Sore itu untunglah matahari agak tertutup mendung, jadi terik yang menyengat sejak menjelang siang sudah agak berkurang. Ribuan masyarakat Kudus berkumpul di sekitar alun-alun Simpang Tujuh Kudus.Â
Aku mengajak ponakanku untuk ikut menyaksikan prosesi  Visualisasi Dandangan yang akan dibuka oleh bupati Kudus Bapak Tamzil. Kami datang setelah sholat ashar di masjid besar Alun-alun Kudus.
Panggung untuk prosesi yang terletak di sebelah utara alun-alun Simpang Tujuh sudah diisi dengan lagu-lagu rohani oleh Arie Kusmiran dan grupnya.
Kami hanya sebentar saja melihat acara prosesi yang di panggung  dan pawai depan alun-alun , selanjutnya , Gaza ponakanku  minta dibelikan kapal othok-othok yang merupakan mainan khas yang di jual saat Dhandangan seperti ini.
Dhandangan sendiri biasanya berlangsung selama 2 minggu sebelum Ramadan dimulai, namun pawai dan panggung visualisasi hanya ada pada hari terakhir.
Aneka mainan miniature peralatan rumah tangga dari bahan tanah atau kasongan, arumanis, martabak, kerak ketan, dragon snack dan lain-lain, mulai dari kuliner, mainan anak-anak, pakaian, buku  sampai wahana permainan anak-anak semua ada di Dhandangan. Sekitar 300 pedagang memenuhi area Jalan Sunan Kudus, Jalan Madurekso, Jalan Kyai Telingsing, Jalan Pangeran Puger, Jalan Wahid Hasyim, Jalan K. H. A. Dahlan, Jalan Menara, serta jalur Kudus- Jepara penuh dengan pedangan. Juga disediakan gerai  UMKM  dari luar kota Kudus.
Awal mula adanya pedagang di area Dhandangan, karena pada waktu itu banyak orang yang berkumpul di sekitar Menara Kudus, untuk mendengarkan bedhug ditabuh sebagai tanda puasa Ramadan dimulai. Juga untuk menyediakan makanan untuk sahur para santri dari Sunan Kudus.Â
Namun sekarang area orang berjualan semakin meluas, tidak hanya di sekitar Menara saja. Rupa dagangannya pun sudah mengikuti perkemangan jaman, walau kekhasan yang masih ada dari aku kecil sampai sekarang.
Kami berjalan sangat lamban karena banyaknya pengunjung. Pada jaman dahulu event Dhandangan di pergunakan untuk mencari jodoh juga. Karena pada saat Dhandangan para putri Kudus Kulon yang biasa dipinggit pada tembok-tembok yang tinggi keluar untuk menyaksikan Dhandangan, pada saat seperti itulah para pemuda mulai mengincar gadis-gadis Kudus Kulon yang cantik-cantik untuk dipersunting.
Peristiwa Dhadangan menunjukan semangat orang Kudus yang terkenal dengan Gusjigang. Yaitu Bagus, Ngaji dan Dagang. Seorang pemuda Kudus harus mempunyai budi pekerti yang bagus, harus pinter ngaji dan juga harus pintar mencari rejeki dengan berdagang.
Waktu sudah maghrib, kami harus segera pulang karena pengunjung semakin padat takut bertambah macet jalanan. Lagi pula kami harus segera mempersiapkan untuk  sholat tarawih yang malam nanti sudah dimulai.
Kudus, 9 Mei 2019
Salam hangat,
Dinda Pertiwi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H