Pagi-pagi sekali kami sudah bangun, kalau biasanya bangun untuk makan sahur kali ini saya bangun untuk mempersiapkan lebaran dan pergi sholat Idul Fitri di masjid dekat dengan rumah.Â
Kami memang tidak ada mudik, karena sudah tinggal di kampung halaman sendiri. Tempat kami shalat Ied juga masih yang dulu sejak saya  kecil, masjid dekat rumah itu walau bangunannya kini megah sekali namun rasa tetap seperti saat masih kecil dulu.
Jam 6.15 pagi shalat Ied sudah dimulai, hampir saja kami terlambat. Jamaah sudah penuh bahkan sampai ke jalan raya depan masjid. Untung masih ada yang baik hati untuk berbagi tempat di sela-sela  aku saff yang sudah rapat.
Selesai shalat Eid kami lanjutkan dengan saling bersalaman satu dengan lainnya. Karena jamaah masjid rata-rata juga tetangga sendiri, jadi mumpung kumpul di masjid kami manfaatkan saling bermaaf-maafan sekalian. Walaupun malam hari kami juga saling kunjung dari rumah ke rumah juga.
Selanjutnya kami menuju ke makam orangtua yang sudah wafat . Letak makan ada di  pinggir desa kami juga, dinamakan makam Kembar karena letak makam ada di sebelah kanan dan kiri jalan raya. Suasana pemakaman lumayan ramai, banyak pemudik yang berziarah ke makam keluarganya yang telah tiada.
Suasanya ramai dimanfaatkan untuk bejualan bunga dan parkir  tiban. Bahkan banyak pembersih makam tiban, yang tidak ada di hari-hari biasa.
Acara selanjutnya, kami lanjutkan untuk kumpul bersama keluarga besar untuk saling memaafkan antara yang muda kepada yang lebih tua.
Kebetulan saya ada lima saudara, ada satu adik yang di Batam tidak bisa pulang. Namun ada dua keponakan yang mudik dari Batam juga. Jadi semakin seru saja karena banyak juga keponakan-keponakan yang sudah menjelang remaja, jadi kalau mereka kumpul, ada saja yang membuat mereka heboh.
Dilanjutkan dengan acara sungkeman dimulai yang paling muda sungkem pada yang paling tua, berurut terus sampai semua saling memaafkan.
Sungkeman ini yang menjadi acara berkumpul silaturahmi, sungkeman biasanya dilakukan oleh yang lebih muda  kepada yang lebih tua, baik secara usia , silsilah maupun yang memang dituakan. Tradisi sungkeman ini selain ada di hari raya, biasanya dilakukan oleh pengantin kepada orangtuanya.
Sungkeman adalah tradisi untuk meminta maaf dan restu, digambarkan dengan orang  yang lebih  tua duduk dan yang lebih muda duduk bersimpuh di lantai atau berjongkok sambil mencium tangan orang yang lebih tua.Â
Sebagai tanda bakti dan menghormati  orangtua. Sungkeman  untuk nyuwun 'ngapuro' atau meminta maaf kepada orang yang lebih tua bila ada kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak sengaja. Dengan sungkeman diharapkan akan memulihkan hubungan telah rusak. Dengan sungkeman rasa sakit 'hati' terobati dan rasa percaya dipulihkan.
Saat lebaran begini menjadi moment yang ditunggu-tunggu buat anak-anak, karena setelah sungkeman kepada  orang yang lebih tua mereka akan mendapat wisit berupa uang dalam amplop yang lucu-lucu.Â
Walau jumlahnya tak seberapa, kalau dikumpulin selama lebaran lumayan juga loh...bisa membuat anak-anak bersemangat untuk merayakan Idul Fitri  dan  sungkeman  pada yang lebih tua. Walau eksensinya bukan itu meminta maaf itu.
Idul Fitri seperti ini menjadi moment yang paling tepat untuk seluruh keluarga, kerabat, tetangga, teman bahkan buat yang baru saling kenal untuk saling memaafkan. Apalagi setelah beberapa minggu yang lalu hubungan antar kelompok di Indonesia sempat tegang akibat suhu politik memanas karena Pemilu pada bulan  April yang lalu.
Semoga moment Idul Fitri ini dapat menyatukan bangsa Indonesia, yang berberapa waktu yang lalu sempat tergores akibat beda pilihan capres.
Sikap saling memaafkan semoga bukan hanya ada di Idul Fitri  belaka, namun seterunya sehingga tak ada lagi saling ejek dan bully, untuk bersama-sama membangun negeri.
Indahnya Idul Fitri, setelah sebulan penuh kita berpuasa Ramadan menahan lapar, haus dan juga syahwat, alangkah indahnya bila diikuti dengan moment saling memaafkan  pada hari raya Idul Fitri. Tak ada lagi memendam sakit hati, saling memaafkan dan saling bersilaturahmi.
Taqabbalallohu Minna wa Minkum Taqabbalya Kariim Barakallohu Fiikum.
Mohon maaf lahir& batik atas segala salah dan khilaf. Semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT dan selalu diberi kekuatan, kesehatan, keselamatan dan kesuksen. Amin.
Semoga moment Idul Ftri ini, menyelamatan keutuhan bangsa Indonesia tercinta. Amin
Kudus, 5 Juni 2019
Salam hangat,
Dinda Pertiwi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H