Sebagai ibu rumah tangga biasa rasanya sulit ketika ditanya : Apa yang sudah bisa aku perbuat untuk Indonesia ? Bagaimana mungkin aku bisa berbuat banyak karena sehari-hari hanya berkutat di rumah dan di dapur. Namun bagaimanapun aku yakin sesuatu yang aku perbuat berguna untuk anak-anakku, keluargaku dan juga lingkungan sekitarku. Belum lagi hobbi bermedia sosial di sela-sela pekerjaan rumah dan mengurus anak-anak.
Yang bisa saya perbuat hanya menciptakan suasana aman nyaman bagi keluargaku, lingkunganku. Baik itu di dunia nyata maupun di dunia maya. Dengan merawat kebersamaan dengan sesama anggota keluarga, dengan para tetangga maupun dengan teman-teman di media sosial.
Walaupun hanya sebatas lingkungan kecil yang bisa kita perbuat, aku yakin bila masing-masing individu di Indonesia ini melakukaknya maka akan terciptalah Indonesia yang aman, nyaman dan sejahtera. Semua bekerja pada job dan posisi masing-masing, tidak saling mengganggu namun saling membantu dalam kebaikan. Tidak saling mencelakai namun saling care, saling mengasihi, saling menghormati dan tepo seliroharus selalu dipupuk dan dirawat.
Hal-hal kecil yang bisa lakukan, akan aku lakukan sepanjang tidak mengganggu tugas utama sebagai ibu rumah tangga. Misalnya  bersama-sama teman-teman alumni SMA kami menggadakan bakti sosial setiap Ramandhan tiba dan bila terjadi suatu bencana di daerah kami. Selain itu aku senang mengikuti kegiatan Kelas Inspirasi dalam gerakan Indonesia mengajar yang diadakan di kota kami.
Sedang dalam bermedia sosial, aku usahan untuk selalu adem tidak emosian bila membaca postingan-postingan yang bisa membuat resah dan polemik berlebihan. Dengan tidak ikut berkomentar maupun membubuhkan like. Dan terutama lagi tidak terpengaruh dengan berita hoax dan profokasi kepada siapapun. Agar kondisi, aman, nyaman tercipta di Indonesia.
Bakti Sosial Bersama Teman-teman Kudus 84 Â Â
Komunitas Kudus 84 adalah sebuah Komunitas yang anggotanya terdiri dari mereka yang lulus SLTA pada tahun 1984 di Kudus. Komunitas ini didirikan pada tahun 2011. Awalnya hanya bincang-bincang keprihatinan saja, terhadap teman-teman seangkatan yang kurang beruntung. Agar mereka yang telah sukses dapat membantu mereka yang kurang beruntung. Dengan mengumpulkan donasi dan dipergunakan untuk modal usaha dan memberikan bimbingan kepada teman yang kurang beruntung untuk memulai sebuah bisnis kecil-kecilan.
Hingga akhirnya kami tertarik pada masalah-masalah sosial yang terjadi di lingkungan sekitar kita, yang sedang mengalami suatu musibah atau terkena suatu penyakit. Kita membantu mengupayakan pengobatan dan menguruskan Jaminan Sosial dari Pemerintah setempat.
Akhirnya kami bisa mengadakan bakti sosial secara rutin setiap tahun, yaitu dengan membagikan takjil berupa nasi kotak buat penunggu pasien kelas 3. Karena kami yakin mereka yang dirawat di kelas 3 biasanya dari keluarga kurang mampu. Betapa senangnya bila kita mampu sedikit membantu mereka dengan mengusahakan takjil buka puasa. Karena disaat kita menunggu keluarga yang sakit biasanya akan mengabaikan kepentingan diri sendiri. Â Maka memberikan makanan untuk berbuka puasa adalah hal sangat kecil namun bisa sedikit meringankan beban mereka.
Dalam memberikan takjil kami tidak boleh tebang pilih dengan memandang itu Rumah Sakit mana, dan siapa. Baik itu rumah sakit punya yayasan Islam, kristen maupun rumah sakit pemerintah. Dalam menolong kita tidak boleh tebang pilih, dengan memandang, suku, ras dan agama. Rasa sosial itu adalah untuk semua. Kami mendatangi semua rumah sakit di kota kami, kota Kudus.