Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Musik Kesenian Barongan untuk Membangunkan Sahur, Antara Mistis dan Malas Bangun

5 Juni 2018   22:04 Diperbarui: 6 Juni 2018   10:20 1768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kesenian Barongan foto dokpri

Barongan adalan kesenian khas daerah Kudus yang menyerupai Reog Ponorogo,  dan penarinya biasanya menggunakan  pakaian dan topeng Barong yang bentuk seperti singa dengan hiasan bulu-bulu merak dengan pakaian yang tertutup, dan biasanya dimainkan dua orang, satu sebagai kepala dan seorang lagi sebagai buntutnya.  

Kesenian barongan ini sewaktu saya kecil banyak  tampil di  tempat-tempat orang khajatan, ritual-ritual tradisional,  sunatan, maupun pernikahan, terutama   bila ada yang perlu diruwat. Biasanya yang diruwat adalah  anak yang disunat, atau calon pengantin bila  terlahir sebagai anak ontang-anting ( anak tunggal), Kedono-kedini (kembar laki-laki perempuan), Pancuran kapit sendang ( anak laki-laki yang diapit anak perempuan ), Sendang kapit Pancuran (anak perempuan yang diapit anak laki-laki ) dan lain sebagainya.

Permainan Barongan biasanya diiringi musik tradisoanal, seperti gong,selompret, dan  kenong, kendang dan bonang. Bisa dibayangkan bukan di pagi buta mendengar sayup-sayup suara serangkaian alat musik  ini, yang ada justru kesan mistis, dan itu yang membuat saya takut turun dari tempat tidur.  Apalagi kalau rombongan sudah mendekat, semakin tarik selimut,  takut. Kalaupun sudah bangun terkadang lampu saya matikan kembali, dan masuk kamar lagi, biar dikira belum bangun oleh rombongan  Barongan itu. Kok jadi malas bangun ya...akhirnya nunggu saja sampai rombongan Barongan menjauh dan bangun untuk sahur.

Sebenarnya bukan takut pada  alunan musik pengiring barongannya itu saja, tetapi terlebih takut bila ada kelompok anak muda yang membunyikannya. Saya tidak pernah mengintip sih, tetapi membanyangkan ritual mistis yang biasanya menyertai pertunjukkan barongan yang pernah saya lihat di siang hari.

Saya lebih suka dengan mendengar suara orang mengaji di Masjid, dan pada jam-jam tertentu jeda sejenak untuk membangunkan dengan kata-kata :

" Bapak-bapak, ibu- ibu silakan bangun silakan sahur jam sudah menunjukkan pukul 3.30 wib, imsak jatuh pada jam 4.07 WIB"  Kata pengurus masjid di tengah-tengah ngaji melali toa masjid.

Cara membangunkan seperti ini saya rasa lebih sopan dan efektif, toh biasanya kita masing-masing sudah memasang alarm yang tinggal menyetel di hp kita.

Daripada cara membangunkan dengan musik- musik mistis seperti ini,  yang kadang justru menakutkan dengan kesan mistisnya, di tengah sunyi malam yang gelap, lebih baik diperdengarkan ayat-ayat suci Al-Qur'an dari masjid, asal toanya tidak perlu terlalu keras sehingga mengganggu mereka yang sedang istirahat yang lain.

Pernah juga dalam suatu perjalanan ke luar kota saya menemui kelompok pembangun sahur yang ternyata anggotanya lumayan banyak, dengan suara bunyi-bunyian dari apa saja yang bisa ditabuh dan nyanyian dengan mike yang cempreng. Selain mengganggu lalu lintas juga mengganggu kenyamanan mereka yang sedang istirahat.

Bukannya saya tidak suka dengan musik tradisional begini, namun waktu dan suasana  tengah malam yang sepi dan gelap membuat kesan mistis lebih menyertai. Apalagi mereka sampai masuk ke gang-gang kecil dan berhenti di rumah-rumah tertentu yang belum tentu penghuni rumahnya butuh dibangunkan untuk sahur.

Demikian pendapat saya tentang tradisi membangunkan sahur di tempat saya, yang menggunakan musik tradisional pengiring kesenian barongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun