"Iya..ini pakai saja uangnya ya.." kataku. Tanpa mengatakan aku pinjami atau aku kasih. Maksudku begini, biar saja kalau dia berusaha untuk mengembalikan nanti, aku  menghargai usahanya, tetapi karena aku  tahu kemampuannya, bila suatu saat nanti uang itu dikembalikan,  Insyaallah  a akan aku  berikan uang itu kembali untuk keperluan sekolah anak-anaknya.
Sore tadi ketika suami pulang, Alhamdulillah...justru suami yang membawakan bingkisan untukku.
"Looh, kan Mas yang ultah, kok malah aku yang diberi hadiah " Kataku pada suami yang memberikan bingkisan  padaku.
" Kan kemarin kamu yang ultah duluan, dan aku belum sempat memberikan apa-apa " kata suami.
" Baiklah terima kasih , Sayang. Terus untuk Mas mana.."
" Ini aku juga beli baju aku sendiri.." kata suami sambil mengambil bungkusan yang masih tertinggal di mobil.
" Ya Allah..terimakasih, Ya Robb.." kataku spontan karena bahagia. Kami akan berlebaran dengan baju baru yang seragam atau sarimbit.
Akhirnya aku menceriterakan peristiwa tadi pagi. Alhamdulillah respon suami positif. Â "Karena memang Ramadan ini kami belum mengeluarkan zakat. Anggap saja itu uang zakat kita , zakat kepada kerabat yang membutuhkan adalah lebih penting daripada kepada orang lain " begitu kata suamiku, yang membuat aku adem. " Nyes" walau waktu berbuka masih 5 menit lagi.
Alhamdlillah kado terindah buat suamiku adalah pahala bersedekah  di bulan Ramandan itu, yang telah aku niatkan untuknya. Semoga Allah merindhoi, Amin.
Kudus, 8 Juni 2018
Salam hangat selalu
Dinda Pertiwi