Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayesha Gadis Oplas

2 Desember 2018   12:23 Diperbarui: 2 Desember 2018   13:24 1185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum sempat Bram memberikan air minum yang diminta Aluna, Bram melihat kobaran api yang sudah menjilat hampir seluruh ruangan depan rumahnya. Entah dari mana datangnya  api, Bram kurang begitu mengetahui. Bahkan korden-korden serta pembaringan Aluna sudah termakan api yang cepat sekali  menjalar.

Aluna harus selamat itu saja yang ada dalam pikiran Bram. Kurang sepersekian detik saja mungkin Aluna sudah tak bisa diselamatkan lagi.

Hawa panas yang dirasakan Aluna sudah menjalar di sebagian wajahnya. Namun Aluna tetap tak mampu untuk bangkit dan berlari menyelamatkan diri.

Untunglah cengkraman tangan kanan Bram segera menyeretnya menjauh dari api, sambil tangan kiri  Bram berusaha mematikan api yang menghanguskan sebagian rambut Aluna dan juga wajahnya.

Aluna....

Aluna...

Hanya dengusan kecil Bram menyebut Aluna, setelah itu tanpa suara Bram memanggul gadis itu lari menjauh dari rumahnya yang sudah terbakar separo.

"Kita harus segera pergi. Ada seseorang yang membakar rumah ini'" kata Bram sampil setengah menyeret tubuh Aluna yang belum pulih sempurna kesadarannya.

Di halaman belakang yang luas dengan aneka tanaman seperti, mangga, apel , pohon matoa dan sebagainya, tak ada seorang pun yang mengetahui 

Di sana ada pintu masuk ke bunker yang di hubungkan dengan tangga besi. Sebuah ruangan bawah tanah yang merupakan warisan dari leluhur keluarga Bram.   Bram segera menuju kesana . Dia sengaja meletakkan sebuah kunci rahasia di sekitar sana, untuk mempermudah masuk ke dalam bunker dalam keadaan darurat.

Lewat pintu rahasia Bram segera Masuk sambil memanggul Aluna. Sampai di tempat yang aman Bram segera membersihkan wajah aluna yang terkena jilatan api. Dengan peralatan kedokteran sederhana yang sengaja disediakan di dalam bunkernya. Untunglah Bram pernah menempuh pendidikan di Kedokteran sebelum akhirnya bergabung dengan Kepolisian. Jadi tahu cara mengatasi luka bakar dengan baik, agar rasa sakit tak begitu hebat. Dan luka bakar tak menjadi berair.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun