkali- kali pertanda kita jadi orang yang merugi.

Maaf tulisan ini untuk memotivasi diri sendiri, kalau anda ikut terkena jangan salahkan saya.

Kudus, 5 Desember 2019

Salam hangat,

Dinda Pertiwi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun