Sore itu untunglah matahari agak tertutup mendung, jadi terik yang menyengat sejak menjelang siang sudah agak berkurang. Ribuan masyarakat Kudus berkumpul di sekitar alun-alun Simpang Tujuh Kudus.Â
Aku mengajak ponakanku untuk ikut menyaksikan prosesi  Visualisasi Dandangan yang akan dibuka oleh bupati Kudus Bapak Tamzil. Kami datang setelah sholat ashar di masjid besar Alun-alun Kudus.
Panggung untuk prosesi yang terletak di sebelah utara alun-alun Simpang Tujuh sudah diisi dengan lagu-lagu rohani oleh Arie Kusmiran dan grupnya.
Arie Kusmiran ikut memeriahkan Dhandangan dokpri
Acara Visualisasi Dhandangan ini bertujuan untuk mengingatkan kita kembali asul-usul ternjadinya perayaan menyambut datangnya bulan suci Ramadan oleh masyakat Kudus. Acara dilanjutkan dengan pawai yang ikuti oleh situs-situs peninggalan di Kudus dan kesenian khas Kudus, seperti : Barongan, Gembong Kamijoyo atau Singo Barong. Acara Seni tradisi bukan hanya diikuti dari Kudus saja, namun dari daerah sekitarnya, seperti Pati, Demak, Jepara, Rembang dan Blora.
Masjid Wali Nganguk , situs tradisi ikut pawai dhandangan...Foto Dokpri
Tradisi Dhandangan sendiri sudah dimulai sejak jaman Sunan Kudus, yaitu pada tahun  454 M ( 1459 H ). Dhandangan sendiri berasal dari suara bedhug yang ditabuh " dang-dang..." oleh para santri, sebagai penanda dimulainya bulan Suci Ramadan.
Sumur Masjid Wali desa Jepang dalam pawai Dhandangan foto dokpri
Para santri itu diutus oleh Sunan Kudus atau Syeikh Dja'far Sodiq untuk ke berbagai daerah di Kudus dengan menabuh bedhug, agar masyarakat tahu kalau besok pagi puasa Ramadan dimulai.
Kami hanya sebentar saja melihat acara prosesi yang di panggung  dan pawai depan alun-alun , selanjutnya , Gaza ponakanku  minta dibelikan kapal othok-othok yang merupakan mainan khas yang di jual saat Dhandangan seperti ini.
kapal othok2 di area Dhandangan Foto dokpri
Menyusuri jalan Sunan Kudus yang penuh dengan penjual aneka rupa membawa kembali ingatku pada puluhan tahun yang lalu, saat aku masih kanak-kanak. Karena hampir semua mainan masa lalu masih ada di jual di area Dhandangan ini. Antara alun-alun sampai ke Menara Kudus penuh sesak dengan pedagang dan pengunjung, apalagi ini adalah hari terakhir Dhandangan.Â
Dhandangan sendiri biasanya berlangsung selama 2 minggu sebelum Ramadan dimulai, namun pawai dan panggung visualisasi hanya ada pada hari terakhir.
Aneka mainan miniature peralatan rumah tangga dari bahan tanah atau kasongan, arumanis, martabak, kerak ketan, dragon snack dan lain-lain, mulai dari kuliner, mainan anak-anak, pakaian, buku  sampai wahana permainan anak-anak semua ada di Dhandangan. Sekitar 300 pedagang memenuhi area Jalan Sunan Kudus, Jalan Madurekso, Jalan Kyai Telingsing, Jalan Pangeran Puger, Jalan Wahid Hasyim, Jalan K. H. A. Dahlan, Jalan Menara, serta jalur Kudus- Jepara penuh dengan pedangan. Juga disediakan gerai  UMKM  dari luar kota Kudus.
aneka dagangan di dhandangan foto : dokpri
Setelah membeli arumanis, kami berjalan menyusuri jalan Sunan Kudus yang padat pengunjung dan pedagang. Gaza ingin bermain di wahana pernainan yang ada di sekitar pasar Jember.
Lihat Kurma Selengkapnya