Postingan-postingan kamu seolah-olah telah mengusik ketenangan wall FB ku, aku pernah menyindirnya di inbox tetapi tampaknya itu tidak bergeming. Bahkan semakin dekat dengan pelaksanaan Pilkada postingan-postingan kamu semakin nekad, tidak bisa membedakan lagi mana yang hoax mana yang asli.
Aku muak sekali.
Tanpa permisi dulu saat aku membersihkan frendlist FB ku, nama kamu ikut terhapus aku tak peduli lagi padamu, seperti kamu juga tak peduli dengan teguranku. Rasa cinta dan rindu yang sempat tumbuh pun telah musnah lenyap.
Biarlah kamu hidup dengan duniamu, dan aku ingin menikmati masa tuaku dengan tenang.
Beberapa kali inboxmu tidak aku balas lagi, aku tak memberikan alasan apa-apa ketika kamu protes kenapa aku menghapus pertemanan dengan kita di FB. Semoga kamu sadar sendiri, itu saja harapanku.
“Maafkan aku, apa tak bisa kita menjalin hubungan lagi denganmu!”, setelah berulangkali aku acuhkan, akhirnya aku jawab juga agar selesai tuntas hubungan antara aku dan kamu.
“ Sudahlah…dunia kita beda, biarkan aku tenang tanpa bayang-bayangmu lagi “
“ Tidak Bill….kamu adalah masa depanku, tak inginkah kau menua bersamaku?”
“ Maafkan aku, aku sudah menutup pintu hatiku untuk siapapun, termasuk terhadap kamu....”
Sejak saat itu, aku memblokir semua akses medsosku untuk kamu. Aku ingin menikmati kesendirianku seperti dulu lagi. Tanpamu dan tanpa laki-laki siapapun di hidupku.
Kudus, February 22, 2017