Pagi-pagi ikala mata masih riyep-riyep karena ngantuk,  setelah sholat subuh  tiba-tiba  " Kring-kring-kring..."  suara telpon menderu-nderu bikin  kaget orang saja.
Begitu telpon kubuka : " Hua..hua..hua...huaaa........bu...bu...aku ..kecelakaan bu..hua hua huaaaa"
Tanpa pembuka, Â tanpa basa-basi, penelpon di seberang sana menangis meraung-raung (dari suaranya bukan menangis betulan sih ).
Karena nomor telponnya tidak dikenal,  tak ada dalam kontak hp, maka langsung aku  tanya aja, " Ini siapa ya..?"
"Aku suamimu, aku suamimu....aku kecelakaan huu huuaaa haahuuu..." kata yang di seberang sana sambil tetap meraung-raung.
Belum sempat aku bicara, Â telpon beralih ke orang lain : " Bu, ini suaminya kecelakaan , dan sudah di bawa ke Rumah Sakit..." jelas yang di seberang sana.
"Oh ya..," balasku enteng saja.
"Saya dari kepolisian yang menangani kecelakaannya, Bu..."
"Udah kalau begitu ditangani saja, Pak!" balasku sekenanya.
"Suami ibu kecalakaannya parah ini, Bu.  Kami  menunggu persetujuan ibu, untuk tindakan dokter " yang di seberang sana masih berusaha menyakinkan.
"Ya..sudah deh Pak, terserah saja  mau diapain juga gak apa-apa, atau  biar mati sekalian juga gak apa-apa , Pak..." jawabku enteng saja.
"Ibu ini gimana, kami disini panik  mau menolong, kok malah  ibu begitu ..."
"Yeee....suami saya memang  kemana..., itu suami jadi-jadian jadi biar mampus saja " balasku sengit.
Klik....
Sambungan telpon langsung dimatikan dari seberang sana. Rupaya mereka sudah mengetahui kalau saya tak akan mempan dengan kedok penipuan mereka. Gagal sudah modus penipuan mereka di awal bulan Ramadan kemarin.
Awal menerima telpon, mendenger suara orang menangis sebenarnya agak kaget juga sih, tapi tatkala yang telpon ngaku sebagai suami. Ya jelas nggak percayalah. Sebagai istri hapal dong, suara suaminya. Lagian suami belum ada 5 menit meninggalkan rumah, pasti kendaraannya masih baru keluar gang. Jadi bohong besar bila bilang suami kecelakaan. Untung nalar saya segera jalan.
Sudah sering juga sih, mendengar cerita-cerita teman yang pernah mendapat telpon serupa. Saya juga  ingat betul kejadian beberapa tahun yang lalu ,  kejadiannya saat Ramadan juga.Â
Seorang teman yang kebetulan  bertemu di sebuah bank , sedang  terburu-buru  "mau transfer " katanya. Transfernya  lewat kasir, karena jumlah yang akan ditransfer lumayan banyak "30 juta" . Katanya dia baru saja  mendapat telpon dari seseorang  yang  mengabarkan kalau suaminya kecelakaan.
Karena memang suaminya memang sedang keluar kota,  tanpa berpikir panjang dia percaya saja. Dia sepertinya  panik .  Untung petugas kasir  di bank itu  curiga, karena sewaktu ditanya siapa  pemilik rekening penerima , teman terlihat panik cara menjelaskannya, akhirnya  temen bercerita kepada Mbak  kasir tentang peristiwa yang dialami. Â
Mbak kasir pun berinisiatif untuk  mengkansel transaksi tersebut,  temanku diminta menghubungi suaminya lebih dahulu. Ternyata benar,  suaminya tak mengalami kecelakaan apa-apa, dan tidak mengenal nomor telpon yang tadi menelponnya.  Syukurlah uang belum terlanjur tertransfer, karena kesigapan Mbak kasir di bank tersebut.
Banyaknya penipuan perbankan terutama saat-saat Ramadan dan Idul Fitri terjadi,  karena  padatnya arus  transaksi perbankkan  saat-saat seperti ini. Buat yang sudah sering baca-baca baik melalui media sosial maupun lainnya, kasus semacam ini  sudah bukan menjadi barang baru lagi.  Jadi tidak  kaget ketika mengalami sendiri, namun untuk mereka yang awam, bisa saja  terjjebak  pada modus  penipuan seperti ini.
Dalam satu hari ini saja, saya sudah menerima 2 sms tak di kenal. Yang pertama, sms dari nomer tak dikenal minta nomer rekening, dengan alasan mau transfer. Siapa juga mau transfer pada orang tak dikenal.
Pihak bank juga harus lebih aktif melindungi nasabahnya, dengan memperbanyak pemberitahuan cara-cara modus penipuan yang mengatasnamakan bank, atau  bentuk penipuan yang melalui transfer rekening bank.
Dengan banyaknya jenis layanan elektronik banking  dengan  menggunakan nomer hp sebagai nomer rekening, seperti Sobatku, LinkAja, OVO , Gopay , dan layanan  internet banking,  modus-modus penipuan juga semakin berkembang. Karena selain pembobolan lewat ATM sekarang banyak pula dijumpai kasus pembobolan lewat internet banking. Modus operandi baru pembobolan kartu kridit, yakni melalui CNP (card not present) yang oleh BI tercatat meningkat sejak pertengahan akhir tahun lalu.
CNP adalah penyalahgunaan kartu kredit oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk bertransaksi melalui internet (e commerce). Untuk itu berhati-hatilah memilih cara pembayaran bila sedang bertransaksi online. Pergunakan cara pembayaran yang paling aman yang disediakan oleh e commerce, luangkan waktu sejenak  untuk membayar secara aman.
Berhati-hatilah bila kita tiba-tiba menerima email, yang meminta informasi tentang rekening kita, seperti User ID, PIN, nomor rekening, nomor kartu, atau pemberitahuan untuk melakukan transfer karena memenangkan suatu hadiah tertentu. Karena bisa jadi itu adalah ulah orang yang tidak bertanggung jawab. Modus penipuan  seperti itu dikenal sebagai phising.
Banyak email  dan websites palsu atau disebut typo site dengan menggunakan logo dan merk dagang palsu , yang  digunakan untuk menyesatkan korban dengan iming-iming seolah-olah menerima hadiah dari suatu perusahaan, sehingga memancing korban menyerahkan data pribadi, seperti password, PIN, dan nomor kartu Kridit/ kartu debet.
Seperti yang pernah daku alami menjelang lebaran beberapa tahun yang lalu. Betapa senangnya mendapat gulungan ketas rapi yang dibungkus plastik tergeletak di pintu pagar, setelah dibuka tertera bahwa kertas itu dari sebuah produk kopi yang isinya, akan mendapatkan hadiah sebuah mobil.Â
Penerima hadiah diminta  untuk konfirmasi  dengan  menghubungi nomer telpon yang tertera disitu. Di kertas itu juga tertera website perusahaaan, photo orang-orang penting perusahaan dan pejabat yang berwenang. Ternyata website itu palsu hanya mengubah sedikit dari web asli. Penulis iseng-iseng menghubungi nomor telpon yang tertera disana, ternyata dari suara dan cara menjawab telpon saja sudah kelihatan berbeda dengan resepsionis perusahaan pada umumnya.Â
Di seberang telpon menjelaskan untuk mendapatkan hadiah mobil diminta  transfer dahulu ke rekening mereka, yang katanya untuk biaya ongkos kirim mobil dan biaya pajak hadiah. Karena sudah sering membaca modus penipuan seperti itu, daku hanya ia-iya saja sih. Biar mereka puas saja.
Kita harus semakin jeli dengan segala bentuk penipuan perbankan masa kini,  karena siap produk baru yang diluncurkan perbakan  , mereka pasti mencari celah dan cara  untuk dapat menipu masyarakat.
Sumber bacaan : www.literasipublik.com
Kudus, 8 Mei 2019
Salam hangat'
Dinda Pertiwi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H