muria-sirup-parijoto-besar-5a5372ee5e1373149c036cc2.jpg
Setelah cukup mendapatkan informasi di Pesanggrahan, kami pun ingin menikmati pecel pakis  dan ayam bakar khas Muria Mbok Yanah, namun sayang ayam bakar sudah habis, jadi kami memilih pecel dibungkus saja untuk dinikmati di sekitar makam saja.
pecel pakis Mbok Yanah Foto : dokpri
Kami pun segera naik ke puncak gunung tempat Makam Mbah Sunan Kudus berada dengan naik ojek yang memang khusus disediakan untuk penjiarah yang tidak mau bersusah payah naik tangga jalan kaki, karena sepertinya kaki sudah tak biasa lagi menaiki tangga begitu tinggi dan jauh. Dengan ongkos Rp 10.000,- kita sudah diantar sampai pangkalan ojek di dekat makam.
Gapura menuju Makam Sunan Muria bila kita mau jalan kaki menapaki tangga sampai ke punak Foto Dokpri
Wow....puluhan tahun sudah tak pernah ziarah kesini, semua sudah berubah. Sekarang tidak lagi serasa di puncak gunung gitu.... Karena begitu turun ojek kita disambut kios-kios yang sudah modern, serasa ada pusat perbelanjaan saja. Pedagang yang rata-rata penduduk sekitar difasilitasi oleh Yayasan dengan kios --kios modern dan penerangan listrik yang cukup dengan sewa kios ukuran semeter lebih dengan harga sewa Rp 250.000,- per bulan. Aneka pernak-pernik khas Muria pun di jajakan disana. Mulai gelang, tasbih, baju, tongkat, jenang Kudus, aneka pakaian disediakan untuk oleh-oleh para penziarah.
pertokoan yang menjual aneka cidera mata ..Foto Dokpri
Memasuki area Makam pun, nuasa modern sudah sangat terasa, tidak lagi seperti suasana saat saya masih kecil yang selalu datang untuk acara 'Bukak Luwur' yang diselanggarakan setiap tanggal 10 Syura. Karena bapak masih kerabat maka kami selalu mendapat undangan untuk mengikuti acara khoul tersebut. Namun itu dulu saat makam masih dikelola oleh keluarga secara turun temurun. Sekarang semua sudah dikelola oleh Yayasan, dan Alhamdulillah hasilnya suasana makam menjadi lebih modern dan hilang kesan mistisnya. Menurutku looh....
Pintu Masuk ke Makam Sunan Muria
Alhamdulillah...juga mulai dari depan petugas penerima tamu sampai juru kunci penjaga Makam masih mengenal baik ketika saya sebut kalau saya anaknya bapak.
Makam Sunan Muria dan keluarga Foto Dokpri
Sejenak berdoa di samping makam yang tertutup kelambu putih, kami berbincang-bincang sejenak dengan para petugas makam. Dan kami pun siap untuk turun pulang, setelah berbincangbincang sebentar dengan juru kunci yang juga masih kerabat dari bapakku.
Area Makam Sunan Muria Foto dokpri
Sebelum menuju tempat pangkalan ojek tak lupa  Bu Yayuk  untuk menjalankan sholat dulu di masjid Sunan Muria.
petugas pendaftaran tamu foto dokpri
Dengan naik ojek kira-kira 10 menit akhirnya kami sampai di tempat angkutan umum menuju ke kota, namun sebelum naik angkutan kami sempatkan untuk membeli oleh-oleh aneka hasil bumi Gunung Muria, seperti Gedang Byar, Jeruk Pameo, Alpukat, dan Parijotho.
Alhamdulillah....akhirnya kesampaian juga nyekar di Makam Mbah Sunan Muria setelah puluhan tahun tak pernah berziarah kesana lagi , sejak Bapak tiada.
parijotho, tanaman khas Gunung Muria
Berwisata religi ke Muria yuuuk !  Banyak plus-plus yang kita dapat looh, karena  setelah nyekar di Makam Mbah Sunan Muria kita bisa langsung ke  Air Terjun Monthel yang hanya berjarak  kurang lebih 1 KM untuk merasakan sejuknya air pegunungan dan indahnya panorama alam Gunung Muria.Â
 Â
Lihat Travel Story Selengkapnya