Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Berbagi bersama Tanpa Memandang Kamu Siapa

30 Mei 2019   06:15 Diperbarui: 30 Mei 2019   06:47 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti tahun-tahun yang lalu, tahun ini   kami dari alumni Kudus 84 mengadakan acara berbagi nasi kotak kepada para penunggu pasien di ruang kelas lll Rumah Sakit di Kudus.

Kegiatan ini sudah berlangsung sejak tahun 2014 setiap Ramadan tiba, kegiatan ini biasanya berlangsung pada hari sabtu dan minggu. Namun untuk Ramadan kali ini kami hanya mengadakan satu seasion saja, tidak seperti tahun lalu yang sampai 2 seasion.

Dalam grup alumni Kudus 84  yang terdiri dari para lulusan SMA, SMK se-Kudus yang lulus tahun 1984 ,  terdiri dari berpagai  macam profesi, golongan dan agama. Namun bersatu padu mengumpulkan dana untuk berbagi nasi kotak di sejumlah  Rumah Sakit di Kudus. Sebagai bentuk kepedulian kepada yang sedang berkesusahan karena ada keluarganya yang sakit sekaligus sebagai ajang silaturami.

Kenapa penunggu pasien menjadi sasaran pembagian ini, karena menurut seorang rekan yang bekerja di sebuah  Rumah Sakit,  mereka biasanya agak kesulitan untuk sekedar keluar mencari makan buat berbuka puasa, karena  pasien yang mereka tunggui tidak bisa ditinggalkan dan jarak cukup jauh  dengan warung makan yang murah  , bersih dan nyaman.

dokpri
dokpri

Kami hanya menyasar pada pasien kelas 3 karena biasanya  pasien kelas 3 diisi oleh pasien yang kurang mampu. Dan jumlahnya lumayan banyak di setiap Rumah Sakit.

Bukan hanya teman-teman muslim saja yang turut terjun  membagikan nasi kotak ke kamar-kamar pasien,  namun beberapa diantaranya ada teman yang beragama lain.  Untuk kegiatan ini kami tidak merasa beda karena tujuannya sama, yaitu berbagi . Demikian juga sasaran yang kami bagikan adalah semua penunggu pasien kelas 3 tanpa memandang agamanya apa. Walaupun tujuan utama kami, memberi menu berbuka puasa.

Kegiatan belangsung mulai jam 4 sore sampai menjelang berbuka puasa. Bila hari itu yang kita datangi Rumah Sakit besar yang pasien kelas 3 nya banyak. Maka hari itu kita fokuskan pada 1 Rumah Sakit saja , bila ada lebihnya kita drop ke Panti Asuhan. Pada rumah sakit kecil yang jumlah pasiennya sedikit , kami bisa mendatangi beberapa rumah sakit sekaligus.

Jauh-hauh hari sebelum acara bakti sosial berlangsung, kami sudah mengajukan surat permohonan ijin terlebih dahulu kepada kepala Rumah Sakit. Agar kami bisa masuk ke kamar-kamar pasien.  Walaupun sasaran kita bukan pasien tapi penunggu pasien.

Dengan adanya kegiatan ini kebersamaan kami jadi sangat terasa, bukan hanya alumni yang tinggal di Kudus saja yang berpartisipasi namun, semua alumni yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Kami bersatu dalam sebuah grup Whatsapp  , sebagai ajang silaturahmi kampung halaman bagi yang sudah lama meninggalkan kota Kudus tercinta dan berkarir di tempat lain.

Kami sudah lulus SMA 35 tahun yang lalu,  namun dengan berkumpul dengan teman-teman SMA jadi serasa muda kembali, mengenang saat-saat indah duduk di bangku SMA. Meski keadaan sudah berubah, kita menjadi tua secara umur, namun tetap berjiwa muda bila berkumpul dengan teman sebaya.

Sudah seharusnya kita yang hidup di bumi Nusantara, yang terdiri dari berbagai macam suku, ras dan agama bisa hidup berdampingan. Saling bahu membahu dalam  membangun bangsa ini, namun tidak mencampuri urusan  dl ibadah masing-masing.

Alangkah damai dan indahnya keberagaman itu, bila bisa saling menghormati, saling merawat  dan tidak terlalu ikut campur urusan agama lain. Tidak perlu ada gontok-gontokan  dan menjadi merasa paling benar dan paling menang,dengan memaksakan keyanikan     pada orang lain.

Perkuat keimanan kita sendiri, perbanyak ibadah dan amal sholeh sehingga tak ada waktu lagi saling mengolok keyakinan orang lain.

Keberagaman itu  indah,  sebagai  kekayaan bangsa Indonesia. Sehingga Indonesia mempunyai banyak ragam kebudayaan dari Aceh sampai Merauke. Semua tumbuh subur pada area masing-masing dan menjadi  damai  bila dipandang secara bersama-sama.

Demikian keberagaman yang aku lakukan bersama teman-teman di Kudus 84, semoga bermanfaat dan dapat menginspirasi banyak orang untuk berbuat baik tanpa memandang suku , ras dan agama untuk Indonesia bisa.

Kudus, 30 Mei 2019

Salam hangat,

Dinda Pertiwi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun