Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mengemis, Kok Jadi Mata Pencaharian

14 Mei 2019   20:23 Diperbarui: 14 Mei 2019   20:45 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/illustrations/laki-laki-kulit-putih-model-3d-2064813/

Beberapa tahun yang lalu saya sering menjumpai seorang pengemis yang cacat, dia duduk di sebuah kursi roda yang lusuh. Tiap hari mangkal di pojokan pas tangga naik di sebuah pasar di Kudus. Tiap kali lewat aku kasihan melihatnya. Beberapa keping koin sering aku lempar ke dalam kaleng roti bekas yang tersedia di pangkuannya.

Tapi tidak dengan teman-temanku yang lain, yang jalan bareng bersamaku. Teman-teman tidak ada yang melempar uang sama sekali pada pengemis itu. Beberapa kali lewat  disana, begitu terus .Tak ada teman yang melemparkan koinnya untuk pengemis itu.. Sampai akhirnya aku tanyakan pada teman-teman, "Kenapa kalian tak ada yang mau memberi uang sekedarnya pada pengemis itu. Kasihan, kan?"

" Kasihan gimana. Mbak gak tahu sih, aku loh yang kerja begini masih kayaan dia daripada aku "

"Maksudnya ?" tanyaku tak mengerti

Akhirnya mereka cerita, kalau pengemis itu sebenarnya orang kaya. Sawahnya luas, punya becak banyak ( waktu itu transportasi becak masih laris). Dan yang mecengangkan kata teman-teman " Istrinya aja dua loh, Mbak!"

"Ah, mosok!" Aku belum percaya omongan teman-teman. Hingga aku melihat sendiri.  Saat pagi hari, suasana masih agak sepi.  Pengemis itu diantar sebuah mobil, kursi roda lusuh ditaruh di tempat mangkalnya oleh seseorang yang berpakaian bagus. Setelah itu baru pengemis itu digendong dari dalam mobil diletakan di kursi roda lusuh itu. Setelah dibekali air mineral, pemuda yang mengantar pun pergi dengan mobilnya.

Sejak itu, aku percaya dan mengerti alasan teman-teman yang susah payah bekerja sebagai SPG dan mungkin penghasilannya jauh di bawah total penghasilan pengemis itu tadi.

Pada suatu hari lagi sewaktu saya mempunyai usaha counter di sebuah mall. Tiap hari ada pengemis yang mangkal di situ,  teman-teman banyak yang sudah mengenalnya karena sering ketemu. Pada hari-hari sepi, pengemis itu mengeluh. Katanya, "Sehari ini sepi ya Mbak...saya hanya dapat 150 ribu "

Trus teman bertanya : " Emang kalau ramai dapat berapa?"

" Tidak tentu, Mbak. Kadang bisa sejuta, 800 ribu, kadang 500 ribu, 300 ribu....." jawab pengemis itu dengan bangganya.

Dan kami hanya bisa menjawab : "Haah...!"  Sedang kami, cari untung sehari segitu, susahnya...

Ibu-ibu pengemis itu kadang-kadang membawa bayi yang disewanya, entah dari mana. Kasihan bayinya digendong kesana-kemari, kena panas , hujan dan debu, demi ambisi orang tuanya menyewakan bayinya untuk mendapatkan uang.

Dari kedua kasus di atas, kelihatan bahwa mereka menjadikan "Ngemis" sebagai suatu mata pencaharian, bukan karena terdesak perut lapar.

Kita sih ikhlas saja memberi pada pengemis, apapun alasannya mereka, amalan kita sudah dicatat sebagai kebaikan. Namun sebaiknya, zakat, infak dan sedekah itu sudah lebih dari cukup kalau dikelola dengan baik, untuk kemakmuran dan kemaslahatan umat. Jadi tak perlu lagi ada peminta-minta, karena para fakir miskin sudah akan mendapat bagiannya sendiri.  Sebaiknya zakat yang dikelola tidak diberikan dalam bentuk barang jadi , namun berupa umpan agar mereka bisa memulai suatu usaha. Bukan sebagai peminta-minta lagi. Karena meminta-minta haram hukumnya. Lebih mulia makan dari nafkah yang kita cari dengan susah payah, dari pada menjadi seorang peminta-minta.

Pengemis ada beberapa jenis:

  • Kelompok pengemis yang benar-benar membutuhkan bantuan. Karena kesulitan mencari makan sehari-hari. Namun sebagian besar dari mereka masih memiliki harga diri dan menjaga kehormatan, tidak mau meminta kepada orang lain dengan cara mendesak sambil mengiba-iba, Mereka malu menyandang predikat pengemis, yang dianggap merusak nama baik agama, dan nilai-nilai etika masyarakat. Sebaiknya pada kelompok ini kita berinfak.
  • Kelompok pengemis gadungan yang pintar bersandiwara dan tipu muslihat. Mereka piawai mengaburkan anggapan masyarakat dan mencari celah-celah strategis. Bagaimana cara menarik simpati dan belas kasihan orang lain.Ada yang pura-pura luka, cacat, atau membawa map minta sumbangan yang tidak jelas. Mengeluh keluarganya sakit, padahal tidak, seribu satu cara digunakan untuk mengelabuhi masyarakat.
  • Hal demikian sangat tidak dibolehkan dalam agama apalagi dengan berbohong itu suatu perbuatan dosa. Dapat merusak citra orang miskin yang tidak meminta-minta.

Bahkan ada Hadist yang mengatakan : "Barang siapa meminta-minta kepada orang lain tanpa ada kebutuhan, maka seolah-olah ia memakan bara api" [ HR Ahmad IV/165 ] Karena tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah.

Tiga golongan orang yang membolehkan orang meninta-minta adalah :

  • Seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti.
  • Seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, sampai mendapatkan sandaran hidup.
  • Seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup, sampai mendapatkan sandaran hidup kembali.

Selain tiga golongan di atas haram hukumnya memakan hasil dari meminta-minta. Namun demikian bukan berarti boleh menjadi pengemis dan meminta-minta di jalan, dan mengganggu ketertiban umum.

Setelah mengetahui hal tersebut di atas masihkah kita memberi uang kepada peminta-minta di jalan. Yang rata-rata mereka hanya berpura-pura saja karena kemalasannya berusaha, dan menginginkan hasil yang instan. Hal itu sama saja memberi bara api, untuk mereka makan. Lebih bantuan kita salurkan kepada badan zakat maal untuk diberikan dalam bentuk usaha, sehingga suatu mereka akan dapat berdiri sendiri, bahkan dapat membantu temannya yang lain.

Apalagi saat ramadan tiba, seperti ini. Banyak pengemis dadakan bermunculan, karena mereka mengaharap  bulan Ramadan  umat Muslim lebih  mudah mengeluarkan sedekahnya di bulan yang penuh rahmah ini. Memang amalan kebaikan kita akan dilipat-gandakan di bulan Ramadan ini, tapi salurkanlah  sedekah, infak dan zakat pada badan-badan yang telah ditunjuk. Atau pada saudara dan tetangga dekat  kita yang membutuhkan.

Kudus, 14 Mei 2019

Salam hangat,

Dinda Pertiwi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun